Thursday, March 08, 2012

Hari Terakhir di Sisimu (3)



Malam itu begitu indah, bulan yang bundar memancarkan sinar seakan menambah keindahan suasana alam di sekitar pantai tersebut.
Tangan Royes masih menggenggam erat jemari Karina. Karina merasa risih dengan itu. Beberapa kali dia mencoba menghempaskan lengannya agar terlepas dari tangan kuat Royes.
Sampai lelah dan kesal muncul di kepalanya.


"Lepaskan tanganku sekarang juga!" bentak Karina.


Perlahan Royes melepaskan genggamannya pada Karina. Pria itu langsung berjalan melenggang menuju ke sebuah kamar. Karina bingung dengan sikap pria di depannya itu. Yang terkadang sangat sulit dimengerti.


Ada apa dengan lelaki satu ini? Sikapnya membuatku bingung!
Apa dia berkepribadian ganda? Kadang lembut, kadang kasar...


Karina menggeleng, kemudian dia mengeluarkan sebuah kunci dari dalam sakunya. Sebelumnya seorang pelayan hotel memberikan kunci itu padanya. Begitupun Royes bersamaan mengeluarkan sebuah kunci.


Karina berjalan sembari menghitung nomor kamar mana yang sesuai dengan nomor kunci yang dia pegang. Gadis itu tak menyadari bahwa nomor kunci yang dia pegang adalah sama dengan yang dipegang Royes. 


Betapa terkejutnya dia tatkala dirinya dan Royes sama-sama berhenti di depan sebuah kamar.
Mereka saling tatap...


"Kau...aku kan sudah bilang, aku bisa sampai di kamarku sendiri!" ujar Karina bingung.


Gadis itu masih mengira bahwa keberadaan Royes di dekatnya hanyalah untuk mengantarkannya sampai ke kamar.


Royes menggeleng "Aku tahu itu! Kau kan bisa berjalan sendiri"


"Lalu untuk apa kau masih di sini?" tanya Karina dengan nada kesal.


Royes mengangkat bahunya lalu menunjukkan sebuah kunci pada Karina.
Dengan cepat Karina melirik nomor yang tertera di kunci tersebut. Gadis itu semakin kaget saja jika ternyata nomor kunci kamar mereka sama!


"Apa? Nomornya sama? Apa maksudnya ini? KAUU!!!" ancam Karina marah.


Royes pun tak mau kalah, pria itu menatap Karina sangat tajam. Lalu tangannya membuka kamar tersebut dengan kunci yang ada di tangannya. Kemudian tanpa sempat berpikir, tangan Karina ditarik oleh Royes sehingga mereka akhirnya masuk ke kamar itu.


BBLLAAMM!!!


Karina masih terpelongo dengan itu semua. Gadis itu menjadi gugup tak karuan.
Ditambah lagi Royes merebut kunci di tangannya dan menyimpan kunci itu ke dalam saku celananya.


"Eeehh...apa-apaan lagi ini???!!!" tanya Karina cemas.


Namun Royes tak memperdulikannya. Dia segera mengambil kopernya dan menyusun beberapa pakaian ke dalam lemari yang tersedia di hotel.


Karina masih bingung dan cemas. Gadis itu melihat ke sekeliling. Tatapannya tepat pada sebuah tempat tidur yang hanya ada satu. Gadis itu menutup mulutnya gugup, lalu memandangi Royes yang asyik menyusun baju.


Perasaan takutpun hadir menutupi akal sehatnya. Perlahan dia berjalan mendekati Royes untuk bertanya baik-baik.


"Royes, tolong buka pintunya! Biar aku cari kamar lain saja?" 
Namun pria itu mengacuhkan perkataannya. Karina mengurut dadanya mencoba bersabar menghadapinya. Gadis itu menarik nafas panjang sebelum berkata baik-baik lagi...


"Aku mohon, pleasee!! Royes...aku percaya padamu! Jadi aku mohon ijinkan aku pindah kamar! Karena aku tidak menginginkannya!!" terang Karina lebih lembut.


