Wednesday, August 03, 2011

My Mistake



Seorang pria tengah duduk di kursi rodanya sambil menikmati secangkir kopi hangat pagi itu. Wajah yang sangat tampan dengan tubuh yang atletis  masih tampak di usianya yang menginjak 45 tahun.


Kakinya terbalut selimut agar tetap hangat di musim dingin saat ini. Dan sedari tadi tatapannya jauh menerawang ke depan, menembus jarak yang tak terkira jauhnya.
Dalam kesendiriannya, pria itu masih menyebut-nyebut nama seorang wanita yang sangat dicintainya, wanita yang selalu dianggapnya sebagai belahan jiwanya sampai kapanpun.


Mungil...Mungiiil...


Pria itu terus saja memanggil namanya. Seorang pelayan yang selalu menjadi pendengar setia menemaninya menceritakan bagaimana kisah hidup nya bersama wanita itu, yang telah 14 tahun menjadi istrinya. Wanita yang sudah sangat terkenal di seluruh penjuru Jepang. Namanya begitu dielu-elukan orang, begitu pun kehidupan asmara yang menghiasi hidupnya.


"Dia sangat cantik. Dan masih mempesona..." gumam pria itu sedih.


Pria itu masih saja menceritakan bagaimana dia dahulu mengejar wanita itu mati-matian, sepenuh jiwa raganya, dia lakukan segalanya...


Sampai bunyi telepon mengejutkan dan menghentikan ceritanya kepada sang pelayan itu...
Pelayan itu berdiri untuk mengangkat telepon tersebut...
"Halo..." sapa nya sopan.
"Ya, ini aku..." sahut seorang wanita dari ujung telepon di sana.


Lalu pelayan itu memberikan telepon itu kepada sang pria tadi. Wajah pelayan begitu miris menatap tuannya yang terduduk lemah di sebuah kursi roda.


"Halo...bagaimana kabarmu, sayang?" tanya wanita itu.
Namun pria itu tak menjawabnya, dia hanya memandangi telepon di tangannya dan tak lama, airmatanya mengalir dari pipinya.


Sang pelayan pun bergegas meraih telepon itu dari nya. Terdengar suara wanita tadi memanggil nama pria itu...


"Masumi...Masumi...apa kau baik-baik saja? Apa kau sudah makan? Sepertinya aku lusa baru kembali. Jadi maafkan aku ya sayang!" kata wanita itu, yang tak lain adalah istri dari pria itu, Maya Kitajima!


Melihat wajah tuannya yang berlinangan airmata, sang pelayan berinisiatif meraih telepon tersebut.
"Maaf nyonya, tuan sedang menangis. Nanti saya sampaikan padanya" ujar sang pelayan sopan.
"Mmm...baiklah, tolong kau urus tuan baik-baik ya Nani" pinta Maya sambil menutup teleponnya.


Tuut...tuut...tuuut...


"Tuan...apa tuan ingin istirahat di tempat tidur?" tanya pelayan iba melihat tuannya yang masih menangis.
Masumi hanya menggelengkan kepalanya lemah. Tapi sang pelayan mengerti bahwa tuannya tersebut begitu lelah menanti kehadiran istri tercintanya yang terlalu sibuk dan sepertinya melupakan kewajibannya sebagai istri.


Keseharian Masumi selalu duduk di kursi roda sambil menatap pemandangan dari balkon kamarnya. Tentu saja di kediamannya yang begitu megah. Namun tiada satu pun penghuni yang merasa nyaman di sana.


Eisuke sang direktur tertinggi telah tiada beberapa tahun yang lalu dalam sebuah kecelakaan bersama dengan Masumi waktu itu. Namun sayang nyawanya tak tertolong. Hanya Masumi yang bisa diselamatkan. Itupun dengan keadaan lumpuh. Dan setelah itu, Daito dipegang oleh Maya. Karena menggantikan suaminya yang tidak bisa lagi beraktifitas selayaknya.


