Saturday, October 29, 2011

One More Time (4)



Malam itu Maya pulang latihan tanpa diantar oleh Satomi. Karena Satomi harus mengikuti keluarganya untuk berlibur.
Hari itu cukup melelahkan Maya. Dengan tubuh kecil dan kurus, dia harus menjalani latihan yang lumayan berat, karena sebentar lagi drama terbaru mereka akan segera ditampilkan.


"Huuuffth, aku lelah sekali" Maya bergumam sembari sesekali melayangkan pandangannya ke arah jalanan Tokyo.


Gadis itu tak menyadari seseorang sedang mengikutinya dari belakang. Dia adalah Masumi...
Dengan sangat hati-hati, pria itu melangkah di belakang Maya. Wajahnya tampak sangat berseri disinari lampu jalan dan bintang di atas sana.


Tapi walau sudah sangat hati-hati, tak sengaja Masumi berdehem karena tenggorokannya terasa gatal.


"Eehheeeemm..."


Maya pun terkejut dan berbalik ke belakang. Di dapatinya Masumi tersenyum lebar menatapnya...


"Pak Masumi"


"Hai Mungil, apa aku mengejutkanmu?" dengan wajahnya yang pura-pura polos Masumi melangkah mendekati Maya.


Maya melanjutkan langkahnya, dan membiarkan Masumi berjalan beriringan bersamanya malam itu.


Dalam hati Maya, dia sangat senang dengan kehadiran Masumi. Yang saat ini sedang berjalan di sisinya seperti sepasang kekasih.


Secara tak sadar, Maya tersenyum-senyum sendiri. Masumi memperhatikan itu dengan seksama. Pria itu pun tak ingin mengganggu apa yang sedang dipikirkan gadis mungil di sebelahnya. Masumi tersenyum simpul sambil terus melangkah mengikuti Maya.


Ada apa dengan anda, pak Masumi? Mengapa dia mengikutiku? Dan wajahnya sedari tadi sepertinya amat gembira? Apa dia bahagia akan menikahi nona Shiory? Mengapa aku semakin tersiksa begini? Semua nya menjadi hampa...


Tapi mengapa saat ini dia berada di sini bersamaku? Apa dia bahagia bila bersamaku? Aaah...sudahlah...yang terpenting hatiku sangat senang saat ini...


Sekali-kali mereka saling pandang, namun tak berkata apa-apa...
Sepertinya keduanya menikmati perjalanan dalam kebisuan di malam itu.


Akhirnya tiba juga di depan apartemen Maya...


Maya melangkah menuju taman di depan apartemennya. Masumi pun tanpa aba-aba langsung mengikuti gadis di hadapannya.


Maya duduk di sebuah bangku panjang di salah satu sudut taman tersebut. Namun Masumi masih saja berdiri di samping gadis itu.


Maya merasakan ketenangan malam itu. Benar-benar membuatnya merasa nyaman berada di samping Masumi.


"Apa anda akan berdiri terus di sana?" tanya Maya kepada Masumi.


"Eh..oh..iiya. Aku takut kau akan marah nanti bila aku duduk di sebelahmu, Mungil" jawab Masumi gugup.


Mendengar jawaban Masumi, Maya menjadi kikuk sendiri. Karena selama ini sikapnya memang sangat kasar pada pria tersebut. Maya menatapi Masumi.


DEG!!


Masumi sedikit grogi karena tatapan Maya. Namun dengan cepat Masumi mengontrol dirinya agar tak terlihat seperti itu di hadapan Maya.


Masumi pun duduk di sebelah Maya. Keduanya sama-sama memandangi bintang-bintang yang menambah indahnya suasana malam itu.


Masumi meyakinkan dalam dirinya berulang kali untuk segera mengatakan apa yang sudah lama ingin dia katakan di depan gadis itu.


Sekujur tubuhnya mulai mengeluarkan keringat dingin. Entah berapa menit, Masumi mengambil ancang-ancang untuk mengatakan kejujuran dari hatinya kepada Maya. Tangannya mengepal geregetan namun masih takut...


Tapi lidahnya masih terasa pendek untuk menyambung kata dalam hatinya..


Ini berat sekali...terlalu berat, tapi aku harus mengatakannya...
Sepertinya malam ini adalah kesempatan terbaikku..
Ayoo, Masumi...katakan isi hatimu...
Katakan bila kaulah 'pengagum rahasia itu'


Masumi meremas jemarinya sendiri. Maya melihat kegugupan Masumi.


Ada apa dengan nya? Sepertinya ada yang ingin dia katakan padaku? Pak Masumi...apakah kau akan mengatakannya malam ini? Aaah...aku begitu berharap kepadamu!


Tiba-tiba...


"Maya, aku...ingin mengatakan...hal penting padamu" ucap Masumi memulai membuka tabir 'mawar ungu' dan perasaannnya.


Bagaimana memulainya? Apa ini sudah benar?
Mungiil, aku harus bagaimana mengakuinya?


DEG!!DEG!!!


Maya pun sedikit merasa gugup dan tak sabar...


"Pak Masumi, apa anda baik-baik saja?" Maya merasa cemas dengan kegugupan yang ditunjukkan pria di sampingnya tersebut.


