Saturday, June 23, 2012

Hari Terakhir di Sisimu (5)


Hari yang mendebarkan!!


Keduanya telah berada di sebuah ruangan yang sangat luas, di tepi ruangan terdapat kolam ikan dengan gemericik air yang menyejukkan hati sekaligus membuat Karina berdebar. 


Royes masih menggenggam jemari Karina. Keduanya duduk berdampingan di sofa panjang. Tampak seorang wanita tua yang masih terlihat cantik memandangi mereka dengan tatapan serius. Karina terpaksa harus bolak balik menundukkan kepalanya ataupun mengalihkan penglihatannya ke arah lain selain wanita itu. 


Royes tersenyum manis kepada wanita itu. Begitupun wanita tersebut dengan senangnya melihat pemuda gagah bernama Royes berada di depannya. Perlahan Royes melepaskan jemarinya dari Karina...
Dan wanita itu berdiri dan merentangkan tangannya tulus...


EEH!!!


GLEEK!!!


Karina bengong dan terkejut dengan reaksi keduanya. Gadis itu hanya terpaku melihat Royes melangkah mendekati wanita itu.


"Ibuuuu....aku merindukanmu, benar-benar rindu, bu" kata Royes manja.


IBU!!!
IBUU, KATANYA!!!???

Karina semakin bingung. Wanita tua itu pun mendekap erat tubuh Royes. Keduanya begitu terlihat saling menyayangi. Sepertinya sudah sangat lama tidak bertemu! Karina sedikit terbawa emosi melankolis memandangi keduanya. Sangat berbeda dengan dirinya!!


Gadis itu pun menerawang bagaimana dirinya ketika kedua orang tuanya masih ada. Walau Karina tahu jika kedua orangtuanya sangat menyayanginya, namun seperti ada jarak diantara dirinya dan sang ibu. Entahlah, mungkin karena Karina anak semata wayang yang bergelimang harta. Sedangkan kedua orangtuanya terlalu sibuk dengan urusan perusahaan. Gadis itu begitu terharu...


Ibuu...
Begitu renyah kata-kata itu di telingaku...
Royes...kau sangat menyayanginya pasti...
Aku dapat rasakan itu...


Airmatanya menetes begitu saja!! Karina terharu melihat keduanya...


Setelah beberapa saat saling melepas rindu, Royes pun melepaskan dekapannya kepada sang ibu. Matanya terlihat sedikit basah. Begitupun sang ibu! Kemudian keduanya beralih menoleh kepada Karina.


DEG!!!


Karina pun menjadi salah tingkah!


Sang ibu dan Royes mendekati Karina. Kini di bibir wanita tua itu tersungging senyuman yang begitu tulus kepada Karina. Karina pun membalasnya sedikit takut dan gugup...


"Inikah dia, Royes? Karina??" tanya wanita tua itu kepada Royes, dengan tatapan tetap pada Karina.


Royes menjawabnya hanya dengan gumaman...


"Hhhmmmm...."


Tangan wanita itupun menyentuh jemari Karina. Karina terpaku...


Sentuhan itu begitu hangat. Membuat Karina terperanjat. Sudah lama sekali dia merasakan kehangatan dari siapapun. Terutama dari kedua orangtuanya yang telah lama tiada. 
Perlahan tangan wanita itu bertambah erat pada jemari Karina. Kemudian menggiring Karina untuk duduk di sofa. Mereka berhadapan duduk di satu sofa. Tak lama Royes menghampiri keduanya dan duduk bersila di lantai tepat di samping keduanya.


"Terimakasih Karina, atas kebaikanmu selama ini" ucap wanita tua itu tiba-tiba.


!!!!????


Karina tentu saja tidak mengerti apa arti ucapan itu!!


Terimakasih....


!!!!????


"Karina, kau sangat cantik. Aku banyak tahu tentangmu dari putraku, Royes. Katanya kau sangat lemah lembut dan pemalu" kata wanita itu kemudian.


HAAAAHH???!!!


LEMAH LEMBUT??? PEMALU??!!
APA MAKSUDNYA INI???!!!


Karina memicingkan matanya ke arah Royes. Royes pun tersenyum seolah tidak ada yang salah dengan apa yang diutarakan sang ibu.


"Karina, apa kau bahagia bersama putraku?" wanita tua itu bertanya setelahnya.


DEG!!!


Mata Karina langsung melotot kaget dengan apa yang ditanyakan sang ibu mertua. Pertanyaan itu sangat membuatnya takut untuk menjawab. Belum sempat jawaban dari bibir Karina, sang ibu sudah berucap lagi:


"Dan aku berharap kau bisa mencintainya, karena aku sangat tahu bahwa dia sangat mencintaimu! Dari dulu Karina....yaaa, sudah lama sekali cinta itu!!" 


Mendengar semuanya Karina semakin bingung. Gadis itu benar-benar tak bisa mencerna dan mengerti dengan apa yang diutarakan ibu mertuanya.


Apa maksudnya? Dari dulu? Royes mencintaiku?
Sejak dahulu? Lama sekali???!!
Perasaan aku baru bertemu dengannya...
Apa kami pernah bertemu sebelumnya???


Dimana???!!!
Mengapa aku tak pernah menyadarinya?
Mengapa aku tak pernah merasa mengenalnya sebelumnya???


Karina diam saja berpikir kata-kata apa yang harus dia katakan untuk menjawab ucapan ibu mertuanya tersebut. Sementara dia masih kebingungan dengan ucapan dan pertanyaan itu!!!


Berulang kali matanya menatap dan memperhatikan Royes. Namun tetap saja pria itu tersenyum seolah tidak ada masalah dari perkataan sang ibu.




@@@



Wednesday, May 23, 2012

Hari Terakhir di Sisimu (4)


Hari berganti hari...
Tanpa terasa satu minggu sudah, Karina tak pernah melihat suaminya. Sejak malam itu, ya sejak malam kepulangan mereka dari perjalanan bisnis.

Ada rasa penasaran yang begitu dalam dari hati gadis itu. Biasanya di waktu sarapanlah, dia bisa bertemu dengan Royes, walau sering terjadi kesalahpahaman di antara keduanya, namun itu meninggalkan bekas tersendiri di hati Karina.

Karina menghela nafas panjangnya tatkala memasuki ruang makan di pagi itu. Berharap ada sosok pria yang dia inginkan satu minggu ini. Tapi sayang, tidak ada seorangpun berada di sana. Melainkan hanya seorang pelayan yang siap membantunya untuk menyiapkan segala sesuatunya.

Karina memandangi kursi di depannya hampa..kosong!

Melihat Karina bengong, pelayan itu pun dengan santun menanyakan apa majikannya tersebut membutuhkan sesuatu untuk sarapannya. Karina diam saja dan tertunduk. Namun rasa penasarannya menggelitik ingin bertanya pada pelayan itu.

