Friday, July 29, 2011

Kasih Tak Sampai


^Mengisahkan hubungan Maya dan Masumi yang baru saja berakhir. Keduanya sudah benar-benar jenuh setelah menjalani pertunangan selama 4 tahun lamanya. Sikap Masumi yang cemburuan dan Maya yang masih belum dewasa adalah salah satu alasan. Walau masih banyak lagi alasan klasik yang begitu sulit untuk dimengerti, namun yang jelas baik Maya maupun Masumi sudah enggan untuk memikirkan hubungan mereka kembali. Mereka sudah lelah!^




Kurasa kita sudah sama-sama jenuh...
Baiknya kita akhiri saja semuanya sampai di sini...


Maya terduduk lunglai di sofa balkonnya. Kata-kata terakhir yang diucapkan Masumi selalu terngiang dalam setiap waktunya.


"Huuuh...jenuh?! Apanya?! Itu hanya sebuah alasan klasik" gadis itu bergumam kesal.


Sekali lagi gadis rupawan itu menggerutu sambil memandangi langit malam itu. Malam yang sungguh indah bertabur beribu bintang.


Semuanya tlah berakhir...
Dan tak mungkin kembali...


Lama tak terdengar gerutu sang gadis, ternyata matanya sudah terpejam sedari tadi dengan pipi yang basah oleh airmata kesedihannya.


***Malam yang sama di kediaman Hayami***


Masumi pun melamun memandangi bintang dari balkon kamarnya. Wajah tampan itu begitu kusut dan nelangsa. Sepertinya sedang ada perdebatan bathin yang tak dia mengerti.


Mengapa harus jadi seperti ini...
Apa yang sudah kukatakan kemarin?
Mengapa bisa aku mengatakan hal itu...
Betapa bodohnya aku!


Tapi, aku harus sanggup melewati semuanya...
Tanpa mu sekarang, mungil..


Mantan tunangan Maya itu pun tertidur di sofa balkonnya..


********

Hari-hari berlalu tanpa ada peristiwa yang berarti bagi keduanya. Mereka beraktifitas seperti biasa, seolah-olah tidak ada yang terjadi. Begitupun semua orang menganggap hubungan mereka baik-baik saja.

Dan sebagian orang sudah memperbincangkan bahwa sebentar lagi akan ada pernikahan diantara keduanya.

Maya masih menjalani kegiatan keartisannya di bawah manajemen Daito. Dan itu artinya mereka masih sering bersua dalam setiap acara yang diselenggarakan oleh Daito. 
Keduanya begitu pandai menyembunyikan kehancuran hubungan mereka. 

Sampai ayah Masumi saja tidak mencium tentang perpisahan mereka. Baik Maya maupun Masumi sudah saling berjanji akan menutup rapat semuanya sampai Eisuke benar-benar pulih dari penyakitnya.

Sebelumnya, Eisuke sempat dirawat di RS karena harus menjalani pengobatan karena terjadi penyempitan pada jantungnya. Beberapa operasi telah dilakukan. Hingga sekarang Eisuke harus menjalani pemompaan jantung dalam waktu yang telah ditentukan.


Seperti siang itu Masumi sengaja menghubungi Maya karena Eisuke menginginkan makan siang bersama.


Masumi pun dengan berat hati menghubungi ponsel Maya...


"Halo.." suara Maya terdengar menyapanya dari tempat yang berbeda.


"Maya, ayah ingin kita makan siang bersama hari ini. Jadi datanglah ke rumah" ujar Masumi dengan nada suara yang kaku.


"Mmm...baiklah" jawab Maya singkat. Lalu gadis itu menutup ponselnya.


Tuut...tuuut...tuut...


Masumi pun mengacuhkan sikap Maya yang terdengar kurang sopan tersebut.


Pria tampan itu melanjutkan aktifitasnya yang begitu padat sampai waktu makan siangpun tiba. Bergegas Masumi pun meninggalkan kantornya menuju kediamannya sendiri.


