Thursday, September 08, 2011

One More Time



Bandara Narita masih tampak lengang dari para penumpang. Waktu baru saja menunjukkan pukul 5 pagi waktu Tokyo. Terlihat hanya beberapa penumpang keluar dari gerbang kedatangan.
Seorang pria mendorong troli dan keluar dengan gagahnya dari gerbang tersebut.


Dia menyetop sebuah taksi yang sedang melintas di sana.
Tak lama kemudian dia sudah berada di dalam taksi dan siap meluncur keluar dari bandara Narita, Tokyo.


"Bawa aku ke Residence Hiroo" kata pria tadi tegas.


Tanpa banyak pertanyaan sang supir taksi pun segera melajukan mobilnya keluar dari bandara menuju kawasan yang disebutkan pria di dalam taksinya.
Hanya butuh waktu 15 menit, taksi tersebut telah memasuki kawasan elit Hiroo.
Tepat beberapa rumah di jalan utama nya, pria itu menyuruh supir menghentikan lajunya.


"Di sini..." katanya datar.
"Baik tuan" jawab supir itu sopan.
Pria tadi menyerahkan beberapa lembar uang Yen kepada supir taksi itu sebelum taksi tersebut meninggalkan perumahan tersebut.
Pria itu mendorong koper mininya ke rumah megah tak berpagar itu. Kemudian seorang satpam berlari menyambut dari pintu samping rumah tersebut.
"Tuan selamat datang kembali" sapanya ramah dan sopan.


Pria tadi hanya tersenyum dan menepuk pundak satpam itu...
Lalu dia masuk melalui pintu depan yang sudah dibukakan oleh seorang pelayan dari dalam.
Pria itu langsung masuk dan menuju ke kamarnya yang terletak di lantai atas.


BLLLAAAM!!


Pintu kamarnya baru saja tertutup...
Pria itu terlihat menghempaskan tubuhnya di sofa empuk di depan televisi jumbo di kamarnya.
"Hhhmmm...aku senang bisa kembali lagi" gumam pria itu lega.


Tiba-tiba...
Terdengar suara dering ponsel dari saku jasnya...
Pria tadi berusaha mengangkatnya santai...
"Iya...halo" sapanya pada penelepon.
"Kau sudah sampai, Satomi?" tanya si penelepon.
"Baru saja, mungkin besok pagi aku baru akan menemuimu!" ujar Satomi tenang.
"APA?!! BESOK PAGI!!?" teriak si penelepon kemudian.
Satomi mengernyitkan dahinya kaget mendengar teriakan si penelepon.
"HEY! Mengapa kau berteriak seperti itu? Apa kau ingin membuatku tuli?!" bentak Satomi kesal.
"Maaf...aku hanya ingin segera bertemu denganmu" terang si penelepon itu lembut.
"Aku mengerti, besok pagi aku janji akan segera menemuimu" kata Satomi menenangkan.
"Baiklah...sampai bertemu besok. Aku menunggumu!!" ucap si penelepon berharap.


Tut...tut...tut...
Ponsel pun ditutup kemudian...


Satomi meminum kopi hangat yang telah disediakan oleh pelayan rumahnya.
Dengan menarik nafas panjang, Satomi terlihat serius memikirkan sesuatu.
Sesuatu yang telah mengganjal pikirannya beberapa tahun belakangan ini.


"Aku kembali..."
"Bisakah aku memulainya kembali?"
"Maya...ada apa denganmu hingga menyuruhku kembali ke kota ini?"
"Apa yang ingin kau inginkan dariku? Apa kau merindukanku?"
"Atau...jangan-jangan sesuatu terjadi padamu?"
"Maya...besok pagi aku akan tahu jawabannya!"
"Besok pagi..."


Maya...


@@@



Keesokan harinya...


