Sunday, August 07, 2011

My Mistake (chapter 3)



Maya menjalani hari-harinya tanpa Masumi kini. Semuanya terasa sangat berat. Walau Maya menyadari selama ini memang Masumi tidak banyak mengisi waktunya, namun Maya tetap menginginkan di setiap lelahnya kembali ke rumah, Masumi ada di kamar mereka.


Masumi, aku rindu sekali. Aku rindu tatapan iba dan kesalmu padaku. Mengapa kau tak pernah tahu betapa aku sangat mencintaimu selama ini...


Hari ini tepat 18 bulan sudah sejak kepergian Masumi. Dan selama itu pula tiada kabar berita darinya. Maya sangat ingin membuang semuanya, namun kenyataan itu tak bisa dia lakukan karena jauh di lubuk hati terdalamnya, Masumi lah satu-satunya pria yang bersemayam di hatinya.
Malam itu Maya duduk terpaku sendiri di balkonnya. Tak ada sapa, tak ada tatapan curiga dan tak ada perdebatannya dengan pria tersebut.


Maya melamunkan kembali kenangan manisnya bersama Masumi. Kadang wajah wanita itu tersenyum simpul, kadang sedih dan bahkan menangis. Tapi wajah itu sangat kaku dan dingin, sedingin malam itu.


Tiba-tiba suara ponsel Maya menghentakkannya dari lamunan...
Ternyata dari Satomi yang mengajaknya keluar untuk sekedar minum dan bersulang di sebuah tempat. Maya pun bersedia menerimanya dengan berat hati.


"Iya baiklah, dimana tempatnya?" jawab Maya menyetujui ajakan Satomi.
"Maya, bila kau enggan menerimanya, kau bisa menolaknya. Kau jangan sungkan untuk itu" Satomi memastikan perkataan Maya.
"Tidak, sudahlah. Sebentar lagi aku akan ke sana" ujar Maya.
Tuut...tuuut...tuut. Ponsel pun ditutup.


Maya pun mengatakan pada pak Asa untuk tidak menungguinya. Sepertinya dia akan pulang larut nanti. Lelaki tua itupun mengangguk mengikuti kata-kata majikannya.
Tak butuh waktu lama, akhirnya Maya tiba juga di sebuah tempat yang dijanjikan Satomi tadi. Sebuah cafe yang lumayan romantis sepertinya untuk anak-anak muda.
Maya baru saja memarkirkan mobilnya tak jauh dari cafe itu. Dia pun menghampiri Satomi yang sudah melambaikan tangannya dari sebuah sudut cafe tersebut.
"Hai, trimakasih kau mau menerima ajakanku, Maya" sapa Satomi sambil tersenyum bahagia.
"Iya, sudahlah" sahut Maya sambil duduk di kursi tepat di depan Satomi.
Sejenak Maya mengelilingi cafe itu dengan kedua bola matanya. Sepertinya wanita itu menyukai suasana cafe romantis ini.
"Ada apa Maya? Apa kau tidak suka dengan suasana di sini?" Satomi khawatir.
"Aah tidak, aku suka. Apa kau sering ke sini Satomi?" tanya Maya ingin tahu.
"Baru dua kali dengan ini, oh ya...kau mau pesan apa?" ucap Satomi lembut.
"Hhmm, terserah kau saja. Aku belum tahu menu apa yang terbaik di cafe ini" jawab Maya sambil masih saja mengelilingi cafe itu dengan matanya.


Tiba-tiba Maya berhenti pada satu arah tepat jauh di sebelah kirinya. Dia menatap tajam pada sesosok pria yang sepertinya sangat dia kenal. Satomi memperhatikan itu dan menanyakan ada apa pada Maya.
"Maya apa ada yang mengganggumu?" Satomi cemas karena Maya diam terpaku menatap ke arah itu.
Mendengar pertanyaan Satomi, Maya pun langsung menghadapkan wajahnya pada Satomi. Wanita itu tak ingin bila Satomi mengetahui arah pandangannya tadi. Namun Maya berusaha mencuri-curi lirikan ke arah tadi. Semakin lama dia memperhatikan sosok itu, semakin yakin bahwa pria itu benar-benar sangat dia kenal. Namun kembali Maya meyakinkan dirinya bahwa itu tak mungkin. Hingga acara minum itu usai, Maya lebih banyak diam. Sampai Satomi mengantarnya ke tempat parkir.
"Maya, apa kau sakit? Kau terlihat sangat gelisah?" tanya Satomi perhatian.
Maya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Dan ketika dia akan membuka pintu mobilnya. Tangan Satomi menarik tubuhnya dan mendekapnya. Maya berusaha menolak dekapan itu, tapi tak bisa...begitu kuat.