Beberapa menit kemudian, mobil Masumi pun tiba di kediamannya. Masumi mendelikkan penglihatannya melihat bahwa mobil Maya sudah ada. Berarti gadis itu sudah sampai, pikirnya.


Masumi baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Terdengar suara tawa dari ayahnya begitu menggema dari ruang keluarga.


Pria itu menghela nafasnya pelan...


Lalu dia masuk ke ruangan dimana ayahnya dan Maya sedang berbincang-bincang.


Keduanya menatap kedatangan Masumi...


"Ah kau sudah datang, nak" sapa lelaki tua itu senang.


Masumi membungkukkan punggungnya sedikit memberi hormat pada keduanya. Lalu dia berkata akan turun, namun akan berganti pakaian terlebih dahulu.


Maya hanya mengangguk mengiyakan...


Eisuke memandangi keduanya bingung, tidak seperti biasanya...


"Baiklah paman, sampai mana tadi pembicaraan kita?" tanya Maya mengalihkan perhatian Eisuke.


Tapi pria tua itu tak gampang menerima sikap aneh dari putra dan tunangannya itu. Dia menajamkan tatapannya pada Maya.


Lalu lelaki tua itu bertanya:
"Maya, apa ada yang kalian sembunyikan dariku?" Eisuke menyelidik dengan pertanyaan pertamanya.


Maya terlihat gugup akan menjawab apa. Gadis itu mengalihkan wajahnya dari tatapan Eisuke. 


Bagaimana ini?
Masumi, cepatlaaah turun...


Maya mencoba tenang dari kegugupannya. Perlahan dia mengusap peluh keringat yang mengaliri lehernya.


"Paman, kami tidak bisa menyembunyikan apapun darimu. Jadi percayalah" jawab Maya.


Eisuke masih tidak mempercayainya. Tatapannya masih tajam pada gadis itu.


Sampai Masumi turun dan bergabung bersama mereka...


Akhirnya makan siangpun berjalan dengan lancar. Dan ketika hendak pulang, Eisuke menyuruh Masumi untuk mengantarkan Maya.


Namun keduanya tampak saling menolak...


"Ah,paman tidak usah. Aku membawa mobil sendiri koq" jawab Maya cepat.


Begitu pun Masumi...


"Tapi ayah, aku masih ada kerjaan lain. Jadi terburu-buru" tolak Masumi ragu.


Melihat dan mendengar gerak gerik dan ucapan dari keduanya, Eisuke 100% curiga telah terjadi sesuatu dengan hubungan putranya dan Maya.


"Kalian! Coba menutupinya dariku?" tanya Eisuke dingin.


Maya dan Masumi saling tatap ketakutan. Mereka takut sesuatu yang buruk terjadi pada kesehatan sang ayah. Seketika itu juga, tangan Masumi merangkul punggung Maya dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.


"Baiklah ayah, aku akan mengantar Maya" kata Masumi kikuk.


Begitupun Maya hanya mengikuti kemana Masumi membawanya.


Eisuke tampak tersenyum dan mengatakan:


"Maya, biar mobilmu di sini saja. Jadi setiap hari Masumi akan menjemputmu dan mengantarmu pulang. Ingat itu!!!" perintah Eisuke pada keduanya.


Brraaaak...


Pintu mobilpun tertutup. Maya dan Masumi akhirnya satu mobil menuju tempat yang sama. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam dan memandang keluar jendela.


Sampai mobil itu tiba di Daito...
Baik Maya maupun Masumi langsung turun tanpa berkata apa-apa.
Tentu saja sang supir menjadi bingung dibuatnya..


Ada apa dengan mereka ya? Tidak seperti biasanya, aku bahkan tidak pernah melihat mereka saling tatap dan tersenyum bersama...


Maya menuju ke ruang latihan, sedang Masumi langsung menuju ke ruangannya.


