Saturday, October 29, 2011

One More Time (4)



Malam itu Maya pulang latihan tanpa diantar oleh Satomi. Karena Satomi harus mengikuti keluarganya untuk berlibur.
Hari itu cukup melelahkan Maya. Dengan tubuh kecil dan kurus, dia harus menjalani latihan yang lumayan berat, karena sebentar lagi drama terbaru mereka akan segera ditampilkan.


"Huuuffth, aku lelah sekali" Maya bergumam sembari sesekali melayangkan pandangannya ke arah jalanan Tokyo.


Gadis itu tak menyadari seseorang sedang mengikutinya dari belakang. Dia adalah Masumi...
Dengan sangat hati-hati, pria itu melangkah di belakang Maya. Wajahnya tampak sangat berseri disinari lampu jalan dan bintang di atas sana.


Tapi walau sudah sangat hati-hati, tak sengaja Masumi berdehem karena tenggorokannya terasa gatal.


"Eehheeeemm..."


Maya pun terkejut dan berbalik ke belakang. Di dapatinya Masumi tersenyum lebar menatapnya...


"Pak Masumi"


"Hai Mungil, apa aku mengejutkanmu?" dengan wajahnya yang pura-pura polos Masumi melangkah mendekati Maya.


Maya melanjutkan langkahnya, dan membiarkan Masumi berjalan beriringan bersamanya malam itu.


Dalam hati Maya, dia sangat senang dengan kehadiran Masumi. Yang saat ini sedang berjalan di sisinya seperti sepasang kekasih.


Secara tak sadar, Maya tersenyum-senyum sendiri. Masumi memperhatikan itu dengan seksama. Pria itu pun tak ingin mengganggu apa yang sedang dipikirkan gadis mungil di sebelahnya. Masumi tersenyum simpul sambil terus melangkah mengikuti Maya.


Ada apa dengan anda, pak Masumi? Mengapa dia mengikutiku? Dan wajahnya sedari tadi sepertinya amat gembira? Apa dia bahagia akan menikahi nona Shiory? Mengapa aku semakin tersiksa begini? Semua nya menjadi hampa...


Tapi mengapa saat ini dia berada di sini bersamaku? Apa dia bahagia bila bersamaku? Aaah...sudahlah...yang terpenting hatiku sangat senang saat ini...


Sekali-kali mereka saling pandang, namun tak berkata apa-apa...
Sepertinya keduanya menikmati perjalanan dalam kebisuan di malam itu.


Akhirnya tiba juga di depan apartemen Maya...


Maya melangkah menuju taman di depan apartemennya. Masumi pun tanpa aba-aba langsung mengikuti gadis di hadapannya.


Maya duduk di sebuah bangku panjang di salah satu sudut taman tersebut. Namun Masumi masih saja berdiri di samping gadis itu.


Maya merasakan ketenangan malam itu. Benar-benar membuatnya merasa nyaman berada di samping Masumi.


"Apa anda akan berdiri terus di sana?" tanya Maya kepada Masumi.


"Eh..oh..iiya. Aku takut kau akan marah nanti bila aku duduk di sebelahmu, Mungil" jawab Masumi gugup.


Mendengar jawaban Masumi, Maya menjadi kikuk sendiri. Karena selama ini sikapnya memang sangat kasar pada pria tersebut. Maya menatapi Masumi.


DEG!!


Masumi sedikit grogi karena tatapan Maya. Namun dengan cepat Masumi mengontrol dirinya agar tak terlihat seperti itu di hadapan Maya.


Masumi pun duduk di sebelah Maya. Keduanya sama-sama memandangi bintang-bintang yang menambah indahnya suasana malam itu.


Masumi meyakinkan dalam dirinya berulang kali untuk segera mengatakan apa yang sudah lama ingin dia katakan di depan gadis itu.


Sekujur tubuhnya mulai mengeluarkan keringat dingin. Entah berapa menit, Masumi mengambil ancang-ancang untuk mengatakan kejujuran dari hatinya kepada Maya. Tangannya mengepal geregetan namun masih takut...


Tapi lidahnya masih terasa pendek untuk menyambung kata dalam hatinya..