Namun perkataan lembut Karina tadi membuat Royes membalikkan tubuhnya dan menatap tajam pada Karina. Karina sedikit terperanjat karenanya. Gadis itu mundur beberapa langkah...


"Apa kau kira...aku menginginkannya? Apa kau pikir aku yang membuat kita satu kamar?? APA KAU PIKIR AKU BETAH BERSAMAMU DALAM SATU RUANGAN???!!! HHHAAAAHHH!!!!" serang Royes tak terkendali.


Matanya begitu tajam menghujam wajah Karina. Karina terbelalak kaget luar biasa. Dia tak menyangka jika pria di depannya itu sangat marah saat ini.


Royesss...


Perlahan Karina mundur, Royes pun terus melangkah mendekati gadis itu. Hingga...


BUUKKK!!! Sebuah dinding menghentikan keduanya...


Kini Royes tepat sangat dekat dengannya. Tatapan pria itu terlihat sangat murka dan menakutkan.


"Karina! Aku ingin bertanya padamu! Apa yang kau pikirkan tentang aku selama ini?"


Karina masih terdiam gugup, gadis itu terus menunduk tak kuasa menatap mata Royes yang sedang marah.
Karina menggeleng saja...


Royes mencibir gelengan Karina. Pria itu semakin memajukan wajahnya kepada Karina. Karina berusaha menghindar...


TIBA-TIBA...
"JAWAB KARINA!!! APA YANG KAU PIKIRKAN TENTANG AKU SELAMA INIIIIIII!!!!" teriak Royes semakin emosi.


Karina tidak kuat dengan teriakan Royes. Dia menutup telinganya. Tak terasa airmata menetes dari pelupuk matanya yang indah. Karina sangat shock sampai dia tak kuat menahan tangis...


Royes membiarkan itu...


"Karina, aku sudah berapa kali mengingatkanmu untuk bersikap dewasa, bukan?" tanya Royes sedikit melunak.


Karina mencoba menatap Royes...


"Dan...apa kau tahu mengapa kita berada satu kamar?" tanyanya lagi.


Karina menggeleng ragu...


"Itu karena mereka menganggap kita adalah sepasang suami istri yang sesungguhnya!!" jelas Royes mulai tenang.


Karina tak menyangka dengan apa yang dijelaskan Royes tadi. Dia tak pernah berpikir seperti itu selama ini. Sangat jauh dengan persepsi Royes yang memang lebih dewasa dan bijaksana.


Pelan tapi pasti Karina menyadari kesalahan dirinya pada Royes. Gadis itu memang selalu berprasangka buruk pada pria yang dijodohkan dengannya itu.
Dirinya merasa malu dan salah tingkah sendiri. Bingung harus berkata apa pada Royes.
Gadis itu terdiam seribu bahasa...


Aku tak pernah memikirkan hal itu? Mengapa aku bodoh sekali? Dia dan aku kan suami istri di mata semuanya...
Oooohh...betapa bodohnya aku??


Royes menjauh dari dinding, pria itu berjalan duduk di sofa dekat tempat tidur dan meneguk segelas air mineral yang sebelumnya di tuangkan.
Sepertinya Royes sangat kehausan sudah melampiaskan kemarahannya pada Karina.


Karina memandangi Royes lesu. Royes menyadari itu, dia berdiri kembali dan mendekati Karina...
"Kemari Karina" ajaknya lembut.


Sementara itu pikiran Karina sedang berkecamuk penyesalan dan sikap apa yang harus dia ambil saat itu dan setelahnya.
Royes mendudukkan Karina di sofa tepat di sebelahnya. Karina tertunduk tak bereaksi. Gadis itu menjadi bisu. Namun di pelupuk matanya tampak terbendung airmata kesedihan atas kebodohannya.


"Maafkan aku Karina. Mungkin selama ini kau sangat tersiksa karena perjodohan ini" kata Royes lalu meneguk air kembali sebelum dia melanjutkan ucapannya...
"Setelah kita kembali nanti, aku akan mengembalikan semua seperti semula"


Eeehh...apa artinya itu?