"Bi, apa tuan Royes sudah bangun?" tanya Karina pelan.

Pelayan itu tersenyum polos dan mengatakan: "Tuan sudah pergi pagi-pagi sekali, nona"

APA???!!! DIA ADA DI SINI??!!
Masih di sini?

"Apa...apa...tuan sudah sarapan?" tanya Karina lagi.

Pelayan itu mengangguk dua kali dengan sopan. Kemudian Karina menyuruh pelayan itu keluar dari ruang makan. Karena dia ingin sendirian saja di sana.

Karina mulai berpikir...

Satu minggu ini, dia tak menyapaku?
Mengapa dia mendiamkanku seperti ini?
Apa maksudnya? Mengapa dia lakukan itu?
Apa dia sedang menyiapkan sesuatu untuk perpisahan kami...

Jika benar seperti itu, apa yang harus aku lakukan??!! Bagaimana aku harus menahan semuanya...

Karina mulai kesal dengan perasaannya sendiri, gadis itu terlihat hilang kendali...
Akhirnya...

PRRAAANGGG!!!

Tangannya menghempaskan semua yang ada di atas meja makan. Kemudian melempar semua peralatan ke lemari dekat meja itu. Entah mengapa gadis itu bisa melakukannya. Selama ini dia memang tidak pernah menanggung beban perasaan seperti saat ini. Karina memang belum pernah benar-benar jatuh cinta sepertinya. Mungkin hanya sebatas cinta dan suka sesaat...

Dua orang pelayan datang berlari dengan wajah cemas ke ruang makan. Mereka berhenti ketika melihat nona rumahnya mengamuk. Dan mundur sampai keadaan benar-benar membaik.

Karina pun mundur dari meja makan dan keluar dengan sempoyongan. Wajahnya tampak merah padam menahan kecewa dan kekesalan.

Kau membuatku seperti ini...
Baik...aku tidak akan membiarkanmu merajai hatiku lagi!
Aku sanggup untuk menahan ini!
Aku pasti sanggup!

Karina menangis di kamarnya...

Siang hari...

Karina beranjak untuk ke kampusnya. Dengan mata yang sedikit sembab, gadis itu menyetir mobilnya dengan ngebut. Wajah cantiknya terlihat sangar dan marah. Keegoisannya kembali seperti sedia kala. Gadis ceroboh dalam dirinya seolah muncul kembali...

Hampir seharian gadis itu berhura-hura dengan teman-temannya. Sementara jam menunjukkan pukul 11 malam. Udara dingin mulai menusuk ke dalam tubuhnya yang kurus. Gadis itu baru saja tiba di depan teras kediamannya. Dengan gontai dia duduk di kursi teras. Memandangi langit yang begitu gelap. Tatapan matanya terlihat sayu kelelahan. Cukup lama Karina menyandarkan tubuhnya di kursi itu. Hampir saja terlelap di sana...

Ketika...
Sepasang sorot lampu mobil menyinarinya!

Karina menutup wajah dengan jemarinya, menghindari sorot lampu itu. Matanya perlahan mulai menangkap sosok pria yang dia kesalkan beberapa hari ini.

Tatapannya begitu tajam pada Royes!

Dengan santai, Royes menyapa Karina...

"Kau baru pulang?" tanyanya.

Karina tak menghiraukan pertanyaan Royes. Gadis itu langsung menghindar masuk ke dalam rumah. Dan...

BBLLAAMM!!!

Karina masuk ke dalam kamarnya...

Tak berapa lama...

Tok!Tok!Tok!

"AKU TIDAK INGIN DIGANGGU!!" teriak Karina dari dalam kamarnya.

Tok!...tok...!

Sekali lagi pintu itu diketuk...

"Karina, ada yang ingin aku katakan padamu!" ucap Royes dari luar kamar.

Karina menutup telinganya dengan bantal. Gadis itu benar-benar tidak ingin mendengar apapun dari bibir Royes...

"AKU TIDAK MAU BICARA DENGANMU LAGIII!!!" teriaknya lagi.

"Karina, besok aku akan urus semuanya! Aku harap besok kita sepakat ke suatu tempat!" kata Royes serius.

Mendengar itu, Karina lompat dan membuka pintu untuk Royes...

KLEK!!

"APA KATAMU??!!!" teriak Karina marah. Wajahnya tampak kesal dan cemberut pada pria di depannya.

Tanpa disuruh masuk, Royes melenggang saja ke dalam kamar Karina. Berjalan terus dan duduk di sofa...

"HEEY, KAU...!!!" bentak Karina bertambah kesal.

Royes menyilangkan kakinya dan duduk dengan santai di sofa itu. Sedang Karina tak mau kalah, gadis itu pun berdiri di depan Royes dengan berkacak pinggang. Menatap tajam pria di depannya.
Tatapan Karina dibalas dengan tatapan lembut oleh Royes. Karina tentu saja semakin kesal dengan sikap Royes.

"Ada apa denganmu, Karina? Sejak pulang minggu lalu, kau aneh sekali" kata Royes santai.

Dengan wajahnya yang polos tak mengerti, pria itu menatap Karina heran...

Melihat itu, Karina menjadi bingung sendiri. Dia pun mulai merasa Royes memang sedang mempermainkan perasaannya...

"Apa kau ingin mempermainkanku?!" tanya Karina tanpa sadar akan pertanyaannya.

Royes melototkan matanya bingung...
"Apa katamu?! Mempermainkanmu?!"

"YA, KAU SENGAJA, KAN?!" bentak Karina kemudian.

TIBA-TIBA!!!

Tangan Royes menarik tubuh Karina ke dalam dekapannya!

Karina terkejut!

"AAUUUWW!!!" teriaknya keras.

Royes pun segera menahan Karina agar tidak jatuh. Keduanya saling beradu mata begitu dekat.

Karina bisa merasakan jantungnya berdegup kencang. Dia pun dapat merasakan bahwa detak jantung Royes sama kencangnya dengan dirinya. Begitu dekat jarak di antara mereka...

"Karina, besok semuanya akan jelas. Aku ingin kita pergi bersama ke suatu tempat. Apa kau belum mengerti??!!" ucap Royes lembut.

Karina terus menatap Royes...

"Aku tidak mau, aku takuuut!!" balas Karina gugup.

"Takut??!! Mengapa kau takut?" tanya Royes.

Baik Karina maupun Royes sama-sama menelan ludah perlahan. Ada kegugupan dari keduanya...

Beberapa saat suasana tetap seperti itu...

Hingga dentang jam dinding berbunyi tepat pukul 12 malam!
Mengejutkan keduanya!!!

Perlahan Royes melepaskan dekapannya pada Karina. Mereka berdiri saling berhadapan...

"Baik, besok aku tunggu kau di ruang makan untuk sarapan" kata Royes pelan.

Karina bengong dengan apa yang terjadi. Seolah dirinya masih dalam dekapan bersama bayangan Royes.

