Tuesday, August 02, 2011

Kasih Tak Sampai (chapter 3)


Saat ini keadaan ruangan besar itu begitu kaku dan hening. Masumi melangkah menuju arah balkon. Sedang Maya masuk ke dalam kamar mandi dan cukup lama dia berada di sana. Entah apa yang dia lakukan, namun pasti itu untuk menghilangkan kegugupannya memikirkan isi surat dari ayah mertuanya.
Tak beda dengan Maya, Masumi pun sungguh gelisah. Pria itu bingung harus bagaimana menyelesaikan 'kejutan' yang diinginkan ayahnya.


"Ayah, mengapa harus itu yang kau pinta? Bagaimana ini?" pria itu bergumam berulang kali sambil mondar-mandir menyusuri pagar besi balkon kamarnya.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membicarakannya dengan Maya. Masumi pun masuk ke kamar untuk memanggil istrinya...


"Maya...maya..." panggil Masumi berulang kali, namun tidak ada sahutan dari istrinya.
Masumi mencoba mengetuk kamar mandi, tapi tetap saja tidak ada. Masumi mencoba memberanikan diri untuk membuka pintu kamar mandi tersebut...
"Maya...maaf...." ujarnya sambil melongo ke dalam kamar mandi, namun dia tak menemukan sosok istri nya di sana.


Masumi langsung menghubungi ponsel Maya, ternyata ponsel itu tergeletak di meja rias. Maya tak membawa ponselnya..
Masumi langsung kesal karena tak menemukan istrinya...
Dia pun berusaha mencari Maya ke setiap sudut di kediamannya...


Ternyata wanita itu sedang melangkah menuju ke taman di pekarangan depan kediaman megah tersebut. Perlahan Maya menyusuri taman sambil sekali-kali memandangi langit yang tampak gelap gulita namun tetapindah dengan hiasan bintang yang bertaburan.


Maya merasa takut untuk berada di kamar. Dia sudah mulai berpikiran yang tidak-tidak....


Tidak...aku tak boleh memikirkannya...
Itu tidak boleh terjadi, belum saatnya...belum...
Bagaimana ini? Ayah...mengapa kau menginginkan kejutan dari ku dan Masumi...
Aku tidak ingin mengemis apapun padanya, dia bisa besar kepala nanti...
Ah...aku tahu jawabannya...


Maya bergegas masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya...
Sebelum masuk ke kamar, Maya tampak celingak-celinguk memandangi sekeliling kamar. Entah mengapa dia seperti ingin diam-diam masuk ke kamar tersebut. Namun matanya tak melihat Masumi yang sedang duduk di sofa belakang pintu itu.


Maya melangkah dengan hati-hati untuk mengambil tas dan jaketnya yang ada di meja riasnya. Baru saja dia meraih kedua benda itu...


Lalu tiba-tiba...


"Kau mau kemana lagi malam-malam begini?" suara Masumi serasa menghantam tubuh mungil Maya.


Maya sedikit melompat kaget. Dia langsung menyentuh dada kirinya...
Lalu membalikkan tubuhnya ke arah suara Masumi tadi...
Senyum tipis ketakutan langsung tampak dari wajahnya. Masumi menatapnya tajam...
Sebelum Masumi melanjutkan pertanyaannya, Maya menjawabnya gugup...


"Ehhmm...aku...mau keluar sebentar..." jawab Maya gugup.
Masumi masih menatapnya tajam...


"Tidak boleh! Saat ini kita harus pikirkan isi surat dari ayah!" ujar Masumi datar.


DegDegDeg!!!!!
Maya seolah tertimpa beban berat dua kali dalam beberapa menit terakhir. Tubuhnya merasa lemas seketika mendengar ucapan Masumi.
Lalu Masumi berdiri dan menarik tangan Maya untuk duduk di sebelahnya...


Maya masih tertunduk malu...


"Maya, aku ingin bicara serius denganmu" kata pria itu.