Satomi...


"Satomi, sudahlah aku baik-baik saja" kata Maya menenangkan Satomi.
Tapi pandangan Maya masih mengarah pada tempat pria tadi. Dia masih menatap sudut itu dan sepertinya pria itu pun sangat memperhatikannya sedari tadi.
"Maya, kau tahu betapa aku sangat mencemaskanmu? Apa kau pernah memahami hal itu?" tanya Satomi sambil melepaskan dekapannya dan memandangi Maya begitu dalam.
Maya menunduk tak ingin menatap mata Satomi. Kini Satomi begitu dekat dengan dirinya, hanya beberapa inci.
"Satomi, sudahlah aku harus pulang" kata Maya mulai bingung dengan sikap Satomi yang masih saja menatapnya penuh arti.
Maya menyadari bila dia teruskan malam itu maka akan ada hal yang terjadi, karena suasana hatinya saat ini sedang benar-benar rapuh. Maya begitu rindu belaian seorang pria yang mampu membuatnya melayang dan bahagia malam itu.
Maya pun membuka pintu mobilnya. Satomi sangat ingin menahannya, tapi dengan sopan Maya menolaknya.
"Satomi, maafkan aku. Aku ingin istirahat" ujar Maya sambil menghidupkan mesin mobilnya.
Kaki Satomi pun mundur beberapa langkah untuk memberi ruang pada mobil Maya lewat.
Satomi membungkukkan punggungnya sebelum Maya berlalu mengendarai mobil itu dan berlalu dari hadapannya.


Huuuuhh...malam yang begitu panjang...


Maya menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang. Pikirannya kembali pada sosok pria di cafe tadi. Maya menghentikan mobilnya di tepi jalan. Dia turun dan melangkah ke sebuah taman, dimana taman itu penuh dengan kenangannya bersama Masumi.
Maya memandangi sekeliling taman dan tersenyum bahagia...


"Masumi, aku ingat waktu itu. Kau menemaniku dengan setia di taman ini. Dalam hujan kita bersama berayun di ayunan tua itu" Maya bergumam sambil mengarahkan pandangannya pada dua buah ayunan tua di hadapannya.


Lambat laun kakinya melangkah masuk ke dalam taman yang diterangi beberapa lampu taman dan jalan di dekatnya. Tentu saja dia semakin mendekati kenangannya bersama Masumi, perlahan airmatanya mengaliri wajahnya. Maya mengusapnya berulang-ulang.


Aku tidak bisa, Masumi...
Tidak bisa melupakanmu...


Lalu Maya duduk di sebuah bangku panjang. Dia menyandarkan tubuhnya letih. Matanya terpejam untuk menenangkan semua kegelisahan dan kerinduannya pada suami tercinta.


"Masumi, dimana kau sekarang? Apa kau merindukanku? Apa kau tahu bahwa aku tak pernah ingin membuka laci itu kembali? Aku tak pernah ingin menanda tangani lembaran yang kau tinggalkan waktu itu? Tidak Masumi...." kata-kata itu mengalir dari bibirnya sambil menangisi kerinduannya.


Maya menarik nafas panjangnya. Pandangannya jauh ke angkasa yang begitu terang benderang oleh cahaya bulan dan bintang. Saking lamanya Maya berada di sana, hingga seorang security menegurnya:
"Maaf, nona...apa anda baik-baik saja?" tanya nya mengejutkan lamunan Maya.
"Eh...ah...iya pak, saya hanya mencari udara segar. Maaf" balas Maya sembari mengusap airmatanya.
Security itu pun mengerti dan pergi meninggalkan Maya kembali.


Maya menghentakkan kakinya kesal...


