Monday, September 05, 2011

If Your Love is True



Nadira beranjak dari kampusnya sore itu. Kakinya berhenti ketika mendekati gerbang kampusnya, seorang pria sudah menantinya sambil memberikan senyum terindahnya. Gadis manis itu pun membalasnya tulus.
"Kau sudah lama?" sapa Nadine ramah.
"Belum, baru 5 menit yang lalu" sahut sang pria yang tak lain adalah kekasih Nadira.
Kemudian mereka pun berjalan melewati trotoar untuk menunggu angkutan umum. Halte terlihat sepi karena hari ini adalah hari terakhir ujian fakultas Nadira.


Mereka duduk berdampingan di bangku halte...
Wajah keduanya begitu menyimpan kegundahan hati masing-masing. Mencoba menyelesaikan bagaimana kelanjutan kisah kasih yang mereka jalani selama hampir 6 tahun ini.


Sebenarnya mereka telah lama putus, namun entah mengapa masing-masing masih sering berkomunikasi walau sebatas teman. Setelah putus baik Nadira maupun kekasihnya mencoba menjalani dengan pasangan lain, namun sepertinya hanya pelarian saja. Ujung-ujungnya mereka memang tak bisa melupakan cinta mereka. Semua keluarga sang pria menyetujui hubungan itu, begitu pun ibunda dari Nadira. Namun ayahanda dari Nadira tak pernah memberikan restunya. Dan itu membuat Nadira menggantungkan perasaannya pada Ray. Ray sudah mencoba melamar Nadira secara pribadi pada ayahnya, tapi ditolak mentah-mentah oleh ayahanda Nadira.


Hampir semua yang melihat pasangan kekasih ini akan mengatakan bahwa mereka adalah pasangan yang serasi. Nadira adalah gadis yang sangat mempesona. Wajahnya begitu khas cantiknya, begitupun dengan kekasih di sebelahnya. Seperti seorang model yang mungkin bisa dikatakan mengalahi model pria.


"Apa kau jadi berangkat?" tanya Nadira mengisi kekosongan mereka.
"Iya, besok aku berangkat. Kau datang ke airport ya. Aku tunggu!" balas pria itu memohon.
Nadira terdiam tak menjawabnya. Dia menelan ludah berulang kali tuk menenangkan rasa bencinya mengapa harus berpisah dengan kekasih hatinya.
"Ray...boleh aku memberi saran untuk mu" kata Nadira kemudian.
Ray memandangi gadis di sebelahnya penasaran.
"Apa?" sahut Ray ingin tahu.
"Jika kamu menemukan yang lain disana..." ucapannya terhenti karena airmata mulai menetes di pipi gadis tersebut.
Ray menatap Nadira sedih. Dia benar-benar menyayangi wanita itu.
"Kau selalu begitu, tidak pernah berusaha mempertahankan tujuan kita di depan ayahmu" ujar Ray memotong ucapan Nadira.
Ray sangat kesal, karena Nadira tidak pernah berani menjelaskan hubungan mereka pada sang ayah. Ray putus asa...


"Ray, kau tahu kalau aku sangat mencintaimu. Tapi kalau dengan ayah, aku sangat tidak bisa berkutik"
"Ya sudahlah, itu bis nya sudah datang. Naiklah!" ajak Ray sambil menggandeng tangan Nadine menaiki sebuah bis yang baru saja berhenti di hadapan mereka.


Mereka turun setelah hampir 45menit di dalam bis tersebut. Mereka berhenti si depan halte sebuah mall. Lalu membeli es krim dan duduk di pelataran mall itu. Memandangi alam yang beranjak gelap. Hingga berjam-jam mereka berdua di sana. Hanya duduk diam menghabiskan minuman dan makanan yang mereka beli.


Kembali mereka mengenang bagaimana awal nya kisah cinta mereka. Pasangan itu kadang terlihat tersenyum bersama, lalu cemberut, kemudian saling pukul-pukul kecil, cubit dan bercandaan lainnya layaknya sepasang kekasih lainnya.


Hari terakhir Ray di kota itu. Kota yang penuh dengan kenangannya bersama Nadira.


Tak terasa malam beranjak larut. Ray mengajak Nadira untuk pulang sebelum benar-benar larut.


"Kita pulang yuk, aku akan mengantarmu pulang" kata Ray sedih.


Matanya menatap dalam pada wanita yang masih sangat dia kasihi.


Selamat tinggal sayang...


Tangannya menarik wanita itu dan mendekapnya erat. Nadira diam saja dan menenggelamkan wajahnya di dada Ray.