Maya semakin gugup, tangannya gemetar karena pikiran anehnya..
Masumi mengamati itu dan bisa menebak kemana pikiran Maya..
"Hei, kau kira aku ini apa? Sepertinya kau takut sekali kusentuh?" Masumi mulai kesal dengan ketakutan Maya.
Maya pun merasa takut dan malu dengan pikirannya sendiri...


"Bukan....bukan begitu maksudku. Kau saja yang salah tanggap" Maya membela diri.


"Dengar, Mungil...aku hanya ingin kita menghargai perasaan ayah tentang pernikahan kita. Hanya itu!!!" Masumi menjelaskan dengan nada kesal.


Maya mencibirkan bibirnya...
Masumi semakin kesal dengan prilaku istrinya. Dia pun langsung menarik dagu Maya dan mendekatkan wajahnya...
Mereka bertatapan lama sekali dengan jarak yang sangat-sangat dekat...
Maya berusaha mengarahkan bola matanya ke bawah. Namun tangan Masumi menahan dagu itu dan menariknya ke atas, sehingga Maya tak bisa menatap yang lain selain wajah suaminya yang tampan.


"Tatap aku, Maya! Ingatlah bahwa kita sudah menikah!" ucapan Masumi menegaskan.


Mendengar itu Maya terpancing emosinya...


"Oooh..iya...lihat sekarang siapa yang mengingatkan pernikahan palsu ini? Kau? Aneh sekali...." balas Maya kesal.


Masumi menajamkan tatapannya pada Maya...


"Mayaaa...palsu katamu? Apa maksudmu berkata demikian?" Masumi balik bertanya.


"Masumi, aku tahu, bahwa kita berdua tidak pernah mengharapkan pernikahan ini. Iya kan?!" balas Maya cemberut.
Masumi memandangi istrinya dingin. Raut sedih mulai terlihat dari wajah tampan itu. Dan Maya pun melihat itu menjadi merasa bersalah...


"Masumii...aku..." kata Maya gugup.
Masumi menganggukkan kepalanya, entah apa arti dari anggukkan itu. Namun pria itu berdiri dan menjauhi Maya menuju pintu kamar.
Maya langsung mencegah itu, dia ingin menjelaskan maksud dari ucapannya tadi...


"Eh...Masumi, dengarkan aku dulu, maksudku...bukan seperti itu" Maya sedikit merengek memohon pada suaminya tersebut.


Namun Masumi masih melanjutkan langkahnya. Dan...
Maya tak bisa lagi menahan Masumi, airmatanya mulai terbendung di bola mata indahnya. Akhirnya dia mendekap Masumi dari belakang. Tangannya melingkar di dada pria itu.


"Masumiii...jangan pergi..." cegah Maya terisak.
Masumi terkejut dengan dekapan Maya...


Maya...


Masumi pun membalikkan tubuhnya. Namun Maya segera melepaskan dekapannya setelah dia sadar dengan apa yang dia lakukan pada Masumi. Pipi Maya langsung merona malu...


Masumi menatap Maya dengan senyum menggodanya...
Maya pun cemberut melihat Masumi menertawakannya seolah dia menang. Karena Maya lah yang terlebih dahulu menyentuhnya.
Maya pun berlalu ke tepi ranjang dan duduk di sana sambil menutup wajahnya yang masih merah.


Masumi menghampirinya sambil mencoba melepaskan jemari yang menutupi wajah Maya.
Dalam bathin pria itu, dia sangat senang melihat Maya merona karenanya, apalagi Maya mencegahnya dengan mendekapnya erat.


"Maya, apa aku tidak boleh pergi?!" goda Masumi pun dimulai.


Maya menggelengkan kepalanya. Masumi pun langsung duduk di sampingnya. Dan pria itu langsung berbaring di samping Maya.


Maya bertambah gugup. Dia memejamkan matanya berulang kali...
Lalu tiba-tiba tangan Masumi merangkulnya dari belakang...