Begitulah yang terjadi kini antara keduanya. Sejak perintah dari Eisuke siang itu, maka Masumi harus menjemput Maya dan mengantarkannya pulang sampai apartemennya.


Setiap hari...


**********


Pagi itu Masumi menjemput Maya untuk berlatih. Seperti biasa itulah hal yang membuatnya selalu tampak kesal dan marah-marah.


Mobil Masumi telah parkir di tempat parkir depan apartemen Maya. Biasanya Maya pasti sudah menunggunya di lobby. Namun pagi ini, gadis itu tak tampak.
Masumi mencoba menghubungi ponselnya berkali-kali, tapi tidak ada jawaban sama sekali.


Itu membuatnya hilang kesabaran, akhirnya dia pun turun dan naik lift menuju apartemen Maya.


Ting...tong..
Ting...tong..


Dua kali sudah Masumi menekan bel, namun tetap pintu tersebut tidak terbuka. Darahnya mendidih karena kesal menunggu.
Masumi menyandarkan tubuhnya di dinding dekat pintu apartemen Maya. Tangannya merogoh saku jasnya dan mengambil sebuah rokok, lalu menyalakannya dan menghisapnya pelan.


Sembulan asap begitu menutupi wajah Masumi...


Tiba-tiba...


"Ah, trimakasih, sampai bertemu besok pagi" terdengar suara Maya mengucapkan salam pamit pada seseorang.


Masumi mencoba menyelidik suara tersebut...


"Baiklah, sama-sama Maya" balas suara pria dari dekat lift.


Masumi langsung menebas-nebaskan tangannya untuk menghilangkan asap yang mengganggu penglihatannya. Namun sayang pria yang bersama Maya tadi sudah berlalu kembali ke dalam lift.


Masumi pun hanya menatap Maya tajam...
Maya melangkah perlahan mendekati pintu apartemennya..
Gadis itu terkejut melihat siapa yang sedang berdiri di dekat pintu apartemennya.


Haaah...


"Masumi..." sapanya santai.


Lalu gadis itu mengambil kunci dari saku celananya dan mencoba membuka pintu apartemennya. Pintupun telah terbuka!!!


Maya hendak melangkah masuk, namun tangan Masumi menarik jemarinya kuat. Matanya menatap tajam pada Maya.


"Kau darimana saja? Apa kau lupa dengan tugasku ini?" tanya Masumi sebal.


Maya tak menggubrisnya, dia berlalu saja masuk ke apartemennya. Masumi pun mengejarnya...


"Heeeeiii...apa kau tidak dengar?" pria itu bertanya lagi.


Maya pun membalikkan tubuhnya...
"Aku sudah dengar, maaf bila membuatmu menunggu. Aku rasa ini hari terakhirmu mengantar dan menjemputku, Masumi Hayami!" kata Maya menjelaskan dengan nada yang emosi.


Masumi tak mengerti dengan ucapan Maya barusan. Dia mencoba mendekati Maya dan menarik dagunya...


"Apa maksudmu?!" Masumi curiga.
"Apa tadi belum jelas aku mengatakannya?" balas Maya balik bertanya.


Masumi langsung beranjak pergi menuju keluar pintu, diikuti Maya yang tergesa menyambar tas dan baju hangatnya di dekat sofa.


Blam!!!


Mereka menaiki lift bersama, masuk ke mobil yang sama dan duduk di jok yang sama. Namun semuanya tak terdengar obrolan apapun.
Tiba-tiba ponsel Masumi berbunyi...


Masumi mengangkatnya segera..
"Halo.." 
"Tuan, ini Asa...saya mohon tuan kembali ke rumah..." kata pak Asa gugup.


Masumi menjadi penasaran, tanpa sadar dia berteriak kepada pria tua itu..
"UNTUK APA?!" bentaknya.


"Tuan...ayah anda...dalam ...keadaan darurat...cepatlah" terdengar suara pak Asa gemetar.