Karina menatap Royes...
"Apa maksudmu?" tanya Karina pelan.


Royes menatapnya dalam...
"Aku akan membebaskanmu! Hubungan suami istri perjodohan ini, cukup sampai di sini saja" ujar Royes lesu.


"Royes..." desis Karina tak percaya.


Royes mengangguk dan tersenyum...
"Karina, aku serius...sama ketika aku menerima perjodohan ini dari mendiang ayahmu dahulu" ucap Royes.


Karina menatap pria di depannya lekat-lekat. Dia dapat merasakan ketulusan hati pria itu. Karina menunduk lirih...


"Royes, bukan maksudku seperti itu" kata Karina tak sadar.


Namun Royes hanya tersenyum, menepuk pundak Karina dan berdiri kemudian berjalan menuju balkon kamar.


Hembusan angin sepoi-sepoi terasa merasuk jiwa Royes yang lara. Sementara Karina berpikir hebat dengan apa yang baru saja dikatakan Royes. Dari tempatnya duduk, Karina memandangi punggung pria itu. Rasa sakit mulai hadir dalam benaknya.


Dia akan membebaskanku? Itu artinya tak lama setelah ini aku bukan istri siapa-siapa lagi??!!!
Seharusnya aku senang, bukan?
Tapi...
Tapi mengapa nafasku rasanya berhenti tadi...
Ketika dia mengatakan itu...


Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Ataupun nanti saat dia benar-benar membebaskanku?
Kenapa seperti ini?


KENAPA PERASAANKU JADI SEPERTI INIIII???!!!




@@@


Malam itu sungguh malam yang membuat Karina sedih. Entah mengapa kata-kata yang keluar dari bibir Royes membuatnya berontak dan kesal. Gadis cantik itu selalu merasa bahwa semua pria akan senang berada di dekatnya, apalagi menjadi suami dari dirinya.

Memang kenyataan itu benar adanya, tapi mengapa Royes menginginkan hal yang berbeda. Karina merasa telah kalah perasaan dari pria itu. Karina menjadi semakin kesal dan marah. Semuanya tidak seperti yang dia harapkan. Gadis ceroboh, super sembrono itu kini sedang berpikir keras dengan kehidupan yang mulai berubah.

Royes masih berdiri di balkon kamar, memandangi deburan ombak malam di pantai tersebut. Sesekali tangannya tampak membenarkan rambutnya yang acak-acakan terhembus angin.

Karina terduduk lesu di sofa. Kini matanya sembab oleh airmata yang sedari tadi mengalir dengan derasnya. Karina seperti orang yang patah hati dan lara sekali.
Sorot mata itu sungguh menyedihkan. Sekilas Royes sempat memperhatikan kesedihan Karina. Namun dengan cepat pria itu memalingkan wajahnya. Hal yang sama dirasakan olehnya.

Maafkan aku ayah, ternyata aku menyerah...
Aku tak sanggup memenuhi janjiku padamu...
Aku tak sanggup lagi untuk menjaganya...
Karena aku tak bisa meluluhkan hatinya yang keras...

Kau pernah berkata tentang itu sebelumnya...
Namun saat itu aku meyakinkan hatiku untuk menerima...
Dia memang gadis tercantik yang pernah aku temui...
Gadis pertama yang berani melawanku dan mempermalukanku...

Gadis angkuh, gadis cantik, gadis yang sangat...
Kini aku sadar bahwa hatiku telah...
Tapi semuanya telah terlambat, ayah...

Karina, maafkan aku...
Aku menyerah...
Maafkan aku, ayah...

Menyadari Royes yang masih mendiamkankannya, Karina mencoba berpikir jernih. Hatinya begitu ingin menghampiri pria tersebut. Sejenak gadis itu sangat ingin bisa berdua dengan Royes dalam keadaan yang menyenangkan. Ada dorongan yang muncul dalam benaknya untuk mengalah dan meminta maaf atas apa yang telah dia lakukan pada pria di balkon kamarnya sana.