Maya masih terbaring di tempat tidurnya meski dia sudah membuka matanya sedari tadi. Semalaman Maya tak bisa memejamkan matanya. Gadis itu terlihat begitu murung dan sangat gelisah.
Hingga suara ponsel mengejutkannya!!
Maya pun mengangkatnya dengan malas...
"Ha...lo..." sapanya pelan.
"Maya, ini aku Satomi. Bagaimana kabarmu?" suara Satomi lembut.
Satomii...dia kembali? 
Benar-benar kembali?!
"Halooo..." panggil Satomi berkali karena Maya sempat tertegun sejenak mendengar nama Satomi.
"Eh...iya Satomi. Kau dimana?" tanya Maya riang.
"Heii...ada apa denganmu? Sepertinya kau melamun?" jawab Satomi ingin tahu ada apa sebenarnya dengan gadis mungil yang masih mengisi hatinya.
"Ah tidak...bagaimana kabarmu?" Maya pun ingin tahu.
"Aku menunggumu di cafe biasa, tepat waktu sarapan pagi ini ya" ucap Satomi.
Maya kaget karena ajakan Satomi barusan...
"Eh...Satomi, kau ada di Tokyo? Benarkah?" Maya sangat senang.
Gadis itu tersenyum lebar mendengarnya...
"Iya Maya. Aku tunggu nanti!" jawab Satomi.
Tuuuuttt...


Maya pun berlari ke kamar mandi untuk bersiap. Wajahnya begitu senang mengingat akan bertemu pria yang pernah mengisi hari dan hatinya beberapa tahun lalu.
"Satomi...." gumamnya gembira.
Maya menyadari bahwa hatinya masih sedikit memikirkan pria tersebut. Apalagi sejak sebulan yang lalu, tepatnya setelah pertunangan Pak Masumi dengan Shiory.


Gadis itu sangat tertekan dan murung sekali. Semua hal yang dia lakukan selalu mengingatkannya pada direktur muda yang tampan tersebut. Hingga komunikasi diantara dirinya dan Satomi terjalin kembali.


Dan kali ini dia mulai ingin melupakan pria tersebut. Perasaan Maya dan Masumi memang belum pernah terungkap. Maya sangat takut untuk mengungkapkannya. Sama halnya dengan Masumi yang juga sangat menjaga identitasnya sebagai 'Mawar Ungu'.


Padahal Maya sudah mengetahuinya!


@@@

Terlihat Maya baru saja keluar dari apartemennya. Pagi ini hatinya sedikit bahagia dengan kedatangan Satomi. Dia berlari kecil menuju sebuah cafe dimana mereka janjian. Cafe itu pernah menjadi tempat favorit keduanya ketika berpacaran dahulu.
"Maya" panggil Satomi ketika melihat Maya dari kejauhan.
Maya menghentikan langkahnya sambil tersenyum ke arah Satomi.
"Satomi..." desisnya.
Satomi pun berlari menghampiri Maya. Mereka berdiri sejenak saling memandang.
"Apa kabar Maya?"
"Aku baik. Bagaimana denganmu?" balas Maya.
Satomi membalasnya dengan senyuman, kemudian...
Dia menarik Maya ke dalam dekapannya. Erat...
Satomi...
Maya...
Mereka berdekapan cukup lama. Sepertinya Satomi tidak ingin melepas dekapannya pagi itu.

Akhirnya sarapan di pagi itu begitu membawa kebahagiaan bagi Maya khususnya. Mereka bercerita banyak selama sarapan berlangsung. Maya menceritakan semua yang dia alami sepeninggal Satomi ke luar negeri. Begitupun dengan Satomi, dia menceritakan betapa hancur hatinya ketika harus berpisah dengan Maya. Maya pun tersanjung...

Setelah sarapan, Satomi mengantar Maya ke tempat latihannya. Tepat di depan tempat latihan, mereka bertemu pak Kuronuma.