Ini berat sekali...terlalu berat, tapi aku harus mengatakannya...
Sepertinya malam ini adalah kesempatan terbaikku..
Ayoo, Masumi...katakan isi hatimu...
Katakan bila kaulah 'pengagum rahasia itu'


Masumi meremas jemarinya sendiri. Maya melihat kegugupan Masumi.


Ada apa dengan nya? Sepertinya ada yang ingin dia katakan padaku? Pak Masumi...apakah kau akan mengatakannya malam ini? Aaah...aku begitu berharap kepadamu!


Tiba-tiba...


"Maya, aku...ingin mengatakan...hal penting padamu" ucap Masumi memulai membuka tabir 'mawar ungu' dan perasaannnya.


Bagaimana memulainya? Apa ini sudah benar?
Mungiil, aku harus bagaimana mengakuinya?


DEG!!DEG!!!


Maya pun sedikit merasa gugup dan tak sabar...


"Pak Masumi, apa anda baik-baik saja?" Maya merasa cemas dengan kegugupan yang ditunjukkan pria di sampingnya tersebut.


Masumi menatap ke arah yang berbeda. Berusaha menenangkan dan memunculkan kembali keberaniannya. Ditariknya nafas panjang beberapa kali dengan tak kentara.


Masumi sedang mengumpulkan beribu keberanian dan tekadnya untuk mengatakan satu kata terhadap Maya.
Memang hanya satu kata, namun sepertinya seribu keraguan dan ketakutan sedang menahan sepatah kata tersebut.


"Iiiya, Maya. Aku baik-baik saja"


"Lalu, hal penting apa yang akan anda katakan kepadaku, Pak Masumi?"


"Oooh itu...tidak...ee...aku hanya ingin mengatakan...bahwa malam ini begitu indah...! Maya, apa kau menyukainya?" Masumi masih takut.


Maya merasakan ada keanehan dari pria itu. Tidak biasanya dia bersikap seolah takut dan gugup seperti malam itu.


Hingga Maya mencoba memancingnya sendiri, gadis itu pun tak sabar dengan apa yang akan dikatakan Masumi. Maya hanya ingin memastikan semua kecurigaannya selama ini.


"Pak Masumi, apa anda suka dengan bunga?"


DEG!!!


Masumi menangkap sinyal keberanian dari Maya...


Apa rencananya?
Kenapa dia menanyakan hal itu? 


Bunga?
Apa maksudnya?

"Tentu" jawab Masumi singkat.


Hanya itu saja jawabannya? Huuuuh...


Pikir Maya dalam hati...
Gadis itu semakin semangat dengan rencananya...


"Kalau begitu, bunga apa yang paling anda sukai?"


"Ah..itu...aku suka semua bunga, Maya!"


Apa-apaan ini? Mengapa aku harus grogi dengan pertanyaannya?


Masumi memutar akal untuk tetap bisa menenangkan kegugupannya.


Kemudian Masumi mencoba balik bertanya:


"Bagaimana denganmu Mungil, bunga apa yang paling kau sukai?" selidik Masumi.


Maya menoleh dan menatap Masumi...


"Lhoo, mengapa kau menatapku seperti itu, Maya?"


Maya terdiam tak menjawab beberapa pertanyaan Masumi. Gadis itu benar-benar sangat ingin mendengar pengakuan dari Masumi. Bathinnya terlihat lelah untuk semua teka-teki ini.


Pak Masumi mengapa anda seperti ini? Mana pria yang kukenal selama ini yang selalu mencemoohkan diriku? Membuatku terus bersemangat dalam aktingku?


Pak Masumi, kau selalu membuatku seperti ini...


Maya tak sanggup lagi harus menyimpan perasaannya. Maya sudah tak sanggup lagi membohongi Satomi dan dirinya sendiri.


Tanpa terasa, airmata Maya mengalir...
Tatapannya begitu dalam pada pria di sebelahnya...


Beribu cara gadis itu coba untuk membuang segala asa dari pria yang 11 tahun lebih darinya itu, namun beribu asa juga hadir satu persatu membayang di depan sana.


Melihat Maya yang menatapnya berbeda, Masumi menjadi berani untuk mengatakannya...


Matanya? Matamu Mungil...
Membuatku yakin bahwa lampu merah itu telah berubah menjadi hijau...
Aku yakin itu!!!


"Maya...kau...." ucap Masumi gemetar.