Royes, maafkan aku...
Maukah kau memaafkanku? Memaafkan semua tingksh lakuku yang membuatmu menderita seperti ini?
Tapi bagaimana cara aku berbicara padanya???
Aku merasa seperti orang bodoh bila mengatakan itu...
Pasti dia akan mentertawakanku nanti...

Tapi...

Ayah, aku bingung harus bagaimana???
Ayah, aku tidak ingin sendiri...
Aku ingin seseorang menjagaku sekarang dan nanti...
Aku butuh seseorang, ayaaaaahh...

Tak sadar Karina menangis tersedu-sedu dalam kebingungan. Isakannya membuat Royes cemas dan segera menghampirinya.

"Karinaaa!!! Apa kau baik-baik saja?" tanya Royes khawatir.

Melihat Royes mendekat, Karina menutupi wajahnya malu...
Royes berusaha membuka jemari Karina, dia ingin tahu ada apa sebenarnya. Apa yang ada di pikiran gadis cantik tersebut.

"Karina, ada apa? Mengapa kau menangis seperti ini? Ayo, ceritakan padaku?" bujuk Royes lagi.

Karina menggeleng...
Padahal gadis itu sedang berusaha mencari akal untuk alasan apa dia sampai menangis seperti ini...

"Aku...aaku hanya teringat ayah saja" kata Karina pelan.

Perlahan Karina membuka wajahnya. Dia memandangi Royes yang sedari tadi ada di hadapannya. Melihat dari dekat mata Karina yang sembab, Royes kaget. Wajahnya berubah lebih cemas lagi.

"Karinaaa...matamu? Kau...benar-benar menangis sedari tadi? Apa itu karena ingatanmu pada ayah? Atau..." gumam Royes heran.

"Itu karena ayah saja. Sudah lama aku merindukannya..." jawab Karina cepat.

Royes menatap dalam gadis itu..
Pria itu memperhatikan lekat-lekat raut wajah dari Karina...
Ada kecurigaan disana...

Gadis ini...

TIBA-TIBA!!!

CUUP!!!

Royes mengecup bibir Karina secepat kilat...

Tentu saja Karina terbelalak tak menyangka dengan apa yang baru saja terjadi. Karina tak berontak, gadis itu terdiam menatap keheranan dan shock.

Mereka saling tatap...

Cukup lama tatapan itu berakhir...

Tiada kata, tiada bantahan dari mulut mungil Karina. Gadis itu seperti memang mengharapkan hal itu terjadi. Karina mengusap bibirnya perlahan. Namun tatapan itu masih melayang pada Royes yang berdiri menjauh darinya.

Kemudian pria itu berkata lembut:
"Maafkan atas kelancanganku tadi...aku terbawa suasana" 

Karina tak menjawabnya. Dia hanya menunduk malu dan senyum tipis penuh arti tersungging dari bibirnya yang merah...
Jemari gadis itu masih meraba sekali lagi bibirnya sendiri. Karina tak mengerti mengapa perasaannya semakin tak karuan. Ciuman lembut dan sangat singkat itu telah membuatnya lebih menderita lagi sekarang.

Royes, mengapa kau lakukan itu? Apa artinya?
Bukankah kau ingin bebas dariku?
Tidak ingin lagi menjagaku? Tidak menyukaiku?
Apa artinya Royes??? Kau membuatku menderita...


Malam itu Karina tak sekedippun memejamkan matanya. Tubuhnya terbaring di tempat tidur empuk yang tak jauh dengan sofa tempat Royes berbaring.


Sedari tadi tatapan gadis cantik itu terpaku pada Royes yang tengah terlelap. Dalam hatinya, begitu ingin dia mendekati sofa itu, namun rasa takut begitu besar di kedua matanya.


Royes...
Malam ini adalah malam terakhir...
Besok kita akan kembali...
Tuhaaan....
Mengapa perasaanku berat seperti ini?
Ada apa denganku? Hatiku???!!!


Mengapa ada rasa takut yang kurasakan, takut akan kehilangan segalanya...
Aku takut...takut sekali...


@@@


Malam berganti pagi...