"Aaah...kau sudah datang rupanya? Mengapa kau menolak ajakan minumku semalam? sapa Pak Kuronuma ramah.
"Pak Kuronuma? Jadi anda mengetahui kepulangan Satomi? tanya Maya bingung.
Pak Kuronuma tersenyum mengiyakannya...
"Satomi? Berarti kau kembali bukan karena aku kan?" kata Maya kesal.
"Eh, bukan begitu Maya, tentu saja karena aku sangat merindukanmu. Dan juga karena ajakan dari bapak Sutradara kita satu ini" Satomi mencoba menjelaskan alasan kepulangannya pada gadis itu.
Tak butuh waktu lama, ketiganya sudah asyik berbincang. Mereka tampak serius.

@@@


Tak jauh dari mereka, dari sudut yang berbeda. Sepasang menatap perih ke arah ketiganya.

"Dia sudah kembali..." desisnya sedih.
"Maya, kau terlihat bahagia. Aku senang bila itu membuatmu bangkit dan semangat lagi" 
"Aku hanya akan menjadi bayangan!"

Hanya bayangan dalam hidupmu...
Aku akan terus mendukungmu sampai kapanpun...
Mungkin ini yang terbaik untuk mu..
Juga untukku...

Sepasang mata Masumi masih saja mengawasi ketiganya. Sampai ponsel di sakunya bergetar. Pria itu segera menghindar dan menjauhi sudut tersebut.

"Halo. Masumi di sini" sapa Masumi.
"Masumi, apa kau sibuk?" tanya suara wanita dari ponselnya.
"Sedikit sibuk. Ada apa Shiory?" 
"Tidak, aku hanya ingin mengajakmu makan, siang ini. Apa kau bisa?" ajak Shiory, tunangan Masumi.
Masumi terlihat berpikir sebentar sebelum mengiyakan ajakan tunangannya.
"Hhhmm, baiklah. Nanti aku akan menjemputmu" ujar Masumi.
"Aku tunggu. Dan terimakasih Masumi" kata Shiory lembut.

Ttuuuuutt...

Masumi mendesah panjang...
"Hhhmmm...makan siang lagi" gumamnya lemas.
Pria itu berlalu meninggalkan tempat latihan Maya. Dia merasa sudah tidak ada gunanya berada di sana. Hatinya tidak bisa menerima kepulangan Satomi.
Namun dia pun menyadari bahwa semuanya sudah terlambat. Ketidak beraniannya mengungkapkan jati dirinya ternyata perlahan terus mengiris relung hatinya sendiri.

Maya, apa kau tahu diriku yang sesungguhnya?
Apa kau tidak mengenaliku sedikitpun?
Haruskah aku yang berterus terang padamu?
Masih adakah waktu untukku? Untuk kita berdua?
Aku hanya berharap...
Berharap dengan sepenuh hatiku...
Suatu saat kau akan mengetahuinya...
Kau tahu siapa diriku sesungguhnya!



^^^continue to chapter 2^^^


Monday, September 05, 2011

If Your Love is True



Nadira beranjak dari kampusnya sore itu. Kakinya berhenti ketika mendekati gerbang kampusnya, seorang pria sudah menantinya sambil memberikan senyum terindahnya. Gadis manis itu pun membalasnya tulus.
"Kau sudah lama?" sapa Nadine ramah.
"Belum, baru 5 menit yang lalu" sahut sang pria yang tak lain adalah kekasih Nadira.
Kemudian mereka pun berjalan melewati trotoar untuk menunggu angkutan umum. Halte terlihat sepi karena hari ini adalah hari terakhir ujian fakultas Nadira.


Mereka duduk berdampingan di bangku halte...
Wajah keduanya begitu menyimpan kegundahan hati masing-masing. Mencoba menyelesaikan bagaimana kelanjutan kisah kasih yang mereka jalani selama hampir 6 tahun ini.