Karena kesibukannya sebagai seorang direktur dan juga aktris, maka tak jarang Maya meninggalkan Masumi beberapa hari, bahkan sempat berbulan-bulan lamanya. 
Semua orang memang merasa Maya sudah berubah, menjadi sosok wanita dewasa yang mempesona. Di usianya yang belum genap 34 tahun, dia sudah menjadi seorang direktur muda yang sukses membawa nama Daito. Begitu juga keaktrisannya, sedang dalam puncak emasnya.


Namun selain berita kesuksesannya, ada juga berita mengenai mengenai kehidupan rumah tangganya yang begitu tragis. Rumah tangganya yang belum dikaruniai buah hati sampai kehidupan Maya yang sering terlihat bersama seorang pacar lamanya, yaitu Satomi.
Mereka sama-sama sibuk di dunia keaktrisan dan juga Daito. Maya meminta tolong Satomi untuk membantunya di perusahaan besar itu.


Tentu saja itu menjadi gosip yang hangat di seluruh negeri. Rumor pun menyebutkan bahwa Maya dan Satomi mempunyai hubungan khusus.
Dan berita itu sampai juga ke telinga Masumi...
Bayangkan betapa hancurnya perasaan pria itu...
Dalam keadaannya yang sekarang ini, dia hanya bisa pasrah...
Apakah itu benar atau tidak, dia akan selalu bersabar...
Terus mencintai wanita belahan jiwanya...
Maya Kitajima!!!


Sang pelayan baru saja membaringkan Masumi di tempat tidur. Pintu kamar diketuk dan masuklah seorang lelaki tua membawakan segelas jus kiwi untuk Masumi.


"Ah pak Asa, kemarilah" pinta Masumi sambil membenarkan posisi bantalnya.
Lelaki tua itu membungkuk hormat lalu mendekati tuan mudanya.
"Saya siapkan jus untuk anda, tuan" kata pak Asa sopan.
"Trimakasih, aku akan meminumnya sekarang juga, apa bisa bantu aku duduk sebentar?" Masumi meminta tolong pada Asa.
Pelayan Nani pun langsung membantu pak Asa untuk mendudukkan tuan mereka.


Srrrrruuuttt....
Segelas jus tersebut langsung habis di sedot oleh Masumi. Pak Asa tersenyum senang melihatnya, begitupun Nani. Mereka menatapi tuannya dengan tatapan yang begitu sedih dan pilu.


Rasanya aku tak sanggup menatap kekosongan matamu, tuan...
Aku dapat merasakan betapa hampanya hidupmu...
Tuan Masumi...kau sangat tampan...
Kau begitu sabar menunggunya...
Aku terkadang kesal melihat nyonya Maya...
Ini tak adil untukmu, tuan...
Tak adil...


**********

Lusa yang ditunggu pun tiba, pagi buta Maya tiba di kediamannya. Dia baru saja menyelesaikan sebuah perjalanan bisnis ke Korea. Selain itu di sana juga dipergunakan untuk keperluan syuting film terbarunya. Yang tentu saja, Satomi selalu turut serta dalam rombongan.

"Aku pulaaang..." kata Maya begitu tiba ke dalam rumah. Seorang pelayan lain menyambutnya dan membawakan semua tas Maya.
"Dimana tuan? Apa dia di kamarnya?" tanya Maya langsung pada pelayan tadi.
Sang pelayan mengangguk mengiyakan..
Kemudian Maya bergegas naik ke atas menuju kamarnya...

Maya membuka pintu perlahan...
Ternyata Masumi masih terbaring santai di tempat tidurnya...
Matanya langsung melihat ke arah pintu melihat siapa yang datang di pagi itu...
Mereka sama-sama tersenyum...
Maya langsung menghampiri suaminya dan duduk di samping Masumi...
Maya mengecup lembut kening Masumi lalu mendekapnya sebentar..
Dan...
"Sayang, bagaimana kabarmu selama aku pergi? Hhmm?" tanya Maya manja sambil menggelayut di dada Masumi.

Masumi membelai rambut Maya mesra. Menyusuri wajah Maya yang terlihat lelah...
"Aku baik-baik saja sayang, apa kau lelah? Matamu itu Mungil..." kata Masumi sambil membalas mengecup kening istrinya.
Lama mereka berdekapan...
Melepas rindu beberapa hari tak bersua...