Karina sudah mandi dan bersiap hendak keluar kamar. Royes baru saja keluar dari kamar mandi. Pria itu tersenyum lembut pada Karina.

"Pagi, Karina..." sapanya.

Karina berhenti dan menoleh ke arah pria itu dan membalas senyumannya sambil berkata...
"Pagi..."

"Eeh kau mau kemana? Sarapan? Mengapa tak menungguku?" tanya Royes.

Karina tak menjawabnya, dia berbalik dan duduk di sofa untuk menunggu Royes bersiap. Sementara itu sambil bersiap, mata Royes terus memandangi wajah Karina yang lesu.

Ada dengannya? Tidak seperti biasanya? Apa semalam dia bisa tertidur? Atau malah tidak sama sekali?
Karinaa...

Beberapa menit kemudian, keduanya keluar kamar dan menuju tempat sarapan. Di sana telah menanti rombongan lain. Andre berlari kecil menyambut Karina. Hingga membuat Royes kesal.

Royes menatap tajam ke arah Andre. Namun Andre tak menyadari hal itu. Pria itu langsung membawa Karina untuk duduk di sampingnya. Karina menoleh kepada Royes, namun dengan segera Royes bersikap acuh tak acuh, seolah dia tidak kesal sama sekali.

Karina pun duduk tepat diantara Royes dan Andre...

Sarapan pagi itu terasa kaku! Seusai sarapan semua rombongan bersiap kembali ke kamar masing-masing untuk mengambil barang-barang mereka. Hari ini akan kembali ke kota asal mereka.

"Karina, apa kau baik-baik saja?" tanya Royes ketika mereka berada di kamar.

Karina hanya mengangguk sambil menutup kopernya...

"Kenapa kau menanyakan itu? Aku selalu baik-baik saja, bukan?" jawab Karina asal.

Royes menatap lekat-lekat Karina. Pria itu tahu bahwa Karina berbohong. 

"Dasar keras kepala! Terserah padamu saja!" kata Royes dingin.

Karina pun berdiri dan meninggalkan kamar begitu saja. Jawaban Royes membuatnya marah. Royes pun menyusulnya dengan membawa koper masing-masing.

Setibanya di bandara, Royes tampak terus memperhatikan Karina. Gadis itu masih saja diam dan tak banyak bicara. Biasanya Karina lah yang paling cerewet dan selalu membuat suasana gaduh dengannya.


Beberapa jam kemudian semua rombongan telah tiba kembali di kota asal mereka.


Setelah pamit dan bersalaman, tinggalah mereka berempat, Royes, Karina, Deandra dan Andre.


Royes membuka obrolan sebagai tanda perpisahan...


"Deandra, apa jemputanmu sudah datang?" 


Deandra menggeleng sambil celingak-celinguk ke parkiran. Namun memang tidak ada satu mobilpun yang dia kenal.


Karina dan Andre hanya diam memperhatikan keduanya tanya jawab. Perlahan Andre dapat merasakan apa yang sedang dirasakan oleh wanita cantik cinta pertamanya itu.
Dengan tatapan tajam, Andre terus memandangi Karina yang berdiri menjauh dari ketiganya.


Sementara Royes dan Deandra masih saja mengobrol...


"Karina, apa kau akan kembali ke rumah bersama suamimu?" tanya Andre ingin tahu.


Mendengar pertanyaan itu, Karina membalikkan tubuhnya dan hanya mengangkat bahunya.


"Bagaimana jika aku yang mengantarmu pulang? Sepertinya Royes akan mengantar Deandra terlebih dahulu"


Perkataan terakhir Andre menyadarkan Karina akan hal itu. Gadis itu menatap Andre dalam. Seolah ingin memberitahukan tentang apa yang dia galaukan sedari tadi.


"Kariiin, mengapa kau diam saja?!" tanya Andre sekali lagi.


Karina pun tersadar dari lamunannya...
Dengan gugup dia membuang segala kegundahan dan menutupinya..


"Eeh...oohh...iya, baiklah Dre" jawabnya singkat.


Mereka mendekati Royes dan Deandra...