Masumi menatap ke arah yang berbeda. Berusaha menenangkan dan memunculkan kembali keberaniannya. Ditariknya nafas panjang beberapa kali dengan tak kentara.


Masumi sedang mengumpulkan beribu keberanian dan tekadnya untuk mengatakan satu kata terhadap Maya.
Memang hanya satu kata, namun sepertinya seribu keraguan dan ketakutan sedang menahan sepatah kata tersebut.


"Iiiya, Maya. Aku baik-baik saja"


"Lalu, hal penting apa yang akan anda katakan kepadaku, Pak Masumi?"


"Oooh itu...tidak...ee...aku hanya ingin mengatakan...bahwa malam ini begitu indah...! Maya, apa kau menyukainya?" Masumi masih takut.


Maya merasakan ada keanehan dari pria itu. Tidak biasanya dia bersikap seolah takut dan gugup seperti malam itu.


Hingga Maya mencoba memancingnya sendiri, gadis itu pun tak sabar dengan apa yang akan dikatakan Masumi. Maya hanya ingin memastikan semua kecurigaannya selama ini.


"Pak Masumi, apa anda suka dengan bunga?"


DEG!!!


Masumi menangkap sinyal keberanian dari Maya...


Apa rencananya?
Kenapa dia menanyakan hal itu? 


Bunga?
Apa maksudnya?

"Tentu" jawab Masumi singkat.


Hanya itu saja jawabannya? Huuuuh...


Pikir Maya dalam hati...
Gadis itu semakin semangat dengan rencananya...


"Kalau begitu, bunga apa yang paling anda sukai?"


"Ah..itu...aku suka semua bunga, Maya!"


Apa-apaan ini? Mengapa aku harus grogi dengan pertanyaannya?


Masumi memutar akal untuk tetap bisa menenangkan kegugupannya.


Kemudian Masumi mencoba balik bertanya:


"Bagaimana denganmu Mungil, bunga apa yang paling kau sukai?" selidik Masumi.


Maya menoleh dan menatap Masumi...


"Lhoo, mengapa kau menatapku seperti itu, Maya?"


Maya terdiam tak menjawab beberapa pertanyaan Masumi. Gadis itu benar-benar sangat ingin mendengar pengakuan dari Masumi. Bathinnya terlihat lelah untuk semua teka-teki ini.


Pak Masumi mengapa anda seperti ini? Mana pria yang kukenal selama ini yang selalu mencemoohkan diriku? Membuatku terus bersemangat dalam aktingku?


Pak Masumi, kau selalu membuatku seperti ini...


Maya tak sanggup lagi harus menyimpan perasaannya. Maya sudah tak sanggup lagi membohongi Satomi dan dirinya sendiri.


Tanpa terasa, airmata Maya mengalir...
Tatapannya begitu dalam pada pria di sebelahnya...


Beribu cara gadis itu coba untuk membuang segala asa dari pria yang 11 tahun lebih darinya itu, namun beribu asa juga hadir satu persatu membayang di depan sana.


Melihat Maya yang menatapnya berbeda, Masumi menjadi berani untuk mengatakannya...


Matanya? Matamu Mungil...
Membuatku yakin bahwa lampu merah itu telah berubah menjadi hijau...
Aku yakin itu!!!


"Maya...kau...." ucap Masumi gemetar.


Masumi menatap sendu ke arah Maya, karena gadis itu kini sudah tak kuasa menahan airmata yang jatuh dari pelupuk matanya.


Maya terisak...


Mungil? Kau...


"Pak Masu...mi, aku...mohon...katakan...hal penting...itu sekarang juga! Aku mohonn..." ujar Maya sambil terisak.


"Maya, mengapa...kau...menangis?" 


Masumi pun berusaha untuk menahan rasa harunya...


Baiklah mungil...


"Maya, sebelum ini...aku sangat takut....sama sekali tak ada keberanian untuk...mengatakan ini padamu....aku..." kata Masumi gugup kembali.


Pak Masumiiii...ayo katakaaan!!!!
Huuuuuhhhhttffftt...


"Aku apa...pak Masumi? Ada apa dengan anda?" paksa Maya tak sabar.


Masumi menelan ludahnya pelan-pelan...


"Aku...sangat....mengagumimu. Sungguh...itu dari lubuk hatiku" aku Masumi gugup.


Maya tersenyum puas mendengarnya walau pernyataan itu terdengar masih sangat menggantung..


"Benarkah anda...mengagumiku? Diriku...atau....aktingku?" Maya memancing lebih dalam lagi.


Masumi bertambah gugup dengan pertanyaan Maya yang lebih detail. Dia tidak pernah mengira akan pertanyaan yang dilontarkan Maya.


Aduuuh, apa gadis mungil ini belum mengerti? Apa yang kukatakan tadi belum juga membuatnya yakin?


Masumi sedikit gemetar ketika harus memberikan jawaban dan pengakuannya terhadap Maya.


"Begini Mungil.....bolehkah aku tahu satu hal tentang...."


Maya tak sabar...


"Tentang apa, pak Masumi?"


"Ini...maksudku...tentang pengagum rahasiamu itu?" tanya Masumi lega setelah menyelesaikan pertanyaannya.