"Suamiku, maafkan aku ya terlalu sibuk, hingga kau kutinggalkan. Besok aku akan mengajakmu keluar untuk jalan-jalan. Kau mau kan?" bujuk Maya pada suaminya.
Masumi hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya...

Dalam benaknya dia selalu berharap itu akan terwujud, tidak seperti selama ini janji-janji Maya yang selalu batal karena kesibukannya.
Semoga kali ini dia bisa berjalan-jalan dengan istri tercintanya...walau hanya beberapa jam saja...
Masumi selalu mengharapkan dan menggantungkan mimpinya pada jadwal Maya yang teramat sibuk...


Masumi mengusap kening Maya dengan sangat lembut. Hatinya begitu bahagia bisa bersama istri tercinta walau terbersit dalam pikirannya pasti itu tidak akan bisa berlama-lama.


Mungil......
Maafkan semua kekuranganku...
Kau pasti sangat menderita dengan keadaanku seperti ini..
Maya...aku terlalu mengagumimu...


Masumi masih saja membelai wajah istrinya, sampai Maya tertidur kelelahan di dekapannya...
Masumi pun membaringkan Maya perlahan. Lalu dia memandangi wajah mungil istrinya...


Maya, kau sangat mempesona...
Aku begitu takut kehilanganmu...
Bagaimana aku bisa terus menahanmu...
Mengapa kau masih berada di sisiku sampai saat ini?
Maya seandainya dari awal aku sanggup melepasmu..
Pasti kau sudah bisa bahagia sekarang...
Aku sangat egois terus saja mengikatmu...


Masumi terisak sedih sekali, dia menahan airmata dan kegundahan hatinya selama ini..


**********

Keesokan harinya...
Maya dan Masumi sarapan bersama. Wajah keduanya begitu bahagia dengan senyum yang begitu lebar dan penuh arti...
Maya memandangi suaminya dengan tatapan yang begitu dalam. Wanita itu begitu ingin kesembuhan dari suaminya. Namun Masumi selalu menolak apapun pengobatan itu.

Beribu kali Maya memaksa Masumi melakukannya, namun tetap saja Masumi menolaknya. Dan sampai saat ini setelah 14 tahun pernikahan mereka. Maya masih saja merayu suami tercinta untuk semangat demi kesembuhannya.

"Sayang...aku mohon kali ini dengarkan aku" bujuk Maya ditengah sarapan mereka.
Masumi memandangi Maya dengan sedih...
"Apa kau sudah bosan melihatku seperti ini, sayang?" balas Masumi lirih.
Maya hanya bengong mendengar jawaban suaminya. Dia menelan ludahnya sambil tak kuasa menahan tangisnya.
Wanita itu mengusap airmata yang jatuh di pipinya. Lalu melanjutkan sarapannya.

Suasana menjadi dingin dan sunyi...
Maya meletakkan sendok garpunya, dia telah selesai sarapan. Kemudian dia berdiri dan membereskan alat makan Masumi. Perlahan dia mengelap mulut suaminya lembut. Lalu dia mendekap Masumi erat.
"Aku mencintaimu, Masumi. Dan tidak akan pernah bosan walau kau seperti ini. Jadi aku mohon bantu aku dengan kasih sayangmu. Bukan yang lainnya. Bukan....Masumi...." ucap Maya terisak.
Airmatanya begitu deras. Masumi pun membalas dekapan istrinya sambil duduk dari kursi rodanya.

Pelayan yang ada di sana pun ikut sedih melihat pembicaraan tuan dan nyonyanya tersebut. Bathinnya begitu lirih meratapi keduanya. 

Tak berapa lama, Maya mendorong Masumi ke teras rumah. Maya akan segera ke kantor. Masumi selalu melepasnya sampai teras rumah mereka. Setelah mengecup kening suaminya, Mayapun masuk ke dalam mobil. Sebelumnya dia sudah memberikan perintah pada para pelayan untuk menyediakan kebutuhan suaminya.