Masumi langsung cemas, wajahnya menjadi pucat dan kebingungan. Maya pun tak kalah panik melihat reaksi Masumi.


"Masumi...ada apa?" tanyanya pada Masumi di sampingnya.


"Kembali ke rumah, CEPAT!!!" perintahnya pada supir.


Dia diam..wajahnya sangat kaku...


Maya pun mengerti pasti terjadi sesuatu pada paman Eisuke-nya.


Paman...apa kau baik-baik saja?
Jangan tinggalkan kami dalam keadaan seperti sekarang ini. Hubunganku dengan putramu tlah kandas. Sepertinya sulit untuk dipersatukan kembali...


Akhirnya mobil Masumi sampai di kediamannya...


BRAAK...
BRRAAAK...


Keduanya tampak tergesa-gesa turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah.


Pak Asa langsung meminta keduanya untuk masuk ke kamar Eisuke. Karena pria tua itu telah memerintahkan demikian.


Masumi pun berlari ke kamar sang ayah, diikuti Maya..
Terlihat seorang dokter dan seorang perawat baru saja keluar dari kamar besar itu.


Mereka membungkuk hormat pada Masumi dan Maya. Lalu sang dokter mengatakan sesuatu kepada Masumi:
"Tuan Masumi, keadaannya kembali tidak stabil. Sepertinya ada sesuatu yang beliau pikirkan. Jadi...jadi saya mohon, turuti semua keinginannya" pinta dokter itu tulus.


Masumi dan Maya terdiam sesaat mendengar ucapan permintaan dokter tadi. Mereka saling pandang khawatir dan merasa bersalah.


"Mungkinkah...ayah tahu, Maya?" tanya Masumi bingung dan sedih.
Maya pun demikian, dia tidak tahu harus berbuat apa. Wajah kedua nya begitu pucat.


Masumi masuk perlahan ke dalam kamar, diikuti Maya tentunya.
Pria tua tersebut terlihat terkulai lemah di tempat tidurnya. Matanya sayu dengan guratan keriput di setiap sudut wajahnya.


"Ayah..." Masumi menyapanya ragu.
"Kemarilah...kalian..." pinta Eisuke sungguh lemah.


Masumi dan Maya berjalan mendekati tempat tidur Eisuke. Eisuke memandangi wajah keduanya. Tatapannya menjadi sangat sedih. Tiba-tiba airmata mengalir dari pelupuk matanya.


Paman...kau menangis? Ada apa ini? Apa kau tahu tentang kami? Tidak...


Lalu tangan lemah itu mencoba menarik tangan putranya. Setelah meraihnya, diapun menarik jemari Maya. Kedua tangan itu disatukan oleh Eisuke.


Deg!Deg!Deg!...
Jantung Maya dan Masumi berdetak kencang dengan beribu pertanyaan dan penasaran apakah Eisuke mengetahui kandasnya hubungan mereka.


"Masumi...aku..ingin..kau..segera menikahi...Maya" Eisuke meminta nya terbata-bata lemah.


Baik Maya maupun Masumi saling memandang. Mereka benar-benar terjebak dalam situasi itu.
Namun melihat kondisi ayahnya, Masumi tidak akan sanggup mengatakan yang sebenarnya.


Juga dengan Maya, dia sudah sangat merasa bersalah pada pria tua yang telah begitu baik padanya.


"Ayah..kapan...ayah inginkan itu?" Masumi bertanya memastikan.


Eisuke menatap keduanya sedih...Sepertinya firasat pria tua itu mencurigai retaknya hubungan Maya dan Masumi.


"Maya..apa kau...bersedia...menikah..dengan putraku?" tanyanya pelan.


Maya menundukkan kepalanya. Gadis itu bingung harus menjawab apa. Dia menoleh ke arah Masumi.
Dan Masumi pun menganggukkan kepalanya, menandakan bahwa Maya harus segera menjawab 'IYA' untuk bisa menenangkan ayahnya.