Maya terdiam sejenak mendengar pertanyaan balik dari Masumi. Gadis itu sangat ingin pria di depannya mengakui dengan segera, tapi sampai malam begini, belum juga terbuka identitasnya sebagai 'mawar ungu'.


Lalu Maya menggelengkan kepalanya perlahan...


Masumi tersenyum melihat isyarat dari ketidaktahuan Maya tentang 'pengagum rahasianya'. Padahal Maya sudah mengetahui semuanya.


"Apa kau bersedih karenanya, Maya?" selidik Masumi lagi.


Maya menatap tajam ke arah Masumi...


Orang tampan ini, membuatku geregetan!


Masumi kaget dengan tatapan Maya yang seolah menusuk hatinya...


"Eeeh Maya, apa kata-kataku tadi salah? tanya Masumi.


"Tidak, pak Masumi. Aku ingin anda tahu, bahwa aku...sangat...menyukainya. Sangaaaatt...." aku Maya tanpa disadari oleh Masumi.


DEG!!!


Maya...


"Tapi kau kan belum pernah bertemu dengannya? Bagaimana jika dia...adalah orang yang sangat kau benci...selama ini?" Masumi sedikit grogi.


Mata Maya bertambah dalam menatapi pria di sebelahnya...


Eeeehh....Mengapa dia menatapku seperti itu?


"Aku tidak peduli itu! Entah mengapa...hatiku...berkata... bahwa aku akan tetap menyukainya walau kami belum pernah bertemu!" kata Maya serius.


"Benarkah?" selidik Masumi.


"Iya pak Masumi"


"Bagaimana...jika...pengagummu...itu adalah...adalah...." kata-kata itu terputus kembali.


Pak Masumi...katakan...aku sangat ingin mendengarnya!


 "Adalah apa?" tanya Maya.


"Maksudku, mana yang kau pilih Maya, antara 'pengagummu' atau aku?"


Kening Maya berkerut bingung dengan pertanyaan Masumi...


"Apa maksudnya, pak Masumi? Mengapa aku harus memilih di antara anda dan pengagum rahasiaku?" Maya balik bertanya.


"Apa salah aku bertanya seperti itu?"


Maya semakin geram dengan gengsi dari pria di dekatnya tersebut...


TIBA-TIBA!!!


Gadis itu menarik tangan Masumi dan meletakkan tangan itu di dadanya, tepat di dekat jantung nya.


Eeh...Mungiiil...


Masumi tercengang dengan gerakan Maya yang sedikit agresif terhadap dirinya.


"Keciil...kau?"


"Pak Masumi, mengapa...begitu sulit...untuk mengatakannya kepadaku?" tanya Maya sedikit terisak.


Masumi bertambah bingung dengan Maya, dia tak tahu bahwa gadis di dekatnya itu sudah mengetahui siapa pengagum rahasianya yang tak lain adalah dirinya sendiri.


"Maya, apa maksudmu? Aku..."


Maya merajuk dengan menunjukkan wajahnya yang cemberut sembari terus menatap Masumi.


"Pak Masumi, aku tahu...bahwa...anda...adalah....DIA! Pengagum rahasiaku!"


DEG!!DEG!!!


Apa? Dia sudah tahu?
Bagaimana mungkin?
Apa Hijiri yang membocorkannya?
Bagaimana ini? Apa yang harus aku katakan?


Maya...


"Maya, sejak kapan...kau...mengetahui...itu?"  


Mereka saling bertatapan penuh arti. Masumi tak bisa berkata apa-apa lagi...


"Beberapa...bulan...ini. Tapi...perasaanku...muncul...jauh sebelum aku tahu bahwa...andalah DIA"


"Benarkah begitu, mungil?"


Maya menganggukkan kepalanya. Hatinya sangat damai bisa mengatakan apa yang dia sembunyikan selama ini. Begitupun Masumi hanya terpelongo mendengar pernyataan gadis di dekatnya tadi.


"Tapi Maya, apa maksud dari kata 'perasaanmu' padaku itu?" Masumi pura-pura tidak mengerti.


Maya semakin kesal dengan kegengsian pria itu...


"Aaah...sudahlah, sudah larut. Aku ingin istirahat dulu!" kata Maya merajuk.


Gadis itu pun berdiri dan baru saja akan pergi meninggalkan Masumi, ketika tangan Masumi menariknya ke dalam dekapannya.


Pak Masumi...


"Maya, jangan pergi! Baiklah aku...akui semuanya"


"Pak Masumi..." gumam Maya terharu.


Masumi melepaskan dekapannya dan memegang kedua pundak Maya mesra. Matanya tak lepas menatap gadis mungil itu...


"Baiklah Maya, aku akui bahwa...akulah 'Mawar Ungu' itu!"


Maya menatap Masumi lembut dan bahagia...


Masumi terlihat lega...


"Pak Masumi...aku..." ucapan Maya terputus karena jemari Masumi menahan bibirnya...


"Sssttttt....! Aku sangat menyukai...dirimu....dan aktingmu...."
"Maksudku...aku...sangat mencintaimu....yaa...sangat mencintaimu, Mungil!" aku Masumi gemetar.


"Pak Masumi"


Maya mendekap pria itu dengan erat. Dari lubuk hatinya begitu senang dan puas dengan pernyataan yang sudah lama ingin dia dengar.