"Ehheemm, maaf tuan Royes, apa aku bisa mengantar Karina terlebih dahulu? Sepertinya anda akan mengantarkan Deandra, bukan?" tanya Andre sopan.


Royes dan Deandra sedikit kaget dengan keberanian Andre. Pria itu menatap Andre lama...
Tatapan Royes bergantian menatap Karina, istrinya. Lama...


Deandra dan Andre tertegun. Karina dan Royes saling tatap beberapa saat. Dari tatapan keduanya seolah mengisyaratkan kegelisahan dan jarak yang teramat panjang.


Lalu Royes pun akhirnya dengan berat hati mengangguk, berarti mengijinkan Andre untuk membawa istrinya pulang ke rumah.


Tanpa bicara, Karina mengikuti Andre masuk ke dalam mobil. Tanpa menoleh ke arah Royes, Karina masih diam bungkam. Di dalam mobil, gadis itu pun demikian. 
Suasana itu membuat Andre ragu untuk mengantarkan langsung Karina ke rumahnya.


Ada apa dengan mereka? Apa Karina dan Royes sedang bertengkar. Mereka suami istri, bukan????
Aku ragu...
Hubungannya tidak seperti itu...
Ada jarak diantara mereka...
Kariiin...
Aku begitu ingin kau tetap bersamaku...
Kariin...
Mana dirimu yang ceria? Kini kau begitu pendiam...
Ada apa dengan hatimu saat ini?
Apa kau sungguh menyukai suamimu?
Apa kau benar mulai mencintainya???!!!


@@@


Tak terasa malam telah larut. Sebuah mobil baru saja masuk pekarangan kediaman Karina. Dari lantai atas, tersibak tirai untuk melihat siapa yang datang.


Karina pun turun dari mobil Andre. Wajahnya sedikit cerah, walaupun guratan kelelahan begitu jelas dari matanya.


"Terimakasih untuk hari ini, Dre. Aku...aku tak tahu harus bilang apa padamu. Kau baik sekali!" ucap Karina.


Andre menanggapinya dengan senyuman yang sangat tulus...
"Sama-sama Kariin, aku pun demikian. Aku senang bisa membuatmu bahagia. Baiklah, kau masuk saja, ini sudah malam. Sampaikan salamku pada tuan Royes" ujar Andre sambil melambaikan tangannya dan masuk ke dalam mobil.


"Bye...bye..." balas Karina sambil tersenyum manis.


Karina terus memandangi mobil itu sampai menjauh dan hilang dari pandangan...


Terimakasih, Andre...


Gadis itu pun masuk, seorang pelayan membantu membawakan kopernya. Karina langsung menuju lantai atas untuk ke kamarnya.


BLLAAMM!!!


Gadis itu baru saja masuk ke dalam kamarnya. Tubuhnya baru saja akan dia hempaskan di tempat tidurnya, namun terhenti ketika sebuah suara mengejutkannya!


"Apa wajar seorang istri pulang bersama pria lain selarut ini?!" tanya suara itu yang tak lain adalah Royes. Nadanya terdengar kaku dan bergetar.


Karina duduk di tepi ranjang. Dan menoleh ke arah suara tersebut. Tepat di sofa depan tempat tidurnya, Royes duduk menatap tajam dirinya!!


"Kau! Sedang apa di kamarku?!" tanya Karina kaget.


Namun Royes tak langsung menjawabnya. Mereka saling tatap dingin dan kaku!
Karina berulang kali menelan ludahnya sedikit gusar dengan tatapan Royes.


Mengapa aku seperti ini? Tatapannya membuatku takut...
Mengapa aku jadi begini? Apa dia marah padaku? Aku harus bagaimana? Tuhan, aku bingung dengan sikapnya...
Ini menyakitkan! Sungguh...


Tanpa terasa airmata Karina menetes satu persatu. Gadis itu tak kuasa membendung kegundahannya tentang Royes dan Deandra tadi siang. Kini dia harus mengakui bahwa hatinya terasa diiris karenanya. Pedih...