"Haaah...aku benci kalau sudah begini! Apa yang harus aku perbuat? Masumiiiiiiii...kau begitu menyiksaku....hingga tak bersisa seperti ini...haruskah aku pergi dari dunia ini? Apa kau akan kembali bila aku tiada nanti?" kata Maya yang sepertinya sudah sangat putus asa.
Tubuhnya terlihat sempoyongan dan tak lama dia melonjorkan tubuhnya di bangku itu. Dengan kedua tangannya di letakkan di bawah kepalanya, Maya memandangi kembali langit yang semakin gelap. Begitupun malam semakin larut, udara dingin menusuk seluruh tubuhnya. Wanita itu menggigil kedingingan...nafanya terengah-engah karena menahan sedih dan dinginnya udara malam itu. Maya hampir saja tertidur di bangku tersebut...


Tiba-tiba sebuah jas besar menutupi tubuhnya. Melindunginya dari dinginnya udara malam itu. Maya pun bangun dari tidurnya dan melihat sosok pria di cafe itu ada di sampingnya kini.


Maya tak percaya dengan apa yang dilihatnya...


Masumi...kau...benarkah...


"Masumi...ini..." decak Maya tak percaya.


Pria itu tersenyum lirih menatap Maya yang masih bingung dengan keadaan ini.


"Maya...ini aku" balas Masumi lembut.
"Masumi..." ucap Maya berkali-kali.
Lalu Maya berdiri dan memandangi pria di hadapannya dari ujung kaki hingga ujung rambut. Tangannya bergerak menyusuri tubuh pria itu.
Kemudian Maya sadar dengan bagian yang satu itu. Kaki...


Kaki Masumi...
Dia berdiri, bisa berdiri...
Benarkah?


"Mungiiill, tidak ingin kah kau memelukku?" 
Maya masih bengong tak kuasa menahan rasa kagumnya pada Masumi.
"Masumiiii...."
Wanita itu pun menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Masumi yang hangat. Mereka berpelukan lama sekali...
"Masumi, aku benarkah ini kau? Kenapa meninggalkanku begitu lama? Mengapa sayang? Aku sangat merindukanmu, sungguh!" ujar Maya terharu.
Masumi menambah erat pelukannya pada Maya...
"Maafkan aku sayang, aku hanya ingin membuatmu bangga kembali padaku" balas Masumi sedih.
Maya menggelengkan kepalanya...
"Masumi, aku selalu bangga padamu, mengapa kau tak mengerti itu? Kau selalu salah menilaiku. Selalu beranggapan buruk padaku" Maya terisak di dada Masumi.
"Maafkan aku sayang, saat ini aku akan mencoba semuanya dari awal"
"Mengapa tidak dari dulu kau melakukan ini? Mengapa tidak membawaku dalam pengobatanmu? Mengapa sayang?" 
Maya melepaskan dekapan Masumi dan menatapnya dalam. Wajahnya cemberut manja...
"Trimakasih sayang, kau mau menungguku selama ini" ucap Masumi tulus.
Airmata keduanya menetes perlahan...
Maya menggeleng lagi...
"Aku yang berterimakasih padamu, Masumi. Kau mau kembali padaku yang telah mengabaikanmu dengan kesibukanku di..." 
Ucapan Maya terhenti oleh jemari Masumi yang menutup lembut bibirnya.
"Suuuuutth...." 
"Masumi...aku mencintaimu...sungguh" 
"Aku juga Maya, aku terlalu mencintaimu. Dan tak akan ada yang bisa mengubah itu"
"Masumi, kau harus percaya padaku. Selama apa pun itu takkan ada yang bisa menggantikan dirimu di hatiku" Maya terisak.
Masumi mengangguk percaya akan ucapan istrinya.
"Trimakasih sayang, ini semua kesalahan yang aku perbuat sendiri. Maafkan aku. Dan mulai saat ini, bantu aku untuk mengubah semua kelabu di rumah tangga kita. Kau mau kan?" 
"Iya Masumi. Aku bahagia mendengar semuanya. Aku mencintaimu"
Maya berjingkat sedikit dan mendaratkan bibirnya di bibir Masumi dengan lembut.
Masumi membalasnya...


Maya...aku masih mencintaimu...
Dan akan tetap mencintaimu sampai kapanpun itu...


Mereka berdekapan kembali. Dinginnya malam tak menghalangi kedua insan ini untuk melepaskan rindu. Malam yang penuh kebahagiaan dalam rumah tangga Maya dan Masumi. Setelah sekian lama menanti akhirnya...










the end





2 comments:

  1. Makasih ya Sist Lia....akhirnya happy forever.....

    ReplyDelete
  2. Terimakasih sista...akhirnya HE jg sebuah penantian yg panjang ya....anastasia

    ReplyDelete