"Pak Masumi...aku...pun...sangat mencintai...anda! Sangat....mencintaimu!"


Mendengar itu Masumi tambah erat mendekap tubuh gadis tersebut. Direngkuhnya dengan mesra dan sangat lembut.
Malam itu Maya dan Masumi bercerita banyak tentang hari-hari sebelumnya.
Gelak tawa terdengar dari keduanya...








the end









Sunday, October 16, 2011

One More Time (3)



Sore itu Maya berjalan sendiri menuruni anak tangga di samping tempat latihannya. Tiba-tiba sebuah suara memanggilnya...


"Nona Maya..." 


Maya menoleh ke belakang dan di sana berdiri seorang pria dengan senyuman yang sangat bersahaja.


"Aah...tuan Hijiri. Ada perlu apa ke sini?" 


"Maaf bila mengagetkanmu. Aku mendapat perintah dari DIA, untuk menyampaikan ini pada anda"


Hijiri memberikan sepucuk surat berwarna ungu muda kepada Maya.


"Apa ini surat dari Pengagumku?"


Hijiri mengangguk mengiyakan pertanyaan gadis mungil tersebut. Kemudian pria itu pamit dengan sedikit membungkukkan kedua punggungnya.


"Tuan Hijiri...terimakasih" ucap Maya setengah berteriak karena pria itu begitu cepat menjauh dari sana.


Surat apa ini?
Apa maksud anda, pak Masumi?
Aku begitu rapuh karenamu...
Jantung ini...berdetak kencang sekali...


Maya menyentuh dadanya perlahan dengan mata yang terpejam, gadis itu melangkah cepat mencari tempat untuk segera membaca surat tersebut.


Akhirnya Maya pun berhasil mencari tempat aman untuk membaca surat tersebut. Maya masuk ke sebuah toilet dan duduk di atas closet  dengan perlahan membuka surat dari 'mawar ungu'.


____________________


Maya Kitajima...


Aku sangat ingin berterus terang padamu...
Maaf selama ini aku sudah membuatmu bingung...
Aku masih sangat takut membuatmu kecewa...
Aku takut mengungkapkan jati diriku padamu...


Tapi aku janji...
Suatu hari nanti aku akan mengungkapkannya...
Untuk saat ini...
Aku akan terus mengagumi dirimu...


Beraktinglah yang sempurna...
Aku akan selalu mengagumimu...




"dari pengagummu"


____________________


Usai membaca surat itu Maya menciuminya sembari meletakkannya di dada.


Pak Masumi...aku tahu itu dirimu. Mengapa anda begitu sulit untuk mengakuinya? Mengapa anda menuliskan kata-kata seperti itu? Apa kagummu padaku hanya sebatas aktingku saja? Ataukah ada yang lebih dari itu?


Namun jika anda merasa ada yang berlebihan dari hatimu, mengapa anda memilih bertunangan? Mengapa pak Masumi? Lalu untuk apa anda mengagumi aktingku? Untuk Daito kah? Atau....?


Maya kembali ke tempat latihan. Satomi telah menunggunya dengan cemas.


"Ah Maya, kau darimana saja? Mengapa lama sekali? Apa perutmu sakit?"


"Tidak Satomi, aku hanya sedang memikirkan sesuatu. Oiya apa kita bisa pulang sekarang?"


"Tentu saja. Apa kau tidak melihat sudah tidak ada siapa-siapa lagi di ruangan ini?" 


Maya tak memperhatikan itu. Dia memandang sekeliling yang memang sudah kosong.


"Ayo Maya" ajak Satomi sambil menggandeng lengan gadis itu dengan lembut.


Keduanya berjalan keluar gedung dan terus menyusuri trotoar. Langit mulai gelap. Satomi melepaskan jaketnya dan memasangkannya ke tubuh Maya.


"Eh Satomi, tidak usah seperti itu. Nanti kau kedinginan" tolak Maya sopan.


Namun Satomi tak menghiraukannya...


Dengan mendekap tubuh gadis itu, dia tampak begitu bahagia bisa berada di samping Maya.


Maya...aku sangat mencintaimu...


Dari kejauhan tampak ada mobil membuntuti keduanya. Mobil tersebut adalah mobil Masumi.
Pria itu sore ini akan berangkat menuju tempat Shiory untuk membicarakan kelanjutan dari pertunangan mereka.


Namun hatinya terasa berat melangkah ke sana. Kakinya terasa diikat oleh sebuah batu berukuran besar yang selalu ada di belakangnya...


Maya...sebentar lagi aku harus melangkah menjauh darimu. Aku merasa begitu hampa dengan semuanya. 
Ini saat-saat terberat dalam hidupuku...
Harus melepas rasa yang kupunya untukmu...


Tapi percayalah pasti ini yang terbaik..
Terbaik untukmu dan untukmu...
Maya, gadis dalam hidupku, selamanya...


@@@

Kediaman Keluarga Takamiya...


Mobil Masumi baru saja memasuki gerbang dan berhenti di depan teras rumah tersebut. Seorang pelayan menyambut kedatangan Masumi.