"Sayang, aku berangkat ya....emmmuaaah..." ucap Maya dari dalam mobil sambil memberikan ciuman jarak jauhnya.
Masumi tersenyum lebar...
"Iya...hati-hati sayang. Aku menunggumu..." balas Masumi pelan.
Maya pun melambaikan tangannya. Masumi membalasnya...
Lalu mobil itu pun membawa Maya menuju ke kantor Daito...
Masumi memandangi mobil itu sampai hilang dari tatapan matanya. Entah apa yang dirasakan pria itu, setiap hari harus menunggu dan menunggu tanpa mau berusaha untuk kesembuhannya.

Begitu keras Maya ingin memberikan pengobatan terhadap orang yang paling berarti dalam hidupnya. Namun semuanya sia-sia karena Masumi selalu saja menolak itu. Maya pun sering meminta Mizuki dan Hijiri untuk membujuk suaminya. Bahkan Maya sampai ke luar negeri untuk mencari informasi demi kesembuhan Masumi, namun begitu tiba saatnya, Masumi membuat Maya sangat sedih dengan cara menolak semua penyembuhan yang ditawarkan oleh Maya.

Seperti pagi itu, Maya baru saja tiba di ruangan kantornya...
Mizuki menyambutnya dan langsung memberikan beberapa dokumen dan jadwal Maya hari itu. Tapi wajah Maya terlihat muram dan tak bersemangat. Mizuki selalu membantu Maya dalam menenangkan perasaan sedihnya.

"Nyonya...apa anda sakit?" Mizuki khawatir.
Maya menggeleng. Tatapannya begitu kosong...
"Mizuki, apa aku terlalu memaksakan kehendakku padanya?" Maya bertanya tiba-tiba.
Namun Mizuki sudah dapat menebak maksud dari nyonya-nya tersebut.
"Anda membujuknya lagi pagi ini, nyonya?" balas Mizuki memastikan tebakannya.
Maya pun menganggukkan kepalanya..
Mizuki menghela nafasnya semakin mengerti arti wajah yang muram dari Maya.

"Nyonya bagaimana jika nanti siang kita bicarakan ini kembali" usul Mizuki berharap.
Maya menganggukkan kepalanya. Lalu dia membalikkan kursinya menghadap ke jendela. Membuang wajah dari tatapan Mizuki karena airmata begitupenuh di ujung matanya.
Mizuki pun keluar dari ruangan Maya...

Blaaaamm...

Selang berapa menit terdengar ketukan dari pintu ruangan Maya...

"Masuk..." sahut Maya. 
"Selamat  pagi, Maya" balas tamu itu yang tak lain Satomi.
Maya memutar kursi kerjanya dan melihat ke arah Satomi...
Maya tersenyum pada pria itu...
"Pagi, Satomi...bagaimana apa semuanya sudah kau tangani?" tanya Maya pada Satomi yang sedang diminta menyelesaikan satu kontrak kerja dengan perusahaan asing.

Satomi duduk di sofa ruangan Maya tersebut. Maya pun berdiri dan menghampiri Satomi di sofanya itu. Wajah Maya masih tampak tak bersemangat dan itu membuat Satomi tidak tenang. Dia memberanikan diri untuk bertanya:
"Maya, apa semuanya baik-baik saja?" Satomi cemas.
"Iya, aku baik-baik saja. Satomi...nanti siang aku akan istirahat sebentar, jadi aku ingin kau gantikan seluruh jadwalku" perintah Maya pada Satomi.
Tapi Satomi tidak mau menerimanya begitu saja. Dia pun menanyakan alasannya...
"Apa kau akan pergi?" Satomi ingin tahu.
Maya menganggukkan kepalanya, lalu mengatakan alasannya...
"Aku ingin meluangkan waktuku untuk Masumi. Karena 3hari mendatang kita akan sibuk bukan?" Maya menjelaskan.
Satomi diam mendengar penjelasan dari Maya. Dalam hatinya dia masih saja berharap bisa menghabiskan waktu bersama dengan Maya. Satomi selalu cemburu bila Maya memperhatikan suaminya, itu dia lakukan karena Satomi sangat ingin memperistri wanita itu.