Blam...

Royes meninggalkan Karina dalam keadaan yang sama. Masih berdiri kaku. Tak mengerti...

@@@



Keesokan pagi...

Dengan malas Karina membuka matanya. Semalaman dia berpikir keras tentang apa yang diucapkan Royes malam tadi. Itu membuatnya gundah gulana.

Apa yang dipikirkannya? Kemana dia akan membawaku? Atau dia akan ke membawaku ke pengacara untuk mengurus surat perpisahan kami...
YAA!!! Aku tahu sekarang...

Itu berarti aku harus menolak ajakannya! Huuuuh...enak saja!
Setelah membuat hatiku luluh, sekarang akan melepaskanku??!!
Lihat saja! Aku tidak akan tinggal diam!
Aku akan membuatnya tunduk dan setelah itu...

Hahahaha...setelah itu akan kubuat dia menderita...
Lihat saja kau Royes!!

Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk!

Tok!Tok!Tok!!

Sontak Karina menoleh ke arah pintu dan mencibirkan bibirnya...
Seolah mengejek kepada yang mengetuk pintu itu, dalam pikirannya, Royes sedang mencoba mengajaknya baik-baik.

Dan ternyata memang benar Royes-lah yang sedang mengetuk pintu...

Kemana dia? Apa belum bangun?

Royes mencoba mengetuk sekali lagi, tapi tetap tidak ada jawaban dari dalam kamar Karina.

Dengan suara lembut, pria itu mengetuk pintu lagi...

"Kariiin...apa kau sudah siap? Setelah sarapan kita berangkat, aku menunggumu di ruang makan" 

Sementara itu Karina bingung sendiri di dalam kamarnya. Separuh hatinya begitu ingin sarapan bersama dengan Royes, tapi separuh lagi ada rasa takut jika apa yang dia pikirkan akan terjadi.

Gadis itu menggeleng beberapa kali...

Kemudian tiba-tiba dia mendapatan ide untuk membatalkan kepergiannya bersama Royes...

"Aaahh, aku punya ide!" katanya gembira.

Buru-buru dia keluar kamar masih menggunakan piyamanya. Turun ke ruang makan. Tetapi kali ini, wajahnya seperti sedang meradang demam. Karina pura-pura sakit!

Royes yang sudah menunggunya di meja makan terkejut melihat kedatangan Karina dengan wajah memelas dan nyeri seperti itu.
Pria itu berdiri dan menghampiri Karina dengan wajah cemas.

"Karina, ada apa denganmu? Apa...apa kau sakit?" tanyanya khawatir.

Karina berusaha menghindari Royes...

"Stop, kau duduk saja! Aku akan sarapan bersamamu koq" tolak Karina sambil memberi isyarat dengan tangannya agar Royes menjauh.

Royespun kembali ke kursinya, tapi matanya terus memandangi Karina cemas.

Di dalam hati Karina, dia merasakan bahwa saat ini, pria itu sedang mengkhawatirkannya...

Hhhmmmm...permainan dimulai tuan Royes!!!

"Kau tidak perlu menatapku seperti itu!" kata Karina pelan. Gadis itu berusaha membuat suaranya terdengar parau agar Royes percaya bahwa dirinya memang sedang sakit.

Royes terus memperhatikan Karina...

"Karina, kau sakit? Sebaiknya kita ke dokter, bagaimana?" tanya Royes cemas.

Karina menggeleng...
"Tidak usah, aku akan sehat dalam beberapa hari ke depan" balas Karina berbohong.

TIBA-TIBA!!!

"Apa perlu aku suap sarapanmu?" saran Royes.

Karina langsung menatap pria itu kaget...
"Apaaaa!!!" teriak Karina seketika.

Royes heran dengan teriakan Karina..
"Kenapa? Apa salah bila aku membantumu?" tanyanya tanpa curiga pada Karina.

Mendengar itu Karina menjadi ingin tertawa sendiri. Gadis itu menutup mulutnya menahan tawa. Dia tak menyangka reaksi Royes akan seperti tadi.

Dia mengkhawatirkanku? Sebegitunya yaaa...hahahaha...

Sarapan pagi itu terasa begitu lama. Baik Karina dan Royes tidak banyak bicara. Keduanya hanya saling tatap. Royes menatap dengan rasa cemas bila Karina benar-benar sakit parah. Sementara Karina begitu menikmati raut kecemasan dari wajah tampan pria di depannya.

@@@

Royes berjalan di belakang Karina yang hendak kembali ke kamarnya setelah sarapan. Karina menjadi risih sendiri karena Royes tak sedetikpun membiarkannya sendiri.

"Royes, aku hanya butuh istirahat saja di kamarku. Jadi sebaiknya kau pergi saja" ujar Karina ketika keduanya tiba di depan pintu kamar Karina.

Namun Royes langsung membuka pintu kamar dan masuk begitu saja!

EEEHHH...

Karina pun mengikutinya dengan perasaannya yang serba salah. Bingung...

Royes kemudian membuka lemari dan mengambil sebuah kaos atasan dan celana panjang milik Karina. Lalu memberikannya pada gadis itu lembut.

"Pakailah ini setelah kau mandi! Aku akan menunggumu di sini Karin" kata Royes santai.

Karina mendelik heran dengan apa yang dilakukan Royes padanya..

"Apa maksudmu? Kau..." balas Karina gugup.

Royes mengangguk kemudian perlahan dia menyentuh jemari Karina lembut. Dan menggiringnya masuk ke kamar mandi...

Ceklek!

Karina berdiri di balik pintu kamar mandi, setelah Royes menutupnya dari luar.

Apa-apaan dia? Apa dia akan menjagaku seharian? Mengapa jadi seperti ini?
Karin...Kariiiin, bodohnya aku...
Aku tak memperhitungkan reaksinya akan seperti ini!
Bagaimana ini???

Sambil mandi menggunakan air hangat, Karina terus berpikir. Tapi semakin lama, semakin membuatnya bingung sendiri.


@@@


Sementara Karina berada di kamar mandi...

Royes berputar mengelilingi kamar gadis itu yang cukup luas. Matanya memperhatikan satu persatu benda di atas meja buku Karina. Di sana terpajang banyak photo gadis cantik itu mulai dari masa kecil hingga dewasa sekarang. Tentunya bersama kedua orang tua Karina. Semuanya begitu sempurna...

Gadis yang sangat cantik....
Dia memiliki segalanya...
Keluarga yang begitu menyayanginya...
Kekayaan yang tak terhitung jumlahnya...
Gadis yang benar-benar sempurna...
Tapiii...
Dia sangat egois dan angkuh...
Begitu sulit aku menundukkannya...

Perlahan jemari Royes mulai meraba satu buah photo close-up Karina di meja tersebut...

Pria itu tampak tulus menyentuhnya, seperti menunjukkan bahwa dia sangat menyayangi gadis itu...