Masumi membalas hormat dengan membungkukkan sedikit pundaknya pada pelayan itu.
Si pelayan pun mempersilahkan Masumi untuk langsung masuk dengan tangannya...


"Silahkan tuan" 


"Terimakasih" balas Masumi sopan.


Keduanya memasuki sebuah ruangan berlorong menuju ke sebuah ruangan yang cukup besar.
Dan di sana seorang pria tua telah menunggu kedatangan Masumi sembari meneguk secangkir teh hangat.


Dengan senyuman yang penuh arti, lelaki tua itu menghampiri Masumi dan menyambutnya dengan ramah. Lelaki tua itu tak lain adalah tuan Takamiya, kakek dari Shiory.


"Masumi...aku senang dengan kedatanganmu sore ini. Cucuku sudah memberitahukan maksud kedatanganmu kali ini" sapanya ramah dan bersemangat.


"Terimakasih tuan sudah menerimaku seperti ini. Aku menjadi tidak enak" jawab Masumi ragu.


"Duduklah, Masumi" 


Keduanya pun duduk berhadapan di sofa lembut tersebut. Masumi tampak sedikit gugup.


Pria tampan itu mulai merasakan hatinya dipenuhi duri yang seolah sedang menusuk-nusuk dengan sangat cepat. Membuatnya kesulitan bernafas.


Hingga akhirnya Masumi menarik nafasnya berkali-kali agar bisa merasakan lega. Namun hal itu tak jua menenangkan perasaannya.


Tuhan, benarkah yang kulakukan ini? Mengapa hatiku terasa sangat sakit karenanya. Bagaimana ini?


"Oiya Masumi, apa yang ingin kau sampaikan? Aku berharap ini berita baik untuk hubungan kalian" tembak tuan Takamiya.


Masumi belum menjawab pertanyaan kakek Shiory, ketika pintu ruangan itu terbuka...


CEEKKKLLEEKK!!!


Sontak saja Masumi menoleh ke pintu dan mendapati tunangannya sedang berjalan ke arahnya dengan senyuman yang sangat manis...


Shiory...


"Kakek, mengapa tak memberitahuku kalau calon suamiku sudah datang?" rajuk Shiory pada kakeknya.


Gadis cantik nan anggun itu langsung duduk di sebelah Masumi...


Tentu saja tuan Takamiya sangat senang dengan pemandangan tersebut...


"Kalian memang sangat serasi. Aku bahagia sekali, dan bangga pada kalian berdua" ujar tuan Takamiya penuh harap.


Masumi tersenyum dengan terpaksa...


Shiory pun langsung menggandeng manja lengan Masumi...


Melihat itu tuan Takamiya langsung mengatakan hal yang sangat membuat Masumi shock, sampai pria itu tak bisa membantah ataupun mengatakan sepatah katapun...


"Masumi, aku sudah memikirkan segala yang menyangkut hubungan kalian ke depan. Aku dan ayahmu sudah mempersiapkan semuanya. Kalian hanya tinggal berbulan madu saja" jelas tuan Takamiya tegas.


"Tuan, kami belum..." sanggah Masumi terputus...


"Itu tidak perlu, Masumi sayang. Kau tenang saja" ucap Shiory lembut sambil membelai wajah Masumi.


Masumi semakin terpojok dengan situasi yang sangat-sangat membuatnya menjadi gila sendiri.


Mengapa jadi seperti ini? Mereka menjebakku... membuatku tak berkutik dan terlihat seperti orang bodoh...
Apa-apaan ini? Terlalu ikut campur!!!


Wajah Masumi benar-benar mengkhawatirkan! Pria itu kikuk dan terdiam mendengarkan semua penjelasan dan rencana tuan Takamiya sore itu.


Dalam keadaan tersudut, Masumi mencoba mencari kesempatan agar bisa mengatakan uneg-unegnya dan beberapa syarat yang ingin dia sampaikan sedari kemarin...


"Maaf, tuan Takamiya. Sebelumnya bolehkah aku mengatakan sesuatu mengenai pernikahan kami?" kata Masumi kaku.


Tuan Takamiya menatap Masumi tajam. Begitupun Shiory melepaskan gandengan tangannya pada Masumi. Gadis itu berdiri dan berjalan menghampiri sang kakek. Kemudian duduk di sebelahnya.


"Tentu saja boleh, Masumi. Katakanlah!" ucap si kakek.


Masumi menarik nafas panjang untuk menenangkan kegugupannya..


"Begini tuan Takamiya, sebenarnya...aku...aku tidak menginginkan pernikahan ini" 


DEG!!DEG!!!!DEG!!!!


APA? MASUMII?!!!


"Apa maksudmu, Masumi?!!!!" tanya Shiory marah.


Tuan Takamiya tambah menatap tajam ke arah Masumi. Pria tua itu mencoba menahan Shiory yang mulai tampak shock.


"Tenang Shiory, Masumi belum menjelaskan apa-apa" ujar si kakek bijaksana.


"Masumi, katakan selanjutnya keinginanmu. Aku akan melakukan dan menyetujui apapun itu...asalkan kau menikahi cucuku" 


"KAKEEEKK!!! AKU TIDAK MAUUUUU SEPERTI ITUUUU!!!" teriak Shiory sambil berlari meninggalkan ruangan tersebut.