Karina mulai cemburu!!!
Yaa, gadis egois itu cemburu pada Royes! Tapi Karina belum menyadari dan bingung bagaimana mengungkapkannya.


Melihat Karina menangis, Royes berdiri dan mendekati Karina. Pria itu duduk begitu dekat dengan Karina. Perlahan dia menyentuh jemari Karina yang mungil.


"Karina...maafkan aku. Aku bukan suami yang baik!" ucapnya lirih.


Mendengar ucapan Royes, airmata Karina semakin deras mengalir. Entah mengapa...


Apa kau akan mengatakannya sekarang? Apa kau akan pergi dari sisiku? Apa itu artinya kau akan menceraikanku?


Karina semakin menangis bersedih...


Royes pun bingung harus bagaimana, pria itu mendekap Karina erat. Sembari membelai rambut Karina dengan lembut.


"Jangan menangis Karin, aku...aku merasa hancur bila melihat airmatamu seperti ini" kata Royes kemudian.


Antara bahagia dan sedih, Karina merasa semua yang dilakukan Royes padanya malam itu adalah satu pertanda akan adanya perpisahan. Permintaan maaf dari Royes seolah suatu bentuk ketidak mampuan Royes menjaganya. Suatu tanda bahwa pria itu telah jenuh dan menyerah!


Karina menggeleng tanpa sadar dan berteriak...


"TIDAAAAAKKK!!!!" 


Sontak Royes melepas perlahan dekapannya pada Karina dan memandangi gadis itu heran.


"Karina, ada apa?"


Karina pun kaget dengan apa yang dia lakukan. Dia menatap Royes lekat-lekat...
Royes membalasnya dengan lembut...


Royes akhirnya berusaha membujuk Karina untuk mengatakan apa yang sebenarnya dipikirkan gadis itu.


"Karina, aku mohon katakan sesuatu. Aku lihat sedari pagi tadi, kau diam saja. Tidak seperti biasanya!" kata Royes penasaran.


Karina sendiri pun tak tahu harus menjawab apa. Satu sisi dia malu untuk mengatakan rasa yang mulai dia rasakan. Satu sisi dia takut semuanya akan berakhir bila tak mengatakan hal yang sesungguhnya.


Gadis itu hanya bisa menatap Royes dalam. Karena Karina hanya memandanginya, Royespun perlahan bergeser mendekatkan tubuhnya dengan gadis itu.


Melihat Royes yang mendekat, Karina jadi salah tingkah dan berpikiran yang bukan-bukan. Lamunannya mulai berkelana dengan wanginya tubuh dan nafas Royes yang begitu dekat dengannya.
Perlahan matanya terpejam seakan mengharapkan sesuatu mengenai bibirnya.


Sementara Royes memperhatikan gerak gerik Karina dan tak mengerti mengapa gadis di depannya melakukan itu.


"Karina, aku rasa kita kelelahan, jadi kau beristirahatlah dahulu! Ini sudah larut!" kata Royes mengejutkan Karina.


Tersadar dari khayalannya, Karina dengan cepat membuka matanya. Dan mendapati Royes sudah berada di depan pintu untuk pergi.


Tak lama...


BBllamm!!!


Pria itu keluar dan menghilang dari penglihatannya. Karina terpaku meratapinya. Gadis itu bertambah sedih dan galau pastinya.


Apa yang kulakukan? Apa aku tadi memberinya isyarat bahwa aku tak ingin berpisah darinya??!!
Bagaimana ini?
Apa dia pun menginginkan hal yang sama denganku? Atau malah sebaliknya??!!


Royeeess....
Apa perasaan kita sama??
Ayaahh...ibuuu....bagaimana ini??
Aku akui bahwa aku mulai menyukainya...
Entah sejak kapan itu terjadi padaku!


Betapa bodohnya aku membiarkan itu terjadi!!!
Bodohnya aku!!


Dasar Karina bodoooooohhh!!!


Karina memukul kecil keningnya berulang-ulang. Entah berapa kali hingga malam menidurkan dirinya. Diapun terlelap...











continue to -chapter 4-