Karina...
Bagaimana nantinya kita?
Perjalanan ini masih jauh sepertinya...

Karina...
Sepertinya aku mulai memikirkanmu...
Apa kau tahu itu??!!

Royes masih tersenyum sendiri memandangi photo itu, ketika Karina keluar dari kamar mandi.
Wajahnya sedikit terkejut mendapati Royes sedang memandangi photo-photo yang ada di mejanya...

Apa yang dia lakukan??!!!

"Aaah kau sudah selesai rupanya?" tanya Royes menutupi gugupnya.

Karina mengangguk diam saja. Kemudian Royes menarik lengan gadis itu dan membawanya ke balkon.

DEG!!!

Mau apa lagi dia?

Karina bertambah heran dan tak mengerti dengan semua yang dilakukan pria yang disebut suaminya tersebut.

Tak lama keduanya sudah berdiri memandangi pemandangan nun jauh di sana. Karina melirik ke arah pria di sampingnya. Begitupun Royes. Keduanya tampak kikuk sendiri. Diam saja membisu...

DAG!DIG!DUG!

Seolah jantung keduanya berdetak begitu kencang dan kuat sekali di siang itu. Karina tampak beberapa kali menelan ludahnya.

Tiba-tiba!!

"Bagaimana perasaanmu setelah mandi? Apa kau merasa lebih baikan?" tanya Royes membuka perbincangan.

"Eeh..ooh...iiiya, aku merasa lebih baik sekarang" jawab Karina polos.

Entah mengapa Karina menjawab dengan jujur, padahal sebelumnya dia berjanji akan terus berpura-pura sakit.

"Kalau begitu, kita bisa pergi sekarang!" ajak Royes sembari menarik lembut jemari Karina.

EEHH...GAWAAAT!!!

Karina berusaha berontak melepaskan jemarinya dari Royes, namun sayang tangan pria itu begitu kuat menariknya keluar kamar dan langsung menuju teras.

Sebuah mobil sudah terparkir di sana...

Royes langsung menggiring Karina masuk...

BLAM!!

Mobilpun melaju dikendarai oleh seorang supir yang telah siap siaga sedari tadi menunggu.

Di dalam mobil Karina meremas jemarinya kuat-kuat. Royes tersenyum kecil memandangi tingkah gadis cantik itu...

"Karina, apa kau takut? Kau terlihat tidak relax" tanya Royes pelan.

Karina menoleh...
"Kenapa aku harus takut? Aku hanya tak mengerti dengan semua yang kau lakukan hari ini" jawab Karina.

Pria itu tersenyum lagi mendengar jawaban dari istrinya yang cantik...

"Terimakasih kau tidak banyak berontak, aku suka dirimu yang seperti itu" kata Royes jujur.

Karina membelalakkan matanya mendengar penuturan Royes. Perlahan dia menelan ludahnya lagi...

Apa-apan dia...
Perkataannya terlihat jujur? 
Apa dia sengaja membuatku rapuh lagi???!!!
Mau kemana dia membawaku??!!
Sikapnya begitu mencurigakan...


Mobil terus melaju menuju suatu tempat. Karina tak banyak bicara, sedang Royes tersu saja memandangi Karina yang membuang wajahnya menghadap jendela.

DEG!!DEG!!

Jantung Karina sebenarnya berdetak sangat kencang. Gadis itu sungguh tak tahu kemana Royes akan membawanya. Hatinya ingin menanyakan itu namun entah mengapa lidahnya terasa kaku untuk bersuara.

Mengapa lama sekali perjalanan ini?
Kemana?

Hampir 15 menit berlalu mobil itu masih membawa keduanya ke arah luar kota. Hingga akhirnya mata Karina mulai mengantuk. Kepalanya hampir saja membentur kaca mobil jika sebuah objek membuatnya terkesima.

Mobil itu mulai memasuki kawasan teduh dan rindang. Sepanjang jalan di suguhkan pohon-pohon besar yang melindungi setiap mobil yang melintas. Di tepi jalan tampak sungai kecil mengalir dengan air yang begitu jernih.

Karina segera menggeser duduknya lebih ke tepi lagi. Hatinya sangat takjub dengan apa yang dilihatnya. 




TIBA-TIBA!!! Mobil pun memasuki sebuah kediaman bergaya kuno tapi cukup megah. Dengan pagar yang otomatis terbuka dengan remote control yang ada di tangan Royes. Karina menoleh ke arah pria itu dan bengong. Kemudian matanya mengelilingi pekarangan sekitar rumah tersebut.

BLAM!!!

Royes turun dari mobil, diikuti Karina. Lagi-lagi tangan pria itu menarik lembut jemari Karina. Karina sedikit tergopoh karena benar-benar masih terkesima dengan apa yang dilihatnya sedari jalan tadi.

Royes terus melangkah sampai pada pintu utama rumah megah tersebut. Karina sedikit menarik lengannya untuk berhenti...

"Kenapa Karina?" tanya Royes lembut.

"Aaa..iiini rumah siapa? tanya Karina polos.

"Nanti kau akan tahu semuanya. Akan kuperkenalkan kau pada pemiliknya" jawab Royes.

Tangan itu masih menggenggam jemari Karina. Entah mengapa Karina pun semakin mengeratkan genggaman itu. Keduanya berjalan beriringan kompak.

KLEK!!!





Pintu sudah terbuka!!!

Royes sempat menoleh dan menatap Karina lembut. Karina jadi semakin gugup oleh tatapan itu.

DEG!!

Tiba-tiba dari sebuah lorong di ujung ruangan, keluar seorang pelayan dan hormat membungkukkan tubuhnya pada Royes dan Karina.

"Beliau sudah menunggu tuan Royes" ucapnya sopan.

Royes pun membalasnya dengan senyum ramahnya dan terus melangkah sambil menggenggam jemari Karina.

Sementara Karina semakin tak sabar dan gugup dengan apa yang akan terjadi nanti.

Siapa 'beliau' yang dimaksud pelayan itu?
Ada apa dengan semua ini?
Apa maksudnya?
Tuhaaaan....

DEG!!! DEG!!! DEG!!! 




bersambung -->

Hari Terakhir di Sisimu (5)




Thursday, March 08, 2012

Hari Terakhir di Sisimu (3)



Malam itu begitu indah, bulan yang bundar memancarkan sinar seakan menambah keindahan suasana alam di sekitar pantai tersebut.
Tangan Royes masih menggenggam erat jemari Karina. Karina merasa risih dengan itu. Beberapa kali dia mencoba menghempaskan lengannya agar terlepas dari tangan kuat Royes.
Sampai lelah dan kesal muncul di kepalanya.


"Lepaskan tanganku sekarang juga!" bentak Karina.