Sebenarnya mereka telah lama putus, namun entah mengapa masing-masing masih sering berkomunikasi walau sebatas teman. Setelah putus baik Nadira maupun kekasihnya mencoba menjalani dengan pasangan lain, namun sepertinya hanya pelarian saja. Ujung-ujungnya mereka memang tak bisa melupakan cinta mereka. Semua keluarga sang pria menyetujui hubungan itu, begitu pun ibunda dari Nadira. Namun ayahanda dari Nadira tak pernah memberikan restunya. Dan itu membuat Nadira menggantungkan perasaannya pada Ray. Ray sudah mencoba melamar Nadira secara pribadi pada ayahnya, tapi ditolak mentah-mentah oleh ayahanda Nadira.


Hampir semua yang melihat pasangan kekasih ini akan mengatakan bahwa mereka adalah pasangan yang serasi. Nadira adalah gadis yang sangat mempesona. Wajahnya begitu khas cantiknya, begitupun dengan kekasih di sebelahnya. Seperti seorang model yang mungkin bisa dikatakan mengalahi model pria.


"Apa kau jadi berangkat?" tanya Nadira mengisi kekosongan mereka.
"Iya, besok aku berangkat. Kau datang ke airport ya. Aku tunggu!" balas pria itu memohon.
Nadira terdiam tak menjawabnya. Dia menelan ludah berulang kali tuk menenangkan rasa bencinya mengapa harus berpisah dengan kekasih hatinya.
"Ray...boleh aku memberi saran untuk mu" kata Nadira kemudian.
Ray memandangi gadis di sebelahnya penasaran.
"Apa?" sahut Ray ingin tahu.
"Jika kamu menemukan yang lain disana..." ucapannya terhenti karena airmata mulai menetes di pipi gadis tersebut.
Ray menatap Nadira sedih. Dia benar-benar menyayangi wanita itu.
"Kau selalu begitu, tidak pernah berusaha mempertahankan tujuan kita di depan ayahmu" ujar Ray memotong ucapan Nadira.
Ray sangat kesal, karena Nadira tidak pernah berani menjelaskan hubungan mereka pada sang ayah. Ray putus asa...


"Ray, kau tahu kalau aku sangat mencintaimu. Tapi kalau dengan ayah, aku sangat tidak bisa berkutik"
"Ya sudahlah, itu bis nya sudah datang. Naiklah!" ajak Ray sambil menggandeng tangan Nadine menaiki sebuah bis yang baru saja berhenti di hadapan mereka.


Mereka turun setelah hampir 45menit di dalam bis tersebut. Mereka berhenti si depan halte sebuah mall. Lalu membeli es krim dan duduk di pelataran mall itu. Memandangi alam yang beranjak gelap. Hingga berjam-jam mereka berdua di sana. Hanya duduk diam menghabiskan minuman dan makanan yang mereka beli.


Kembali mereka mengenang bagaimana awal nya kisah cinta mereka. Pasangan itu kadang terlihat tersenyum bersama, lalu cemberut, kemudian saling pukul-pukul kecil, cubit dan bercandaan lainnya layaknya sepasang kekasih lainnya.


Hari terakhir Ray di kota itu. Kota yang penuh dengan kenangannya bersama Nadira.


Tak terasa malam beranjak larut. Ray mengajak Nadira untuk pulang sebelum benar-benar larut.


"Kita pulang yuk, aku akan mengantarmu pulang" kata Ray sedih.


Matanya menatap dalam pada wanita yang masih sangat dia kasihi.


Selamat tinggal sayang...


Tangannya menarik wanita itu dan mendekapnya erat. Nadira diam saja dan menenggelamkan wajahnya di dada Ray.


Lambaian terakhir malam itu Ray lepaskan pada Nadira ketika tiba di depan rumah gadisnya. Begitupun Nadira membalas lambaian Ray.


Mata keduanya basah oleh airmata masing-masing...


Perlahan langkah kaki membawa Ray menjauh dan terus menjauh dari pandangan Nadira.
Hingga benar-benar hilang...dan menghilang...


Pergi jauh...


**********


Keesokan harinya...

Ray baru saja tiba di bandara Soetta...

Matanya langsung mencari sosok gadis yang sangat dia harapkan kehadirannya.