Lambaian terakhir malam itu Ray lepaskan pada Nadira ketika tiba di depan rumah gadisnya. Begitupun Nadira membalas lambaian Ray.


Mata keduanya basah oleh airmata masing-masing...


Perlahan langkah kaki membawa Ray menjauh dan terus menjauh dari pandangan Nadira.
Hingga benar-benar hilang...dan menghilang...


Pergi jauh...


**********


Keesokan harinya...

Ray baru saja tiba di bandara Soetta...

Matanya langsung mencari sosok gadis yang sangat dia harapkan kehadirannya.

Namun hingga satu jam berlalu dan itu artinya Ray harus segera menuju ruang tunggu keberangkatan, sosok Nadira tak muncul juga.

Ray menarik nafas panjang...
Hatinya begitu sedih dan kecewa...
Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi...

Nadira...ini berarti perpisahan darimu...
Aku mengerti semuanya...
Selamat tinggal untuk selamanya...
Kau memang tidak akan pernah menjadi milikku...
Selamat tinggal, sayang...

Ray melangkahkan kakinya menjauh dari gerbang keberangkatan. Bathinnya sangat ingin menoleh ke belakang, namun dia telah berjanji bahwa sejak hari itu 'Nadira adalah masa lalu'!

Beberapa bulan setelah kepergiannya meninggalkan Jakarta...

Ray kembali ke sana untuk menjenguk keluarga, terutama sang ibu dan adik-adiknya.

Dalam satu pesawat tanpa sengaja Ray duduk bersebelahan dengan seorang gadis cantik. Awalnya hanya berkenalan saja dan bertukar no HP.

Namun entah mengapa, mereka bertemu kembali untuk kedua kalinya di sebuah cafe. Komunikasi pun mulai terjalin apik diantara keduanya.

Gadis itu bernama Reyna. Dia sangat menawan untuk ukuran gadis metropolitan. Walau demikian Ray masih saja tak bisa melupakan sosok Nadira dalam hatinya.

Sementara Reyna pun mulai gencar melakukan pendekatan pada Ray. Ray pun tak menampik bahwa Reyna memang gadis yang sangat menawan. Ray mencoba membuka hatinya untuk Reyna.
Awalnya terasa sangat sulit. Selalu saja hati pemuda itu membandingkannya dengan Nadira.

Hingga 2 bulan sejak hubungan itu terjalin, Reyna menginginkan agar hubungan mereka dilanjutkan ke jenjang yang lebih serius.
Ray menjadi bingung sendiri. Pihak keluarga Reyna sangat setuju dengan jalinan cinta mereka. Begitupun pihak keluarga Ray.

Namun tetap saja Ray ragu melangkah...

Dalam kebimbangan Ray mencoba menghubungi Nadira...

"Halo...Nadira, ini aku...Ray" ucap Ray menyapa duluan.
"Ray...." Nadira menyahutnya lembut.
Sejenak mereka sama-sama terdiam...

"Apa kabar, Ray?" tanya Nadira kemudian.
"Baik, aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?" balas Ray sedikit gugup.
"Hhmm...aku baik juga" jawab Nadira lesu.
"Dira...apa bisa kita bertemu?" tanya Ray serius.
Nadira tak langsung menjawabnya, entah mengapa diapun tak tahu harus menjawab apa.
"Nadira...aku mohon. Aku harus membuat pilihan sekarang!" pinta Ray memelas.
"Ray...maafkan aku...aku tak bisa bertemu" ucap Nadira gugup.
Ray tampak menghela nafasnya...
"Oke...aku sudah tahu itu. Itu berarti keputusanmu..." kata Ray sambil menutup teleponnya.
Tuut...tuuut...tuuut...

Itulah obrolan terakhir Ray dan Nadira...

**********

Dua bulan setelah itu...

Akhirnya jalinan kasih diantara Ray dan Reyna pun diresmikan. Mereka menjadi sepasang suami istri sekarang.

Namun selang beberapa hari setelah itu, terdengar kabar bahwa Nadira pun telah melangsungkan pernikahannya dengan seorang pria yang telah dijodohkan oleh ayahandanya.

Selamat tinggal Nadira...
Aku sudah tahu itu akan terjadi...
Cintamu mungkin benar padaku...
Namun takdir yang tak membenarkannya...
Aku bahagia untukmu...


Selamat tinggal Ray...
Cintaku selalu untukmu...
Walau kau menganggapku dusta...
Suatu hari nanti kau akan tahu...
Bahwa cinta itu masih akan terus ada...
Dan ada selamanya...


the end

No comments:

Post a Comment