Perlahan Royes melepaskan genggamannya pada Karina. Pria itu langsung berjalan melenggang menuju ke sebuah kamar. Karina bingung dengan sikap pria di depannya itu. Yang terkadang sangat sulit dimengerti.


Ada apa dengan lelaki satu ini? Sikapnya membuatku bingung!
Apa dia berkepribadian ganda? Kadang lembut, kadang kasar...


Karina menggeleng, kemudian dia mengeluarkan sebuah kunci dari dalam sakunya. Sebelumnya seorang pelayan hotel memberikan kunci itu padanya. Begitupun Royes bersamaan mengeluarkan sebuah kunci.


Karina berjalan sembari menghitung nomor kamar mana yang sesuai dengan nomor kunci yang dia pegang. Gadis itu tak menyadari bahwa nomor kunci yang dia pegang adalah sama dengan yang dipegang Royes. 


Betapa terkejutnya dia tatkala dirinya dan Royes sama-sama berhenti di depan sebuah kamar.
Mereka saling tatap...


"Kau...aku kan sudah bilang, aku bisa sampai di kamarku sendiri!" ujar Karina bingung.


Gadis itu masih mengira bahwa keberadaan Royes di dekatnya hanyalah untuk mengantarkannya sampai ke kamar.


Royes menggeleng "Aku tahu itu! Kau kan bisa berjalan sendiri"


"Lalu untuk apa kau masih di sini?" tanya Karina dengan nada kesal.


Royes mengangkat bahunya lalu menunjukkan sebuah kunci pada Karina.
Dengan cepat Karina melirik nomor yang tertera di kunci tersebut. Gadis itu semakin kaget saja jika ternyata nomor kunci kamar mereka sama!


"Apa? Nomornya sama? Apa maksudnya ini? KAUU!!!" ancam Karina marah.


Royes pun tak mau kalah, pria itu menatap Karina sangat tajam. Lalu tangannya membuka kamar tersebut dengan kunci yang ada di tangannya. Kemudian tanpa sempat berpikir, tangan Karina ditarik oleh Royes sehingga mereka akhirnya masuk ke kamar itu.


BBLLAAMM!!!


Karina masih terpelongo dengan itu semua. Gadis itu menjadi gugup tak karuan.
Ditambah lagi Royes merebut kunci di tangannya dan menyimpan kunci itu ke dalam saku celananya.


"Eeehh...apa-apaan lagi ini???!!!" tanya Karina cemas.


Namun Royes tak memperdulikannya. Dia segera mengambil kopernya dan menyusun beberapa pakaian ke dalam lemari yang tersedia di hotel.


Karina masih bingung dan cemas. Gadis itu melihat ke sekeliling. Tatapannya tepat pada sebuah tempat tidur yang hanya ada satu. Gadis itu menutup mulutnya gugup, lalu memandangi Royes yang asyik menyusun baju.


Perasaan takutpun hadir menutupi akal sehatnya. Perlahan dia berjalan mendekati Royes untuk bertanya baik-baik.


"Royes, tolong buka pintunya! Biar aku cari kamar lain saja?" 
Namun pria itu mengacuhkan perkataannya. Karina mengurut dadanya mencoba bersabar menghadapinya. Gadis itu menarik nafas panjang sebelum berkata baik-baik lagi...


"Aku mohon, pleasee!! Royes...aku percaya padamu! Jadi aku mohon ijinkan aku pindah kamar! Karena aku tidak menginginkannya!!" terang Karina lebih lembut.


Namun perkataan lembut Karina tadi membuat Royes membalikkan tubuhnya dan menatap tajam pada Karina. Karina sedikit terperanjat karenanya. Gadis itu mundur beberapa langkah...


"Apa kau kira...aku menginginkannya? Apa kau pikir aku yang membuat kita satu kamar?? APA KAU PIKIR AKU BETAH BERSAMAMU DALAM SATU RUANGAN???!!! HHHAAAAHHH!!!!" serang Royes tak terkendali.


Matanya begitu tajam menghujam wajah Karina. Karina terbelalak kaget luar biasa. Dia tak menyangka jika pria di depannya itu sangat marah saat ini.


Royesss...


Perlahan Karina mundur, Royes pun terus melangkah mendekati gadis itu. Hingga...


BUUKKK!!! Sebuah dinding menghentikan keduanya...


Kini Royes tepat sangat dekat dengannya. Tatapan pria itu terlihat sangat murka dan menakutkan.


"Karina! Aku ingin bertanya padamu! Apa yang kau pikirkan tentang aku selama ini?"


Karina masih terdiam gugup, gadis itu terus menunduk tak kuasa menatap mata Royes yang sedang marah.
Karina menggeleng saja...


Royes mencibir gelengan Karina. Pria itu semakin memajukan wajahnya kepada Karina. Karina berusaha menghindar...


TIBA-TIBA...
"JAWAB KARINA!!! APA YANG KAU PIKIRKAN TENTANG AKU SELAMA INIIIIIII!!!!" teriak Royes semakin emosi.


Karina tidak kuat dengan teriakan Royes. Dia menutup telinganya. Tak terasa airmata menetes dari pelupuk matanya yang indah. Karina sangat shock sampai dia tak kuat menahan tangis...


Royes membiarkan itu...


"Karina, aku sudah berapa kali mengingatkanmu untuk bersikap dewasa, bukan?" tanya Royes sedikit melunak.


Karina mencoba menatap Royes...


"Dan...apa kau tahu mengapa kita berada satu kamar?" tanyanya lagi.


Karina menggeleng ragu...


"Itu karena mereka menganggap kita adalah sepasang suami istri yang sesungguhnya!!" jelas Royes mulai tenang.


Karina tak menyangka dengan apa yang dijelaskan Royes tadi. Dia tak pernah berpikir seperti itu selama ini. Sangat jauh dengan persepsi Royes yang memang lebih dewasa dan bijaksana.


Pelan tapi pasti Karina menyadari kesalahan dirinya pada Royes. Gadis itu memang selalu berprasangka buruk pada pria yang dijodohkan dengannya itu.
Dirinya merasa malu dan salah tingkah sendiri. Bingung harus berkata apa pada Royes.
Gadis itu terdiam seribu bahasa...


Aku tak pernah memikirkan hal itu? Mengapa aku bodoh sekali? Dia dan aku kan suami istri di mata semuanya...
Oooohh...betapa bodohnya aku??


Royes menjauh dari dinding, pria itu berjalan duduk di sofa dekat tempat tidur dan meneguk segelas air mineral yang sebelumnya di tuangkan.
Sepertinya Royes sangat kehausan sudah melampiaskan kemarahannya pada Karina.


Karina memandangi Royes lesu. Royes menyadari itu, dia berdiri kembali dan mendekati Karina...
"Kemari Karina" ajaknya lembut.