BBLLLAAAAMMM!!!!


"Dia sudah pergi, sekarang katakan apa keinginanmu, Masumi!" tuan Takamiya masih sabar menanggapi Masumi.


Masumi pun masih bersikap kaku dan dingin...
Kali ini dia benar-benar berani mengatakan keinginannya di depan tuan Takamiya.


Aku harus mengatakannya sekarang! Ini kesempatanku! Maya...aku mencintaimu! Aku akan memperjuangkan untuk bisa memilikimu seutuhnya!!! Tunggulah aku!!!


"Aku tidak mencintai cucu anda. Karena aku sudah memiliki gadis  lain jauh sebelum pertunangan aku dan Shiory" Masumi meremas jemarinya sendiri.
Ada ketakutan sedikit dalam hatinya untuk berterus terang pada lelaki tua di hadapannya itu.


"Aku tahu itu dari ucapanmu sebelumnya. Lalu siapa gadis pilihanmu itu? Apa kau akan menikahinya juga?" selidik tuan Takamiya.


DEG!!


Ini dia kesempatanku....


Masumi menganggukkan kepalanya yakin. Sambil terus menatap tuan Takamiya...


"Iya tuan. Aku akan tetap menikahinya setelah pernikahan ku dan Shiory!" kata Masumi datar.


Tuan Takamiya menajamkan tatapannya pada Masumi. Begitu lama...


Sedangkan Masumi terlihat sangat lega telah mengatakan keinginan terpendamnya...


Kemudian tuan Takamiya bertanya lagi:
"Apa gadis itu menyetujui keinginan mu itu Masumi?"


DEG!!


Masumi langsung bingung dengan pertanyaan tersebut...
Dia tak menyangka tuan Takamiya akan menanyakan hal tersebut!


Tapi Masumi tidak mau semuanya terlihat seperti tidak serius. Masumi pun berbohong...


"Tentu saja tuan. Aku dan dia sudah membicarakan ini sebelumnya. Walau pertama...dia berat untuk setuju akan hal itu. Tapi... lama-lama dia pun menyetujuinya..." terang Masumi.


Aaaahh....leganya.....


Tuan Takamiya hanya mengangguk menanggapi penjelasan Masumi barusan...
Dengan lapang dada, dia mencoba menerima apapun itu keinginan Masumi...


Semuanya demi sang cucu tercinta...
Shiory Takamiya...


"Hhhhuuuufftthhh...baiklah Masumi. Minggu depan semuanya akan kita laksanakan. Aku harap...kau mengambil keputusan terbaik" kata si kakek sembari meninggalkan Masumi di ruangan tersebut.


BBBLLAAAMMM!!!


"YEEESSS....I did it!" teriak Masumi lega dan riang.


Pria tampan jangkung itu sedikit berjingkrak gembira dengan mengayunkan lengannya menyiku...
Wajahnya benar-benar sangat puas dan plong...


Akhirnya...aku berhasil mengatakannya...
Satu beban selesai teratasi, kini saatnya...


Saatnya untuk jujur pada gadis itu...
Maya...aku akan mengatakannya...


"Maya, aku berharap dengan sangat lampu merah di antara kita sudah hijau untuk selamanya"


"Aku harap Maya, gadis mungilku"


Dengan bahagia Masumi meninggalkan kediaman Takamiya. Sore itu sungguh bertabur keajaiban baginya...
Dan sejak sore itu dia masih harus berjuang menimbulkan keberanian dalam dirinya yang masih tertidur untuk mengatakan satu kejujuran yang bisa mengubah seluruh hidupnya di masa yang akan datang...




continue to chapter (4)

Thursday, October 06, 2011

One More Time (2)



Hubungan Maya dan Satomi akhirnya terjalin kembali menjadi sepasang kekasih. Setelah bersusah payah Satomi meyakinkan gadis mungil itu tentunya.
Seperti layaknya pasangan kekasih lainnya, mereka selalu terlihat bersama di manapun dan kapanpun.


Malam itu Satomi baru saja berlalu meninggalkan apartemen Maya. Maya masih melambaikan tangannya sambil melihat kepergian kekasihnya tersebut.


Sebuah mobil terparkir di depan apartemennya. Seorang pria berjubah besar dan bertopi yang menutupi sebahagian wajahnya sedang memperhatikan gadis itu.


Maya tak menyadarinya. Gadis itu segera melangkahkan kakinya memasuki pintu apartemen. Tiba-tiba sebuah suara menghentikan langkahnya.


"Mungil"


Maya pun membalikkan tubuhnya dan menoleh ke arah suara tersebut.


"Pak Masumi...anda" katanya ragu.


Masumi tersenyum manis sekali hingga membuat Maya bingung. Dia menoleh ke arah belakang, mengira ada orang lain yang membuat Masumi tersenyum semanis itu.


Kemudian Maya menunjuk dirinya dengan jemarinya dan mengarahkan anggukkan kepada Masumi.
Tentu saja Masumi mengiyakannya dengan anggukkan kepala.


Lalu pria itu melangkah mendekati Maya...


DEG!!! 


Jantung gadis itu berdebar kencang karenanya. Namun dia harus mampu untuk menghilangkan kegugupannya di hadapan pria tampan itu.