Namun hingga satu jam berlalu dan itu artinya Ray harus segera menuju ruang tunggu keberangkatan, sosok Nadira tak muncul juga.

Ray menarik nafas panjang...
Hatinya begitu sedih dan kecewa...
Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi...

Nadira...ini berarti perpisahan darimu...
Aku mengerti semuanya...
Selamat tinggal untuk selamanya...
Kau memang tidak akan pernah menjadi milikku...
Selamat tinggal, sayang...

Ray melangkahkan kakinya menjauh dari gerbang keberangkatan. Bathinnya sangat ingin menoleh ke belakang, namun dia telah berjanji bahwa sejak hari itu 'Nadira adalah masa lalu'!

Beberapa bulan setelah kepergiannya meninggalkan Jakarta...

Ray kembali ke sana untuk menjenguk keluarga, terutama sang ibu dan adik-adiknya.

Dalam satu pesawat tanpa sengaja Ray duduk bersebelahan dengan seorang gadis cantik. Awalnya hanya berkenalan saja dan bertukar no HP.

Namun entah mengapa, mereka bertemu kembali untuk kedua kalinya di sebuah cafe. Komunikasi pun mulai terjalin apik diantara keduanya.

Gadis itu bernama Reyna. Dia sangat menawan untuk ukuran gadis metropolitan. Walau demikian Ray masih saja tak bisa melupakan sosok Nadira dalam hatinya.

Sementara Reyna pun mulai gencar melakukan pendekatan pada Ray. Ray pun tak menampik bahwa Reyna memang gadis yang sangat menawan. Ray mencoba membuka hatinya untuk Reyna.
Awalnya terasa sangat sulit. Selalu saja hati pemuda itu membandingkannya dengan Nadira.

Hingga 2 bulan sejak hubungan itu terjalin, Reyna menginginkan agar hubungan mereka dilanjutkan ke jenjang yang lebih serius.
Ray menjadi bingung sendiri. Pihak keluarga Reyna sangat setuju dengan jalinan cinta mereka. Begitupun pihak keluarga Ray.

Namun tetap saja Ray ragu melangkah...

Dalam kebimbangan Ray mencoba menghubungi Nadira...

"Halo...Nadira, ini aku...Ray" ucap Ray menyapa duluan.
"Ray...." Nadira menyahutnya lembut.
Sejenak mereka sama-sama terdiam...

"Apa kabar, Ray?" tanya Nadira kemudian.
"Baik, aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?" balas Ray sedikit gugup.
"Hhmm...aku baik juga" jawab Nadira lesu.
"Dira...apa bisa kita bertemu?" tanya Ray serius.
Nadira tak langsung menjawabnya, entah mengapa diapun tak tahu harus menjawab apa.
"Nadira...aku mohon. Aku harus membuat pilihan sekarang!" pinta Ray memelas.
"Ray...maafkan aku...aku tak bisa bertemu" ucap Nadira gugup.
Ray tampak menghela nafasnya...
"Oke...aku sudah tahu itu. Itu berarti keputusanmu..." kata Ray sambil menutup teleponnya.
Tuut...tuuut...tuuut...

Itulah obrolan terakhir Ray dan Nadira...

**********

Dua bulan setelah itu...

Akhirnya jalinan kasih diantara Ray dan Reyna pun diresmikan. Mereka menjadi sepasang suami istri sekarang.

Namun selang beberapa hari setelah itu, terdengar kabar bahwa Nadira pun telah melangsungkan pernikahannya dengan seorang pria yang telah dijodohkan oleh ayahandanya.

Selamat tinggal Nadira...
Aku sudah tahu itu akan terjadi...
Cintamu mungkin benar padaku...
Namun takdir yang tak membenarkannya...
Aku bahagia untukmu...


Selamat tinggal Ray...
Cintaku selalu untukmu...
Walau kau menganggapku dusta...
Suatu hari nanti kau akan tahu...
Bahwa cinta itu masih akan terus ada...
Dan ada selamanya...


the end