Sementara itu pikiran Karina sedang berkecamuk penyesalan dan sikap apa yang harus dia ambil saat itu dan setelahnya.
Royes mendudukkan Karina di sofa tepat di sebelahnya. Karina tertunduk tak bereaksi. Gadis itu menjadi bisu. Namun di pelupuk matanya tampak terbendung airmata kesedihan atas kebodohannya.


"Maafkan aku Karina. Mungkin selama ini kau sangat tersiksa karena perjodohan ini" kata Royes lalu meneguk air kembali sebelum dia melanjutkan ucapannya...
"Setelah kita kembali nanti, aku akan mengembalikan semua seperti semula"


Eeehh...apa artinya itu?


Karina menatap Royes...
"Apa maksudmu?" tanya Karina pelan.


Royes menatapnya dalam...
"Aku akan membebaskanmu! Hubungan suami istri perjodohan ini, cukup sampai di sini saja" ujar Royes lesu.


"Royes..." desis Karina tak percaya.


Royes mengangguk dan tersenyum...
"Karina, aku serius...sama ketika aku menerima perjodohan ini dari mendiang ayahmu dahulu" ucap Royes.


Karina menatap pria di depannya lekat-lekat. Dia dapat merasakan ketulusan hati pria itu. Karina menunduk lirih...


"Royes, bukan maksudku seperti itu" kata Karina tak sadar.


Namun Royes hanya tersenyum, menepuk pundak Karina dan berdiri kemudian berjalan menuju balkon kamar.


Hembusan angin sepoi-sepoi terasa merasuk jiwa Royes yang lara. Sementara Karina berpikir hebat dengan apa yang baru saja dikatakan Royes. Dari tempatnya duduk, Karina memandangi punggung pria itu. Rasa sakit mulai hadir dalam benaknya.


Dia akan membebaskanku? Itu artinya tak lama setelah ini aku bukan istri siapa-siapa lagi??!!!
Seharusnya aku senang, bukan?
Tapi...
Tapi mengapa nafasku rasanya berhenti tadi...
Ketika dia mengatakan itu...


Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Ataupun nanti saat dia benar-benar membebaskanku?
Kenapa seperti ini?


KENAPA PERASAANKU JADI SEPERTI INIIII???!!!




@@@


Malam itu sungguh malam yang membuat Karina sedih. Entah mengapa kata-kata yang keluar dari bibir Royes membuatnya berontak dan kesal. Gadis cantik itu selalu merasa bahwa semua pria akan senang berada di dekatnya, apalagi menjadi suami dari dirinya.

Memang kenyataan itu benar adanya, tapi mengapa Royes menginginkan hal yang berbeda. Karina merasa telah kalah perasaan dari pria itu. Karina menjadi semakin kesal dan marah. Semuanya tidak seperti yang dia harapkan. Gadis ceroboh, super sembrono itu kini sedang berpikir keras dengan kehidupan yang mulai berubah.

Royes masih berdiri di balkon kamar, memandangi deburan ombak malam di pantai tersebut. Sesekali tangannya tampak membenarkan rambutnya yang acak-acakan terhembus angin.

Karina terduduk lesu di sofa. Kini matanya sembab oleh airmata yang sedari tadi mengalir dengan derasnya. Karina seperti orang yang patah hati dan lara sekali.
Sorot mata itu sungguh menyedihkan. Sekilas Royes sempat memperhatikan kesedihan Karina. Namun dengan cepat pria itu memalingkan wajahnya. Hal yang sama dirasakan olehnya.

Maafkan aku ayah, ternyata aku menyerah...
Aku tak sanggup memenuhi janjiku padamu...
Aku tak sanggup lagi untuk menjaganya...
Karena aku tak bisa meluluhkan hatinya yang keras...

Kau pernah berkata tentang itu sebelumnya...
Namun saat itu aku meyakinkan hatiku untuk menerima...
Dia memang gadis tercantik yang pernah aku temui...
Gadis pertama yang berani melawanku dan mempermalukanku...

Gadis angkuh, gadis cantik, gadis yang sangat...
Kini aku sadar bahwa hatiku telah...
Tapi semuanya telah terlambat, ayah...

Karina, maafkan aku...
Aku menyerah...
Maafkan aku, ayah...

Menyadari Royes yang masih mendiamkankannya, Karina mencoba berpikir jernih. Hatinya begitu ingin menghampiri pria tersebut. Sejenak gadis itu sangat ingin bisa berdua dengan Royes dalam keadaan yang menyenangkan. Ada dorongan yang muncul dalam benaknya untuk mengalah dan meminta maaf atas apa yang telah dia lakukan pada pria di balkon kamarnya sana.

Royes, maafkan aku...
Maukah kau memaafkanku? Memaafkan semua tingksh lakuku yang membuatmu menderita seperti ini?
Tapi bagaimana cara aku berbicara padanya???
Aku merasa seperti orang bodoh bila mengatakan itu...
Pasti dia akan mentertawakanku nanti...

Tapi...

Ayah, aku bingung harus bagaimana???
Ayah, aku tidak ingin sendiri...
Aku ingin seseorang menjagaku sekarang dan nanti...
Aku butuh seseorang, ayaaaaahh...

Tak sadar Karina menangis tersedu-sedu dalam kebingungan. Isakannya membuat Royes cemas dan segera menghampirinya.

"Karinaaa!!! Apa kau baik-baik saja?" tanya Royes khawatir.

Melihat Royes mendekat, Karina menutupi wajahnya malu...
Royes berusaha membuka jemari Karina, dia ingin tahu ada apa sebenarnya. Apa yang ada di pikiran gadis cantik tersebut.

"Karina, ada apa? Mengapa kau menangis seperti ini? Ayo, ceritakan padaku?" bujuk Royes lagi.

Karina menggeleng...
Padahal gadis itu sedang berusaha mencari akal untuk alasan apa dia sampai menangis seperti ini...

"Aku...aaku hanya teringat ayah saja" kata Karina pelan.

Perlahan Karina membuka wajahnya. Dia memandangi Royes yang sedari tadi ada di hadapannya. Melihat dari dekat mata Karina yang sembab, Royes kaget. Wajahnya berubah lebih cemas lagi.

"Karinaaa...matamu? Kau...benar-benar menangis sedari tadi? Apa itu karena ingatanmu pada ayah? Atau..." gumam Royes heran.

"Itu karena ayah saja. Sudah lama aku merindukannya..." jawab Karina cepat.

Royes menatap dalam gadis itu..
Pria itu memperhatikan lekat-lekat raut wajah dari Karina...
Ada kecurigaan disana...

Gadis ini...

TIBA-TIBA!!!

CUUP!!!

Royes mengecup bibir Karina secepat kilat...

Tentu saja Karina terbelalak tak menyangka dengan apa yang baru saja terjadi. Karina tak berontak, gadis itu terdiam menatap keheranan dan shock.

Mereka saling tatap...

Cukup lama tatapan itu berakhir...