"Ada apa...anda mencariku malam-malam begini? Apa anda baru saja menemui...nona Shiory?" selidik Maya tanpa sadar.


Mendengar pertanyaan Maya, sudah tentu Masumi tersenyum geli karena dia mengetahui kecemburuan dari gadis mungilnya.


"Apa perlu aku menjawab pertanyaanmu?" Masumi balik bertanya.


Maya menjadi kikuk dibuatnya. Gadis itu pun merasa kesal...


"Ya sudah, lebih baik aku masuk. Permisi" ucap Maya hendak berlalu masuk, namun tangan Masumi menahannya.


Maya menoleh ke arah Masumi...


Mereka saling tatap beberapa waktu...


"Sebentar, mungil. Aku hanya ingin mengajakmu keluar sejenak" ujar Masumi memelas.


Maya tidak langsung memberi jawaban dari tawaran Masumi. Ada ketakutan dan kebimbangan muncul dalam benaknya.


Masumi sudah memiliki tunangan, sedangkan dirinya saat ini sedang menjalin kembali hubungan dengan Satomi.


Perlahan Maya menggelengkan kepalanya. Gadis mungil itu memutuskan untuk menolak ajakan Masumi.


"Maaf pak Masumi, saya tidak bisa. Jadi lebih baik anda pulang sekarang" ucap Maya dengan melepaskan genggaman jemari Masumi perlahan.


Gadis itu berlalu meninggalkan Masumi yang masih berdiri kaku atas penolakan terhadap dirinya.


Maya...
Aku hanya ingin pergi bersamamu...
Memandangi bintang seperti waktu itu...
Bersamamu...


Maya mencoba menenangkan pikirannya akan pria tersebut. Hatinya sangat ingin menerima ajakan Masumi namun dia tak bisa dan tidak boleh pastinya.


Maaf pak Masumi...
Anda bukan siapa-siapaku...
Walau aku tahu...andalah 'DIA'
Si pengagumku...


Namun anda sudah menjadi miliknya...
Bukan milikku...


Maya bersandar di depan pintu apartemennya. Menarik nafas panjangnya berulang kali. Sementara Masumi menatapnya dari sudut lain tak jauh dari sana.


"Pak Masumi...apa maksud semua ini? Apa yang anda inginkan dariku? Apa anda ingin mempermainkanku?" desis Maya melamun.


Masumi terdiam meresapi desisan Maya dari kejauhan...


Maafkan aku, Maya!


Tak lama Maya pun masuk ke dalam apartemennya.


BLLLAAAMMM!!


Masumi mendekati pintu itu. Pria itu sangat ingin berlama-lama di sana. Walau hanya untuk memandangi pintunya saja, dia rela. Tapi itu tak mungkin dia lakukan.


Dengan langkah gontai dia tinggalkan apartemen Maya. Harapannya semakin tipis untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Masumi gentar akan apa yang akan terjadi nantinya. Dia belum siap!


Aku belum bisa untuk mengatakannya...
Aku masih terlalu takut, Mungil...
Takut akan kehilanganmu...
Kehilangan kepercayaanmu pada pengagummu...


@@@




Malam itu Maya tak bisa memejamkan matanya. Lamunannya menerawang pada pak Masumi. Bathinnya sangat ingin mengatakan bahwa dia sudah mengetahui identitas si pengagumnya.


Aku ingin melihat reaksimu, pak Masumi...
Apa anda akan melanjutkan pertunangan dengan nona Shiory?
Ataukah...


Kenapa hatiku bertambah sakit bila mengingat hal itu?
Apa aku benar-benar mencintainya?


Lalu apa pak Masumi mencintaiku?
Atau hanya sebatas kagum dengan aktingku?
Aaah...aku bingung dengan sikapnya akhir-akhir ini?


Pak Masumi...


Maya pun terlelap juga...


Keesokan harinya...


Satomi menjemput Maya untuk berangkat bersama ke tempat latihan. Di tengah jalan mereka bertemu dengan Ayumi. Ayumi mengajak keduanya untuk sarapan bersama di sebuah cafe di sekitar Daito.


Ayumi mengucapkan selamat kepada keduanya karena telah resmi menjalin kasih dan berita itu telah tersebar kemana-mana.


"Aku senang melihat kalian seperti ini" 


"Terimakasih Ayumi" jawab Maya malu.


Satomi langsung menggenggam jemari Maya hingga Maya menepisnya perlahan karena malu pada Ayumi.


"Tidak apa, Maya. Kau jangan sungkan denganku. Satu kesempatan nanti, aku ingin kita kencan bersama. Bagaimana?" usul Ayumi.


Maya menoleh ke arah Satomi. Dan Satomi mengiyakan ajakan Ayumi tersebut.


"Ah ide yang bagus Ayumi. Aku dan Maya menunggu untuk itu. Bukan begitu Maya?" tanya Satomi berharap.


"Iya...baiklah" jawab Maya tersenyum.


Sarapan yang hangat. Maya dan Satomi kembali dengan berjalan kaki ke tempat latihan. Sedang Ayumi melanjutkan perjalanannya menuju station kereta Tokyo karena akan syuting di luar kota beberapa hari ke depan.