Beberapa tahun setelah kecelakaan yang terjadi pada Masumi, Satomi pernah datang memohon pada Masumi untuk melepaskan Maya. Namun Masumi sangat murka mendengar itu. Sementara Masumi tahu bahwa kecelakaan itu akan membuatnya lumpuh dan tidak bisa mempunyai keturunan. Tapi kelumpuhan itu sebenarnya masih bisa diobati asalkan Masumi mau mengikuti semua terapi dan pengobatan dari para dokter ahli.

Sejak itu Masumi tidak mau mengikuti keinginan Maya. Dia yakin kalau dengan keadaannya yang sekarang, pasti Maya tidak akan pernah meninggalkannya. Dia bisa menerima semuanya asal Maya tidak berpaling darinya.

Satomi marah sekali waktu itu. Mereka berdebat panjang pada waktu itu. Maya pun sangat sedih mendengar alasan Masumi yang tidak mau berubah demi kebaikannya.

"Baiklah Maya. Aku harap kau bahagia hari ini" jawab Satomi sambil berdiri dan keluar dari ruangan Maya.
Maya memandanginya bingung...
Di satu sisi, Satomi sangat memperhatikannya, dia baik dan punya segala yang diidamkan wanita. Sampai sekarang pria itu masih saja mengucapkan isi hatinya pada Maya. Tak pernah bosan dia mengatakannya pada wanita itu. Satomi juga sangat mengerti dirinya, lembut dan sangat dewasa. Tidak cemburuan...dan yang pasti dia sempurna lahir bathin.

Terkadang dalam benak Maya muncul rasa rindu akan hari-hari bahagianya bersama Masumi. Mereka akan pergi dari satu Mall ke Mall lain, berlari di pantai dan berenang bersama seperti sebelum Masumi lumpuh. Maya selalu menangis bila mengingat semuanya.

Masumi...apa yang harus katakan padamu...
Bahwa aku merindukanmu yang dahulu...
Selalu mendekapku dan menggendongku...
Memberiku kejutan-kejutan kecil di waktu sibukku..
Mengejarku di pantai dan membawaku berkeliling kemanapun aku suka...
Apakah aku berlebihan, sayang...
Mengapa kau tak mengerti juga keinginanku..
Semuanya demi kebaikan rumah tangga kita...
Bantu aku agar bisa bertahan...
Selamanya...

Bagaimana aku sanggup mempertahankannya...
Bila kau tidak mau berubah...
Bagaimana sayang?
Aku pun ingin bahagia dengan sebuah keluarga yang selalu mendukungku...
Suami yang selalu bisa aku banggakan...
Suami yang bisa membuatku melayang di depan semua orang...
Suami yang bisa memberiku keturunan, walau itu tak mungkin...
Aku akan pahami itu...
Mengertilah Masumi...
Tolong mengerti aku...





^^^continue to chapter 2^^^

7 comments:

  1. masih menggantung ceritanya...
    penasaran nich

    ReplyDelete
  2. Heh? begini aja? masih bakal ada lanjutannya kan ntar? *ngarep*

    ReplyDelete
  3. woooooooooo.............. kasihan masumi ku... hikkkkzzz.....

    ReplyDelete
  4. waduuuh tambah penasaraan

    ReplyDelete
  5. waks, bersambung? kasian masumi, hiks

    ReplyDelete
  6. Maya kok jd bgt sihhh sm Masumi....seballl...anyway hebat jg ide ceritanya sista....

    ReplyDelete
  7. sedih banget liat MH gak berdaya.....tapi dia juga musti ngerti klo Maya jadi super duper sibuk karena harus nanganin Daito juga....kan MH harusnya dah paham dulu dia juga bgtu kan......

    MH berusaha untuk bisa jalan dong, terapi kek,,,,kan banyak duit :P, Mudah2an Maya cepet hamil jadi MH juga ada yg nemenin klo maya pergi2.....lanjuuuuuuttttt LCLB ya sista......

    ReplyDelete