Dengan terpaksa gadis itu menganggukkan kepalanya. Dan benar saja Eisuke langsung tersenyum melihat reaksi Maya.


"Asaa..." panggilnya pada Asa yang masih berada di luar.
Masumi berdiri untuk memanggil pak Asa.


Kini ajudan setia tersebut sudah berdiri tepat di samping Eisuke. Di tangannya ada beberapa lembar..


"Ini, tuan..." kata Asa sambil memberikan lembaran-lembaran tersebut.


Masumi dan Maya semakin bingung dengan arti semua itu..


"Tuan Masumi..semua surat sudah beres. Jadi hari ini juga kalian akan menikah" pak Asa menjelaskannya di depan Eisuke.


Dan itu tentu saja membuat Masumi maupun Maya sulit untuk membantahnya.


"Silahkan tanda tangani di sini....dan di sini..." pinta pak Asa sembari menunjukkan tempat yang harus ditanda tangani oleh keduanya.


Baik Masumi maupun Maya langsung menatap Eisuke bingung. Tampak senyum bahagia tersungging dari bibir Eisuke.
Melihat senyum itu, hati Masumi sangat tak kuasa. Perlahan dia pun membubuhi tanda tangannya di lembaran tersebut.


Begitu juga dengan Maya. Lalu dari pintu terdengar ketukan..


Tok...tok...tok...


"Oh..pak Pendeta, silahkan masuk" pak Asa menyapanya ramah.


Pendeta itu menghampiri keduanya. Lalu menyentuh kepala Masumi dan Maya.
Ada sebuah janji yang diucapkan Masumi di depan pendeta tersebut. Begitu pun dengan Maya.


Mereka berdua masih mengikuti proses pernikahan sederhana itu sampai selesai. Eisuke dan pak Asa tersenyum bahagia..


"Mulai sekarang kalian resmi menjadi suami istri yang sah di hadapan Tuhan!" ujar Pendeta itu.


Masumi menatap Maya bingung. Begitupun sebaliknya.


Tapi tidak dengan Eisuke, dia tersenyum bahagia sekali...


"Akhirnya...aku bahagia dan tenang sekarang..." Eisuke terisak terharu.
Juga pak Asa..


Maya menoleh ke arah Masumi di sampingnya...


Suami istri? Mengapa secepat ini?
Tapi kami sudah putus..
Sekarang? Bagaimana ini nanti. Apa harus aku katakan yang sebenarnya? Tapi kesehatannya sedang memburuk saat ini..


Sementara Masumi pun terlihat menerawang tak percaya dengan resepsi sederhana pernikahannya ini.


Dia menjadi istriku sekarang? Ada apa ini? Aku terjebak!
Bagaimana menghadapi dan menjalani kebohongan ini? Ayah...haruskah kau tahu yang sebenarnya?
Haruskah aku mengatakannya padamu?












^^^continue to chapter 2^^^





5 comments:

  1. Haaaaa, mereka jenuh...hadeeeeeh ada lagi nih persoalannya hihihihihi....emang sih klo kelamaan pacaran bisa buat bose, apalagi pacarannya sama orang yg posesif tapi Masumi bosen sama maya....gak bisa, gak boleh gawaaaat hehehehe

    buru2 dilanjut ya sista,.... :P

    ReplyDelete
  2. wakakakakaka akhirnya nikah juga, kok aku ngerasa Eisuke cm pura2 dah sakitnya demi menyatukan mereka....XDDDD *sotoy*

    ReplyDelete
  3. masumi yg dah 7 tahun nunggu Maya????? cuma 4 th bosan.....pertahankan dong....MM forever...suka dgn ff nya...makasih ya Sist...salam kenal...

    ReplyDelete
  4. kok jenuh ??? MM tidak bole dipisahkan... plis mbak lia.. plissss.... :(

    ReplyDelete