Satomi menggenggam jemari Maya kuat. Keduanya baru saja masuk di pintu masuk gedung Daito saat sebuah mobil mewah berhenti di depan mereka.


BRRRAAAAKK!!!


Terlihat Masumi turun bersama tunangannya, Shiory.


DEG!!DEG!!


Seketika Maya tampak gugup...


Satomi menyapa keduanya ramah dengan tangan yang masih menggenggam erat jemari Maya.


"Selamat pagi, pak Masumi" sapa Satomi sopan.


Masumi tersenyum kecil membalas sapaan Satomi. Namun dengan cepat dia segera berlalu meninggalkan keduanya. Shiory pun mengikuti tunangannya.


Maya menelan ludahnya...


"Maya, ada apa denganmu? Kau tampak gugup" tanya Satomi heran dengan sikap Maya yang diam membisu.


"Eehh...tidak, aku hanya sedikit gugup saja tadi" jawab Maya seadanya.


"Tentu kau kaget. Tunangan pak Masumi sangat anggun, bukan? Juga cantik, sangat serasi dengan direktur muda setampan pak Masumi" ujar Satomi polos.


DEG!!!


Maya semakin cemburu dan kesal dengan ungkapan Satomi tadi...


Gadis itu pun menarik lengan Satomi dan membawanya berlalu dari tempat tadi.


"Eeeh...Maya" gumam Satomi bingung.


"Sudahlah Satomi, sebaiknya kita cepat ke tempat latihan. Aku takut pak Kuronuma akan marah bila kita terlambat" Maya beralasan.


Keduanya pun segera menaiki lift menuju lantai tempat latihan akan dimulai.


@@@

Ruangan Masumi...

Shiory terlihat duduk menunggu Masumi yang sedang membereskan beberapa dokumennya...

Namun mata Shiory terus saja memandangi ketampanan Masumi...

Dia memang sangat tampan...
Aku beruntung bisa menjadi kekasihnya...
Tapi mengapa bathinku mengatakan lain...
Apa hanya aku yang merasakannya?

Apakah dia benar ingin bertunangan denganku?
Atau hanya karena perusahaan?
Entahlah...aku tak peduli...
Yang terpenting kau akan menjadi milikku...
Sebentar lagi...

Tahu akan tatapan Shiory, Masumi pun balas menatapnya. Shiory tampak gugup dengan wajah yang memerah karena tersipu.

Masumi tersenyum kecil...

"Masumi...mengapa kau menatapku seperti itu?" tanya Shiory grogi.

Masumi menghampiri Shiory...

"Bukankah kau yang memulainya? Aku hanya mengikuti apa maumu, Shiory?" jawab Masumi.

Masumi duduk di samping Shiory...

TIBA-TIBA...

Shiory menggeser duduknya dan hanya berjarak beberapa inci dari Masumi...

Cuup!!!

Gadis itu mengecup pipi Masumi lembut!

Masumi kaget dibuatnya!

Shiory...

"Masumi...aku ingin segera menjadi milikmu" ucap Shiory berani.

DEG!!DEG!!DEG!!

Sekali lagi Masumi terbelalak di buat Shiory...

"Maksudmu?" tanya Masumi berpura-pura tak mengerti.

Kemudian gadis itu menjatuhkan tubuhnya di dada Masumi...

"Aku ingin kita menikah secepatnya" kata Shiory.

"APA?!!!" Masumi setengah berteriak.

"Kenapa? Apa kau tidak menginginkannya, sayang?" tanya Shiory sedih.

Masumi berpikir cukup lama mempertimbangkan semua ucapan tunangannya. Berat hatinya untuk mengiyakan permintaan Shiory, tapi di satu sisi dia harus mengambil keputusan dalam waktu singkat.

"Shiory, semuanya harus dipertimbangkan dan dibicarakan dengan serius. Bukan seperti ini kan?" jawab Masumi.

"Iya, aku tahu. Tapi semalam aku sudah membicarakan hal ini dengan kakek dan orang tuaku. Bahkan dengan tuan Eisuke, ayahmu" terang Shiory dengan lugas.

Apa? Dengan ayahku?

"Lalu, apa pendapat mereka tentang itu?"

"Tentu saja mereka setuju. Mereka malah sudah menentukan tanggal dan bulannya di tahun ini juga"

"Tahun ini?" tanya Masumi kaget.

Shiory menganggukkan kepalanya semangat...

"Mengapa terburu-buru sekali Shiory?" 

Kembali Shiory mendekap lengan Masumi, kemudian...

CUUUP!!!

Kali ini bibir gadis itu mendarat tepat di bibir Masumi.

Kau...

Masumi langsung berdiri dan meninggalkan Shiory begitu saja.


"Masumii...tunggu"


BLLLAAAAMMM!!!


Masumi terus menjauh dari ruangannya. Pikirannya benar-benar tidak suka dengan tingkah gadis itu yang agresif.


Apa-apaan ini?
Seenaknya dia mengecupku!


Bagaimana sebaiknya?
Apa memang dia jodohku?
Apa memang harus secepat ini?


Baiklah aku akan membicarakannya sore ini juga...
Agar semuanya jelas...


Jelas untuk masa depan Daito...
Dan akan membuatmu senang, ayah!







bersambung to chapter 3