Masumi menatap sendu ke arah Maya, karena gadis itu kini sudah tak kuasa menahan airmata yang jatuh dari pelupuk matanya.


Maya terisak...


Mungil? Kau...


"Pak Masu...mi, aku...mohon...katakan...hal penting...itu sekarang juga! Aku mohonn..." ujar Maya sambil terisak.


"Maya, mengapa...kau...menangis?" 


Masumi pun berusaha untuk menahan rasa harunya...


Baiklah mungil...


"Maya, sebelum ini...aku sangat takut....sama sekali tak ada keberanian untuk...mengatakan ini padamu....aku..." kata Masumi gugup kembali.


Pak Masumiiii...ayo katakaaan!!!!
Huuuuuhhhhttffftt...


"Aku apa...pak Masumi? Ada apa dengan anda?" paksa Maya tak sabar.


Masumi menelan ludahnya pelan-pelan...


"Aku...sangat....mengagumimu. Sungguh...itu dari lubuk hatiku" aku Masumi gugup.


Maya tersenyum puas mendengarnya walau pernyataan itu terdengar masih sangat menggantung..


"Benarkah anda...mengagumiku? Diriku...atau....aktingku?" Maya memancing lebih dalam lagi.


Masumi bertambah gugup dengan pertanyaan Maya yang lebih detail. Dia tidak pernah mengira akan pertanyaan yang dilontarkan Maya.


Aduuuh, apa gadis mungil ini belum mengerti? Apa yang kukatakan tadi belum juga membuatnya yakin?


Masumi sedikit gemetar ketika harus memberikan jawaban dan pengakuannya terhadap Maya.


"Begini Mungil.....bolehkah aku tahu satu hal tentang...."


Maya tak sabar...


"Tentang apa, pak Masumi?"


"Ini...maksudku...tentang pengagum rahasiamu itu?" tanya Masumi lega setelah menyelesaikan pertanyaannya.


Maya terdiam sejenak mendengar pertanyaan balik dari Masumi. Gadis itu sangat ingin pria di depannya mengakui dengan segera, tapi sampai malam begini, belum juga terbuka identitasnya sebagai 'mawar ungu'.


Lalu Maya menggelengkan kepalanya perlahan...


Masumi tersenyum melihat isyarat dari ketidaktahuan Maya tentang 'pengagum rahasianya'. Padahal Maya sudah mengetahui semuanya.


"Apa kau bersedih karenanya, Maya?" selidik Masumi lagi.


Maya menatap tajam ke arah Masumi...


Orang tampan ini, membuatku geregetan!


Masumi kaget dengan tatapan Maya yang seolah menusuk hatinya...


"Eeeh Maya, apa kata-kataku tadi salah? tanya Masumi.


"Tidak, pak Masumi. Aku ingin anda tahu, bahwa aku...sangat...menyukainya. Sangaaaatt...." aku Maya tanpa disadari oleh Masumi.


DEG!!!


Maya...


"Tapi kau kan belum pernah bertemu dengannya? Bagaimana jika dia...adalah orang yang sangat kau benci...selama ini?" Masumi sedikit grogi.


Mata Maya bertambah dalam menatapi pria di sebelahnya...


Eeeehh....Mengapa dia menatapku seperti itu?


"Aku tidak peduli itu! Entah mengapa...hatiku...berkata... bahwa aku akan tetap menyukainya walau kami belum pernah bertemu!" kata Maya serius.


"Benarkah?" selidik Masumi.


"Iya pak Masumi"


"Bagaimana...jika...pengagummu...itu adalah...adalah...." kata-kata itu terputus kembali.


Pak Masumi...katakan...aku sangat ingin mendengarnya!


 "Adalah apa?" tanya Maya.


"Maksudku, mana yang kau pilih Maya, antara 'pengagummu' atau aku?"


Kening Maya berkerut bingung dengan pertanyaan Masumi...


"Apa maksudnya, pak Masumi? Mengapa aku harus memilih di antara anda dan pengagum rahasiaku?" Maya balik bertanya.


"Apa salah aku bertanya seperti itu?"


Maya semakin geram dengan gengsi dari pria di dekatnya tersebut...


TIBA-TIBA!!!