DegDeg!!!
Maya semakin gugup, jantungnya terpacu kencang sekali. Dia merasa senang diperlakukan seperti itu, namun satu sisi dia merasa kalah oleh Masumi. Karena dia tadi yang mencegahnya pergi sembari mendekap pria itu...


"Masumi, tolong lepaskan. Aku..." kata Maya bingung.
"Tidak, aku tidak akan melepaskanmu lagi. Sudah cukup!" kata Masumi berbisik di telinga Maya.
Maya memejamkan matanya lagi. Entah mengapa dia merasa terbakar sesuatu hingga dia menikmati nafas Masumi begitu dekat dengannya.


Masumi...Masumi...


Melihat reaksi Maya, Masumi memberanikan diri untuk membaringkan Maya dalam pelukannya. Dan saat ini mereka saling bertatapan begitu lekat...


"Maya...bisakah kita mulai dari awal kembali?" tanya Masumi ragu.


Maya begitu terbuai dengan kata-kata Masumi. Karena kata-kata itulah yang selama ini dia tunggu.


"Masumi...aku..." balas Maya grogi.
Belum selesai ucapannya, Masumi mendaratkan sentuhan bibirnya di bibir Maya. Begitu perlahan dan sangat lembut.


Maya pun menganggukkan kepalanya...


"Maya, benarkah? Kita akan melupakan perselisihan kita? Benarkah  kau akan berjanji akan selalu sabar menghadapi aku yang selalu cemburu padamu? Berjanjilah....sayang" tanya Masumi ingin kepastian.


"Iya Masumi. Aku berjanji. Dan kau juga harus berjanji akan memahami sikap ku yang belum dewasa. Berjanjilah...Masumi..." ucap Maya menunggu harapannya.


Masumi mengangguk senang. Perlahan dia mengecup kembali bibir Maya lembut. Maya pun menikmati kecupan demi kecupan dari suaminya tersebut.
Lalu, Masumi membisikkan sesuatu pada Maya...


"Maya, aku rasa sekarang waktunya kita beri kejutan untuk ayah" bisik Masumi mesra.


Maya tersipu mendengarnya...
Lalu Masumi langsung menggendong Maya ke tengah ranjang mereka. Mereka bertatapan kembali...
Masumi membelai wajah Maya mesra. Maya memejamkan matanya.Terasa desahan nafas keduanya mulai cepat berdegup. Suasana terasa sangat panas, namun begitu damai...


"Masumi..." Maya mendesis gemetar.


Tangan Masumi mulai menyusuri sebahagian tubuh mungil Maya. Membelai dan mengecup beberapa bagian yang begitu sensitif bagi seorang wanita manapun.


Maya pun menggeliat menahan rasa nikmat yang membuatnya melayang dan memerahkan wajahnya.


"Maya..." gumam Masumi tak kuasa lagi.


Masumi melepaskan satu persatu kancing baju Maya. Maya melingkarkan tangannya di leher Masumi. Semuanya sangat lembut...dan mesra...
Malam itu menjadi saksi bahwa kejutan akan segera hadir di bulan berikutnya.


Kejutan buat sang ayah yang baik hati. Yang selalu mendukung hubungan mereka. Baik Maya maupun Masumi berjanji akan memberikan kejutan itu dengan melakukan yang terbaik dan....
Berharap ini akan menjadi penguat cinta mereka. Pengikat tali kasih antara keduanya agar bisa sampai ke kebahagiaan dan keabadian cinta mereka. Hingga tak perpisahkan oleh apapun.








^^^the end^^^

3 comments:

  1. Huaaaaa akhirnya happy ending....xixixixi dasar MM makanya jgn sok jual mahal dah jelas gak bisa pisah masih aja jual mahal...suka thanx sista

    ReplyDelete
  2. suit...suit..suiiit
    so romantic
    I'm love it

    ReplyDelete
  3. So romantic..... yang baca ikut cengar cengir nih

    ReplyDelete