Tiada kata, tiada bantahan dari mulut mungil Karina. Gadis itu seperti memang mengharapkan hal itu terjadi. Karina mengusap bibirnya perlahan. Namun tatapan itu masih melayang pada Royes yang berdiri menjauh darinya.

Kemudian pria itu berkata lembut:
"Maafkan atas kelancanganku tadi...aku terbawa suasana" 

Karina tak menjawabnya. Dia hanya menunduk malu dan senyum tipis penuh arti tersungging dari bibirnya yang merah...
Jemari gadis itu masih meraba sekali lagi bibirnya sendiri. Karina tak mengerti mengapa perasaannya semakin tak karuan. Ciuman lembut dan sangat singkat itu telah membuatnya lebih menderita lagi sekarang.

Royes, mengapa kau lakukan itu? Apa artinya?
Bukankah kau ingin bebas dariku?
Tidak ingin lagi menjagaku? Tidak menyukaiku?
Apa artinya Royes??? Kau membuatku menderita...


Malam itu Karina tak sekedippun memejamkan matanya. Tubuhnya terbaring di tempat tidur empuk yang tak jauh dengan sofa tempat Royes berbaring.


Sedari tadi tatapan gadis cantik itu terpaku pada Royes yang tengah terlelap. Dalam hatinya, begitu ingin dia mendekati sofa itu, namun rasa takut begitu besar di kedua matanya.


Royes...
Malam ini adalah malam terakhir...
Besok kita akan kembali...
Tuhaaan....
Mengapa perasaanku berat seperti ini?
Ada apa denganku? Hatiku???!!!


Mengapa ada rasa takut yang kurasakan, takut akan kehilangan segalanya...
Aku takut...takut sekali...


@@@


Malam berganti pagi...

Karina sudah mandi dan bersiap hendak keluar kamar. Royes baru saja keluar dari kamar mandi. Pria itu tersenyum lembut pada Karina.

"Pagi, Karina..." sapanya.

Karina berhenti dan menoleh ke arah pria itu dan membalas senyumannya sambil berkata...
"Pagi..."

"Eeh kau mau kemana? Sarapan? Mengapa tak menungguku?" tanya Royes.

Karina tak menjawabnya, dia berbalik dan duduk di sofa untuk menunggu Royes bersiap. Sementara itu sambil bersiap, mata Royes terus memandangi wajah Karina yang lesu.

Ada dengannya? Tidak seperti biasanya? Apa semalam dia bisa tertidur? Atau malah tidak sama sekali?
Karinaa...

Beberapa menit kemudian, keduanya keluar kamar dan menuju tempat sarapan. Di sana telah menanti rombongan lain. Andre berlari kecil menyambut Karina. Hingga membuat Royes kesal.

Royes menatap tajam ke arah Andre. Namun Andre tak menyadari hal itu. Pria itu langsung membawa Karina untuk duduk di sampingnya. Karina menoleh kepada Royes, namun dengan segera Royes bersikap acuh tak acuh, seolah dia tidak kesal sama sekali.

Karina pun duduk tepat diantara Royes dan Andre...

Sarapan pagi itu terasa kaku! Seusai sarapan semua rombongan bersiap kembali ke kamar masing-masing untuk mengambil barang-barang mereka. Hari ini akan kembali ke kota asal mereka.

"Karina, apa kau baik-baik saja?" tanya Royes ketika mereka berada di kamar.

Karina hanya mengangguk sambil menutup kopernya...

"Kenapa kau menanyakan itu? Aku selalu baik-baik saja, bukan?" jawab Karina asal.

Royes menatap lekat-lekat Karina. Pria itu tahu bahwa Karina berbohong. 

"Dasar keras kepala! Terserah padamu saja!" kata Royes dingin.

Karina pun berdiri dan meninggalkan kamar begitu saja. Jawaban Royes membuatnya marah. Royes pun menyusulnya dengan membawa koper masing-masing.

Setibanya di bandara, Royes tampak terus memperhatikan Karina. Gadis itu masih saja diam dan tak banyak bicara. Biasanya Karina lah yang paling cerewet dan selalu membuat suasana gaduh dengannya.


Beberapa jam kemudian semua rombongan telah tiba kembali di kota asal mereka.


Setelah pamit dan bersalaman, tinggalah mereka berempat, Royes, Karina, Deandra dan Andre.


Royes membuka obrolan sebagai tanda perpisahan...


"Deandra, apa jemputanmu sudah datang?" 


Deandra menggeleng sambil celingak-celinguk ke parkiran. Namun memang tidak ada satu mobilpun yang dia kenal.


Karina dan Andre hanya diam memperhatikan keduanya tanya jawab. Perlahan Andre dapat merasakan apa yang sedang dirasakan oleh wanita cantik cinta pertamanya itu.
Dengan tatapan tajam, Andre terus memandangi Karina yang berdiri menjauh dari ketiganya.


Sementara Royes dan Deandra masih saja mengobrol...


"Karina, apa kau akan kembali ke rumah bersama suamimu?" tanya Andre ingin tahu.


Mendengar pertanyaan itu, Karina membalikkan tubuhnya dan hanya mengangkat bahunya.


"Bagaimana jika aku yang mengantarmu pulang? Sepertinya Royes akan mengantar Deandra terlebih dahulu"


Perkataan terakhir Andre menyadarkan Karina akan hal itu. Gadis itu menatap Andre dalam. Seolah ingin memberitahukan tentang apa yang dia galaukan sedari tadi.


"Kariiin, mengapa kau diam saja?!" tanya Andre sekali lagi.


Karina pun tersadar dari lamunannya...
Dengan gugup dia membuang segala kegundahan dan menutupinya..


"Eeh...oohh...iya, baiklah Dre" jawabnya singkat.


Mereka mendekati Royes dan Deandra...


"Ehheemm, maaf tuan Royes, apa aku bisa mengantar Karina terlebih dahulu? Sepertinya anda akan mengantarkan Deandra, bukan?" tanya Andre sopan.


Royes dan Deandra sedikit kaget dengan keberanian Andre. Pria itu menatap Andre lama...
Tatapan Royes bergantian menatap Karina, istrinya. Lama...


Deandra dan Andre tertegun. Karina dan Royes saling tatap beberapa saat. Dari tatapan keduanya seolah mengisyaratkan kegelisahan dan jarak yang teramat panjang.


Lalu Royes pun akhirnya dengan berat hati mengangguk, berarti mengijinkan Andre untuk membawa istrinya pulang ke rumah.


Tanpa bicara, Karina mengikuti Andre masuk ke dalam mobil. Tanpa menoleh ke arah Royes, Karina masih diam bungkam. Di dalam mobil, gadis itu pun demikian. 
Suasana itu membuat Andre ragu untuk mengantarkan langsung Karina ke rumahnya.