Gadis itu menarik tangan Masumi dan meletakkan tangan itu di dadanya, tepat di dekat jantung nya.


Eeh...Mungiiil...


Masumi tercengang dengan gerakan Maya yang sedikit agresif terhadap dirinya.


"Keciil...kau?"


"Pak Masumi, mengapa...begitu sulit...untuk mengatakannya kepadaku?" tanya Maya sedikit terisak.


Masumi bertambah bingung dengan Maya, dia tak tahu bahwa gadis di dekatnya itu sudah mengetahui siapa pengagum rahasianya yang tak lain adalah dirinya sendiri.


"Maya, apa maksudmu? Aku..."


Maya merajuk dengan menunjukkan wajahnya yang cemberut sembari terus menatap Masumi.


"Pak Masumi, aku tahu...bahwa...anda...adalah....DIA! Pengagum rahasiaku!"


DEG!!DEG!!!


Apa? Dia sudah tahu?
Bagaimana mungkin?
Apa Hijiri yang membocorkannya?
Bagaimana ini? Apa yang harus aku katakan?


Maya...


"Maya, sejak kapan...kau...mengetahui...itu?"  


Mereka saling bertatapan penuh arti. Masumi tak bisa berkata apa-apa lagi...


"Beberapa...bulan...ini. Tapi...perasaanku...muncul...jauh sebelum aku tahu bahwa...andalah DIA"


"Benarkah begitu, mungil?"


Maya menganggukkan kepalanya. Hatinya sangat damai bisa mengatakan apa yang dia sembunyikan selama ini. Begitupun Masumi hanya terpelongo mendengar pernyataan gadis di dekatnya tadi.


"Tapi Maya, apa maksud dari kata 'perasaanmu' padaku itu?" Masumi pura-pura tidak mengerti.


Maya semakin kesal dengan kegengsian pria itu...


"Aaah...sudahlah, sudah larut. Aku ingin istirahat dulu!" kata Maya merajuk.


Gadis itu pun berdiri dan baru saja akan pergi meninggalkan Masumi, ketika tangan Masumi menariknya ke dalam dekapannya.


Pak Masumi...


"Maya, jangan pergi! Baiklah aku...akui semuanya"


"Pak Masumi..." gumam Maya terharu.


Masumi melepaskan dekapannya dan memegang kedua pundak Maya mesra. Matanya tak lepas menatap gadis mungil itu...


"Baiklah Maya, aku akui bahwa...akulah 'Mawar Ungu' itu!"


Maya menatap Masumi lembut dan bahagia...


Masumi terlihat lega...


"Pak Masumi...aku..." ucapan Maya terputus karena jemari Masumi menahan bibirnya...


"Sssttttt....! Aku sangat menyukai...dirimu....dan aktingmu...."
"Maksudku...aku...sangat mencintaimu....yaa...sangat mencintaimu, Mungil!" aku Masumi gemetar.


"Pak Masumi"


Maya mendekap pria itu dengan erat. Dari lubuk hatinya begitu senang dan puas dengan pernyataan yang sudah lama ingin dia dengar.


"Pak Masumi...aku...pun...sangat mencintai...anda! Sangat....mencintaimu!"


Mendengar itu Masumi tambah erat mendekap tubuh gadis tersebut. Direngkuhnya dengan mesra dan sangat lembut.
Malam itu Maya dan Masumi bercerita banyak tentang hari-hari sebelumnya.
Gelak tawa terdengar dari keduanya...








the end









6 comments:

  1. hoooo, ternyata msh bersambung, lanjut, hbs ini bgmn ya

    ReplyDelete
  2. ih gregetan sama masumi *jitak* tp akhirnya ngaku jg pas dipancing heuheuheu

    ReplyDelete
  3. hadeh direktur daito dingin dan gila kerja...!!!
    susah yah cuma maw ngomong gitu ajjah ^^
    so sweet, akhirnya mereka taw perasaan masing2

    ReplyDelete
  4. Akhirnya yaa... Tidak ada rahasia lg antara maya n darling macumi... Bener2 deh macumi bkn gregetan.. Terll bny mikir.. XD... Di tunggu lanjutanyya.. Thx

    ReplyDelete
  5. hadoooooooooooooooooh ini masumi ekbanyakkan mikir ah

    *dezet*

    ReplyDelete