Ada apa dengan mereka? Apa Karina dan Royes sedang bertengkar. Mereka suami istri, bukan????
Aku ragu...
Hubungannya tidak seperti itu...
Ada jarak diantara mereka...
Kariiin...
Aku begitu ingin kau tetap bersamaku...
Kariin...
Mana dirimu yang ceria? Kini kau begitu pendiam...
Ada apa dengan hatimu saat ini?
Apa kau sungguh menyukai suamimu?
Apa kau benar mulai mencintainya???!!!


@@@


Tak terasa malam telah larut. Sebuah mobil baru saja masuk pekarangan kediaman Karina. Dari lantai atas, tersibak tirai untuk melihat siapa yang datang.


Karina pun turun dari mobil Andre. Wajahnya sedikit cerah, walaupun guratan kelelahan begitu jelas dari matanya.


"Terimakasih untuk hari ini, Dre. Aku...aku tak tahu harus bilang apa padamu. Kau baik sekali!" ucap Karina.


Andre menanggapinya dengan senyuman yang sangat tulus...
"Sama-sama Kariin, aku pun demikian. Aku senang bisa membuatmu bahagia. Baiklah, kau masuk saja, ini sudah malam. Sampaikan salamku pada tuan Royes" ujar Andre sambil melambaikan tangannya dan masuk ke dalam mobil.


"Bye...bye..." balas Karina sambil tersenyum manis.


Karina terus memandangi mobil itu sampai menjauh dan hilang dari pandangan...


Terimakasih, Andre...


Gadis itu pun masuk, seorang pelayan membantu membawakan kopernya. Karina langsung menuju lantai atas untuk ke kamarnya.


BLLAAMM!!!


Gadis itu baru saja masuk ke dalam kamarnya. Tubuhnya baru saja akan dia hempaskan di tempat tidurnya, namun terhenti ketika sebuah suara mengejutkannya!


"Apa wajar seorang istri pulang bersama pria lain selarut ini?!" tanya suara itu yang tak lain adalah Royes. Nadanya terdengar kaku dan bergetar.


Karina duduk di tepi ranjang. Dan menoleh ke arah suara tersebut. Tepat di sofa depan tempat tidurnya, Royes duduk menatap tajam dirinya!!


"Kau! Sedang apa di kamarku?!" tanya Karina kaget.


Namun Royes tak langsung menjawabnya. Mereka saling tatap dingin dan kaku!
Karina berulang kali menelan ludahnya sedikit gusar dengan tatapan Royes.


Mengapa aku seperti ini? Tatapannya membuatku takut...
Mengapa aku jadi begini? Apa dia marah padaku? Aku harus bagaimana? Tuhan, aku bingung dengan sikapnya...
Ini menyakitkan! Sungguh...


Tanpa terasa airmata Karina menetes satu persatu. Gadis itu tak kuasa membendung kegundahannya tentang Royes dan Deandra tadi siang. Kini dia harus mengakui bahwa hatinya terasa diiris karenanya. Pedih...


Karina mulai cemburu!!!
Yaa, gadis egois itu cemburu pada Royes! Tapi Karina belum menyadari dan bingung bagaimana mengungkapkannya.


Melihat Karina menangis, Royes berdiri dan mendekati Karina. Pria itu duduk begitu dekat dengan Karina. Perlahan dia menyentuh jemari Karina yang mungil.


"Karina...maafkan aku. Aku bukan suami yang baik!" ucapnya lirih.


Mendengar ucapan Royes, airmata Karina semakin deras mengalir. Entah mengapa...


Apa kau akan mengatakannya sekarang? Apa kau akan pergi dari sisiku? Apa itu artinya kau akan menceraikanku?


Karina semakin menangis bersedih...


Royes pun bingung harus bagaimana, pria itu mendekap Karina erat. Sembari membelai rambut Karina dengan lembut.


"Jangan menangis Karin, aku...aku merasa hancur bila melihat airmatamu seperti ini" kata Royes kemudian.


Antara bahagia dan sedih, Karina merasa semua yang dilakukan Royes padanya malam itu adalah satu pertanda akan adanya perpisahan. Permintaan maaf dari Royes seolah suatu bentuk ketidak mampuan Royes menjaganya. Suatu tanda bahwa pria itu telah jenuh dan menyerah!


Karina menggeleng tanpa sadar dan berteriak...


"TIDAAAAAKKK!!!!" 


Sontak Royes melepas perlahan dekapannya pada Karina dan memandangi gadis itu heran.


"Karina, ada apa?"


Karina pun kaget dengan apa yang dia lakukan. Dia menatap Royes lekat-lekat...
Royes membalasnya dengan lembut...


Royes akhirnya berusaha membujuk Karina untuk mengatakan apa yang sebenarnya dipikirkan gadis itu.


"Karina, aku mohon katakan sesuatu. Aku lihat sedari pagi tadi, kau diam saja. Tidak seperti biasanya!" kata Royes penasaran.


Karina sendiri pun tak tahu harus menjawab apa. Satu sisi dia malu untuk mengatakan rasa yang mulai dia rasakan. Satu sisi dia takut semuanya akan berakhir bila tak mengatakan hal yang sesungguhnya.


Gadis itu hanya bisa menatap Royes dalam. Karena Karina hanya memandanginya, Royespun perlahan bergeser mendekatkan tubuhnya dengan gadis itu.


Melihat Royes yang mendekat, Karina jadi salah tingkah dan berpikiran yang bukan-bukan. Lamunannya mulai berkelana dengan wanginya tubuh dan nafas Royes yang begitu dekat dengannya.
Perlahan matanya terpejam seakan mengharapkan sesuatu mengenai bibirnya.


Sementara Royes memperhatikan gerak gerik Karina dan tak mengerti mengapa gadis di depannya melakukan itu.


"Karina, aku rasa kita kelelahan, jadi kau beristirahatlah dahulu! Ini sudah larut!" kata Royes mengejutkan Karina.


Tersadar dari khayalannya, Karina dengan cepat membuka matanya. Dan mendapati Royes sudah berada di depan pintu untuk pergi.


Tak lama...


BBllamm!!!


Pria itu keluar dan menghilang dari penglihatannya. Karina terpaku meratapinya. Gadis itu bertambah sedih dan galau pastinya.


Apa yang kulakukan? Apa aku tadi memberinya isyarat bahwa aku tak ingin berpisah darinya??!!
Bagaimana ini?
Apa dia pun menginginkan hal yang sama denganku? Atau malah sebaliknya??!!


Royeeess....
Apa perasaan kita sama??
Ayaahh...ibuuu....bagaimana ini??
Aku akui bahwa aku mulai menyukainya...
Entah sejak kapan itu terjadi padaku!


Betapa bodohnya aku membiarkan itu terjadi!!!
Bodohnya aku!!


Dasar Karina bodoooooohhh!!!


Karina memukul kecil keningnya berulang-ulang. Entah berapa kali hingga malam menidurkan dirinya. Diapun terlelap...











continue to -chapter 4-